Ayo..!! Bermain Drama di Sekolah

Ulfatin Nadhiroh, S.Pd Guru SMPN 2 Gubug, Grobogan
Ulfatin Nadhiroh, S.Pd Guru SMPN 2 Gubug, Grobogan

GROBOGAN – Akhir-akhir ini pengajaran drama di sekolah jarang sekali diajarkan.Ini karena dalam silabusmata pelajaran Bahasa Indonesia hanya ada di kelas IX KTSP di semester 2.Itupun pada akhir semester di saat siswa kelas IX sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional.Untuk itu penulis  berharap bahwa  pengajaran drama tetap bisa disampaikan kepada peserta didik baik sekolah yang menerapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maupun menerapkan kurikulum 13.

Di sini penulis ingin sedikit memberi gambaran tentang pengajaran drama di kelas ,sebagai bekal memberi pelajaran kepada peserta didik tentang bagaimana  cara mengajarkan drama di kelas dengan mudah.

Drama dan pengajaran drama semakin hari semakin mendapat tempat di kalangan masyarakat umum dan masyarakat sekolah.Para pendidik mulai menyadari pentingnya penggunaan kaidah dan tekhnik drama dalam proses belajar mengajar.Pengajaran drama ini ada dalam materi Bahasa Indonesia kelas IX semester 2 KTSP.

Melalui teknik dan kaidah drama,guru memberikan peluang ketrampilan,membunyikan,melafalkan,melakonkan dan mencurahkan perasaan serta aktifitas lain yang berkaitan dengan lisan dan gaya di atas pentas.Dalam pembelajaran ini pendidik diharapkan mampu menyiapkan kriteria penilaian bahan pengajaran apresiasi drama.Guru diharapkan menguasai teknik mengajarkan apresiasi drama.Diharapkan juga guru mampi mempraktikkan bebagai pendekatan pengajaran apresiasi drama.Demikian juga guru diharapkan mengenal kriteria bahan pengajaran Apresiasi sastra drama.

Bahan pengajaran apresiasi sastra (cerita dan puisi) dapat dengan mudah anda peroleh di toko buku atau perpustakaan. Hal ini berbeda dengan bahan pengajaran drama.Hingga saat ini naskah drama untuk anak- anak masih kurang.Untuk menyediakan bahan pengajaran apresiasi  drama yang baik,diperlukan pengetahuan tentang syarat bahan pengajaran drama yang baik pula.Syarat tersebut menjadi pedoman untuk pemilihan bahan jika bahan sudah tersedia.

Seperti hal cerita dan puisi ,kriteria yang menjadi pedoman tersebut adalah keterbacaan dan kesesuaian.Keterbacaan artinya naskah mudah dicerna siswa sehingga  mereka dapat menemukan tema dan peran yang terdapat didalam naskah tersebut.Adapun kesesuaian artinya naskah tersebut sejalan dengan perkembangan psikologi siswa dalam fase tertentu.

Kriteria keterbacaan meliputi: kejelasan bahasa (dialog),kejelasan tema dan pesan,kejelasan alur (babak dan adegan) ,kejelasan dan ketajaman watak.   Naskah drama untuk bahan pengajaran apresiasi di SD,hendaknya memenuhi syarat kejelasan bahasa.Artinya,istilah atau kata-kata yang dipergunakan dalam dialog naskahtersebut merupakan kata lugas sehingga  segera timbulkeakraban dengan naskah tersebut.

Kejelasan tema dan pesan. Naskah drama untuk pengajaran di SD hendaknya menyajikan tema secara lugas. Dengan demikian mereka dapat langsung mengenali tema drama tersebut dan dapat langsung pula menemukan pesan-pesan yang terdapat di dalam naskah. Hal ini penting karena bukankah pesan-pesan itu merupakan pesan yang anda inginkan atau sampaikan juga kepada para siswa.Kejelasan watak. Naskah drama hendaknya menyajikan watakny masing-masing tokoh secara jelas. Maksudnya, dapat dibedakan antara tokoh yang satu dan tokoh lainnya.

Untuk mendapatkan hasil pengajaran yang baik, diperlukan bahan yang sesuai dengan fase perkembangan psikologis usia siswa. Mempertimbangkan fase perkembangan psikologi usia tertentu merupakan hal yang sangat penting sebab bahan pelajaran akan dirasakan menarik bagi siswa jika sesuai dengan minat dan taraf kemampuannya.

Melalui drama bisa ditanamkan nilai karakter hidup kepada siswa. Keberhasilan tersebut bergantung kepada kreatifitas guru dan sekolah. Fasilitas dan manajemen pembelajaran  yang baik, turut menentukan keberhasilan. Diyakini melalui model yang baik, maka siswa akan mampu menguasai materi pelajaran.