Goal Setting Tingkatkan Motivasi Siswa dalam Berolahraga

Muhamad Fajar Sodiq, S.Pd Guru Penjaskes SMA N 1 Gemolong
Muhamad Fajar Sodiq, S.Pd Guru Penjaskes SMA N 1 Gemolong

Dalam setiap kali kegiatan pembelajaran pasti rasa jenuh dari siswa itu akan muncul, oleh sebab itu maka tugas kita sebagai guru untuk membuat ramuan –ramuan jitu agar siswa menjadi termotivasi dalam setiap Kegiatan Belajar mengajar, dalam hal ini kita akan meningkatkan motivasi siswa dalam KBM olahraga. Mungkin banyak siswa yang mendambakan kegiatan olahraga , karena disamping menjadi sarana refresh otak yang setiap hari berada di dalam kelas untuk menerima pembelajaran, maka seolah-olah mata pelajaran penjasorkes menjadi pelampiasan, mereka bisa melakukan gerakan jalan, lari bahkan guling-guling di luar ruangan. Tetapi semua itupun kemungkina juga akan menjenuhkan apabila tidak diberikan target atau goal setting terlebih dahulu.

Motivasi olahraga dapat dibagi atas motivasi primer dan sekunder, dapat pula atas motivasi i biologis dan sosial. Namun banyak ahli membagikannya atas dua jenis, intrinsik dan ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari. Siswa yang punya motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan kemampuan atau ketrampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya. Bagi siswa tersebut, kepuasan diri diperoleh lewat prestasi yang tinggi bukan lewat pemberian hadiah, pujian atau penghargaan lainnya. Siswa ini biasanya tekun, bekerja keras, teratur dan disiplin dalam menjalani latihan serta tidak menggantungkan dirinya pada orang lain.

Pada umumnya kemenangan yang diperoleh dalam kompetisi merupakan kepuasan dan selalu dievaluasi guna lebih ditingkatkan, dan kekalahan akan diterima tanpa kekecewaan melainkan akan menjadi sumber analisa terhadap kekuatan lawan dan kelemahan diri sendiri guna diperbaiki melalui latihan-latihan yang keras. Biasanya siswa ini mempunyai kepribadian yang matang, sportif, tekun, percaya diri, disiplin dan kreatif.

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang menyebabkan individu beradaptasi dalam olahraga. Dorongan ini barasal dari pelatih, guru, orang tua, bangsa atau berupa hadiah, sertifikat, penghargaan atau uang. Motivasi ekstrinsik itu dapat dipelajari dan tergantung pada besarnya nilai penguat itu dari waktu ke waktu. Ini dapat karena mempertaruhkan nama bangsa dan negara, karena hadiah besar, karena publikasi lewat media massa. Dorongan yang demikian ini biasanya tidak bertahan lama. Perubahan nilai hadiah, tiadanya hadiah akan menurunkan semangat dan gairah berlatih. Kurangnya kompetisi menyebabkan latihan kurang tekun, sehingga prestasinya merosot.

Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena motif untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar daripada kepuasan karena telah berprestasi baik. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan, sehingga dapat timbul kecenderungan untuk berbuat kurang sportif atau kurang jujur seperti licik dan curang. siswa yang bermotifasi ektrinsik, sering tidak menghargai orang lain, lawannya, atau peraturan pertandingan. Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi siswa untuk dilewati. Secara sederhana, goal setting merangsang siswa untuk mencapai sesuatu baik dalam proses latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan tentang metode goal setting ini agar berjalan secara efektif.Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran harus spesifik agar siswa mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang kedua adalah tingkat kesulitan sasaran.

Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi persepsi siswa tentang kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat siswa ragu untuk bisa mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan melemahkan keyakinan diri siswa. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat terlalu mudah karena tidak akan memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin menantang sasaran yang harus dicapai, upaya dari seorang siswa untuk meraihnya juga akan semakin besar (Wann, 1997). Berikutnya, siswa harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang dia selesaikan. Dengan feedback yang spesifik ini, siswa akan mengetahui kekurangan dan kekuatan dirinya, sehingga siswa akan mempunyai informasi untuk meningkatkan dirinya.

Muhamad Fajar Sodiq, S.Pd
Guru Penjaskes SMA N 1 Gemolong