APES Tingkatkan Minat Siswa untuk BerSin

Retno Retno Tri Astuti, SP Guru IPA SMP N 3 BaturetnoTri Astuti, SP Guru IPA SMP N 3 Baturetno
Retno Tri Astuti, SP Guru IPA SMP N 3 Baturetno

JATENGPOS.CO.ID, – Tema diatas bukan mengungkapkan tentang penyebab suatu penyakit, tetapi berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar atau pembelajaran merupakan  sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Sehingga proses belajar mengajar diharapkan menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk meningkatkan minat proses belajar siswa dibutuhkan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

BerSin, yang kami maksud adalah Belajar Sains. Menurut Morgan dkk (1984) belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat belajar karena latihan atau karena pengalaman.  Sedangkan Sains merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak tingkat SD. Sains identik dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dari sebuah survey yang dilakukan peneliti, sebanyak 51% siswa mengatakan bahwa pelajaran sains adalah pelajaran yang sulit, membingungkan, dan membosankan. 79% siswa mengasosiasikan bahwa hanya orang yang memiliki keturunan pandai lah yang bisa menekuni sains dan hampir seluruh siswa setuju bahwa persepsi mereka terhadap sains juga dipengaruhi cara guru dalam membawakan pelajaran sains itu sendiri.

Sains atau IPA merupakan mapel yang mempelajari kehidupan sekitar, perilaku sehari-hari. Kegiatan belajar yang disesuaikan dengan perilaku sehari-hari akan membuat pembelajaran menjadi aplikatif dan bermakna. Ausubel (1963) menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna” (meaningfull). Belajar bermakna ini merupakan proses pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya.

Sedangkan kata APES, merupakan singkatan dari kata Alat PEraga Sederhana. Dalam pembelajaran, alat peraga termasuk media yang sangat penting untuk menyampaikan informasi ilmu pengetahuan kepada siswa. Penelitian membuktikan bahwa kemampuan alat indra menerima dan menyerap informasi lebih besar pada penglihatan (70% – 85 %), dan pendengaran (15% – 25%). Siswa lebih mudah menerima informasi materi pelajaran melalui proses penglihatan. Sebaliknya, guru akan mudah menyampaikan informasi pelajaran melalui penggunaan alat peraga bersifat visual dan audio.

Ketika kita mengingat masa kita sekolah, saat guru menerangkan di depan kelas mnggunakan media pembelajaran/alat peraga, terasa waktu berjalan begitu cepat sehingga pelajaran pun berakhir. Waktu begitu terbatas. Mengapa demikian? Perhatian kita hanya tertuju pada penjelasan guru dan alat peraga yang digunakan dalam belajar. Rupanya media penyampai materi pelajaran yang digunakan guru telah menyita perhatian siswa. Itu membuktikan bahwa peran alat peraga sangat besar untuk menarik minat siswa dalam mempelajari pelajaran tersebut.

APES, Alat Peraga Sederhana berarti alat peraga yang mempunyai bentuk dan cara perolehan yang mudah dan sederhana, dengan kata lain alat peraga ini dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan ada disekitar kita. Alat peraga buatan sendiri selain dapat menarik minat belajar juga menarik minat kreativitas siswa. Karena bahan mudah diperoleh maka siswa akan meniru membuatnya. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas disekitar kita seperti botol, kardus,stik es krim, styrofoam dan lain-lain kita  dapat membuat alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan kita sampaikan, misalnya dengan gabus kita dapat membuat alat peraga model sel untuk menjelaskan tentang bagian-bagian sel yang mudah dilihat oleh penglihatan siswa kita. Contoh lain, menggunakan botol kaca bekas dapat dibuat alat peraga sederhana untuk menjelaskan prinsip kerja elektroskop, atau pembuatan wayang rangka manusia. Untuk memudahkan dan menarik siswa belajar rangka maka ditampilkan wayang rangka yang dibuat dari kardus bekas yang diatur seperti bentuk rangka manusia. Dengan alat peraga seperti itu, ternyata benar-benar mengasyikkan dan membuat siswa semakin tertarik untuk belajar sains (IPA).

Retno Tri Astuti, SP
Guru IPA SMP N 3 Baturetno