Fasilitas Umum Belum Ciptakan Pemerataann Pendidikan

Fasilitas Umum Belum Ciptakan Pemerataann Pendidikan
Siti Nuryatni,S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 2 Mojolaban

JATENGPOS.CO.ID, – Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau, dari Sabang sampai Merauke. Hampir setiap pulau terdiri dari bermacam-macam budaya yang berbeda yang memiliki keunikan karakter masyarakat yang berbeda pula. Beberapa kota jaraknya sangat jauh dari pusat kota kabupaten, tidak bisa dipungkiri kehidupan masyarakatnya jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat yang berada dekat dari pusat kota. Tidak sedikit pula ada beberapa daerah yang letaknya dekat dengan ibukota, namun terasa seperti berada di daerah pedalaman.

Sungguh ironis sekali, kalau dilihat dari letak geografis tidak jauh dari kota kabupaten. Untuk kebutuhan pokok semisal air minum saja bagaikan beli emas.mahal sekali.  Untuk kebutuhan pokok air bersih saja masyarakatnya harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Bagi yang ingin mendapat air bersih gratis mereka harus mengambil ketempat yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya dengan medan yang terjal dan belum beraspal. Itupun harus berbagi dengan warga lainnya. Aliran listrikpun juga belum sampai, apabila malam datang gelap gulitalah daerah tersebut hanya lentera remang-remanglah yang menemani warga tersebut. Sehingga media televisipun belum hadir menemani mereka. Bisa dipastikan banyak informasi yang belum bisa  diterima.

Apalagi fasilitas umumnya jauh dari layak atau belum memadai. Transport untuk menuju ke daerah tersebut sungguh sangat minim. Mereka umumnya harus berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer menuju tujuan. Untuk menjual hasil panenan ke pasarpun harus berjuang begitu beratnya. Ada dua pilihan untuk bisa menjual hasil panenannya: yang pertama jalur lewat darat, harus menempuh berkilo-kilometer dengan berjalan kaki dalam waktu lama, yang kedua lewat jalur sungai agak dekat, namun juga perlu perjuangan keras dengan cara mengikuti aliran sungai. Itupun sungai saat air surut, namun apabila saat musim hujan dan air sungai meninggi perlu perjuangan yang jauh lebih berat lagi dan beresiko. Faktor itulah yang mengakibatkan perputaran uangpun di daerah tersebut begitu lambat.

Tak terkecuali anak-anak, mereka yang mau sekolah perlu berjalan kaki berkilo-kilo meter dengan jalan yang kebanyakan masih macadam ataau belum beraspal. Apabila mereka ingin jarak tempuh yang lebih dekat maka mereka mengambil jalan pintas, harus melewati persawahan. Dan dilanjutkan dengan melewati sungai yang tanpa penghubung atau jembatan permanen. Satu-satunya alat penghubung yang ada adalah bambu sebagai pengganti jembatan dan seutas tali sebagai pegangan tanpa alat pengaman lainnya. Dengan satu tangan lainnya menenteng sepatu. Tidak sedikit mereka berjalan tanpa alas kaki. Siapapun yang melihatnya sungguh sangat miris dengan keadaan itu. Namun mereka terlihat sangat menikmati perjalanan itu. Ikhlas dengan keadaan karena sudah terbiasa dan demi mewujudkan cita-cita mereka menggenggam pendidikan  Sekolah Dasar.

Kurangnya tenaga pengajar yang bersedia mendedikasikan ilmunya ke daerah tersebut merupakan salah satu faktor anak daerah tersebut tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Jika mereka ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka mereka harus keluar kota, berarti mereka harus meninggalkan kota kelahirannya. Dari beberapa anak lulusan sekolah dasar hanya beberapa persen saja yang melanjutkan pendidikannya. Itupun mereka kebanyakan tidak kembali ke kampung halaman. Sehingga yang masih tinggal di daerah tersebut masyarakatnya kebanyakan hanya berpendidikan sekolah dasar.

Sekali tiga uang, tenaga medispun juga langka ditemukan didaerah itu, sehingga informasi kesehatan masih minim dan mereka masih mengikuti pola hidup dari kebiasaan orang tuanya. Belum  mempedulikan kesehatan pribadi, tempat tinggal dan lingkungannya, Bisa dikatakan pola hidup mereka jauh dari sehat.

Dampak dari kurangnya fasilitas umum itu  sebagai faktor sedikit tenaga profesional yang  bersedia mendedikasikan tenaganya masuk ke daerah tersebut. Sehingga menjadikan belum meratanya kesejahteraan.

Siti Nuryatni,S.Pd.

Guru Matematika SMP Negeri  2 Mojolaban