JATENGPOS.CO.ID, – Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah salah satu kecakapan yang harus dimiliki sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh para generasi milenial abad 21. Pemerintah sedang getol untuk menanamkan kecakapan ini kepada para generasi milenial. Rendahnya hasil PISA 2012 yang menyatakan bahwa remaja berusia 15 tahun di Indonesia belum mempunyai literasi dasar yaitu membaca, sains dan matematika menjadi dasar dari tindakan yang diambil oleh pemerintah.
HOTS atau kecakapan berpikir tingkat tinggi tak sekedar mengingat atau menyatakan kembali akan tetapi berpikir kritis; mentransfer satu konsep ke konsep yang lain; memproses dan menerapkan informasi; mencarikaitandariberbagaiinformasi yang berbeda-beda; menggunakaninformasiuntukmenyelesaikanmasalah serta menelaah ide daninformasisecarakritis. HOTS mempunyai karakteristik antara lain: mengukurkemampuanberpikirtingkattinggi (C4, C5, atau C6 menurut taksnomi Bloom), kontekstual, mengikuti tren dan tidak rutin.
HOTS identik dengan soal-soal yang sulit, padahal bukan begitu maksudnya. Soal yang menanyakan sinonim misal dalam Ujian Nasional Bahasa Inggris, selalu dianggap soal yang sulit bagi para peserta ujian. Akan tetapi soal tersebut tidak masuk dalam kategori soal HOTS karena hanya menguji kemampuan hafalan peserta ujian saja, tidak memerlukan kemampuan berpikir lebih. Soal yang dianggap mudah pun dapat masuk dalam kategori HOTS ketika soal tersebut memerlukan kemampuan analisis lebih.
Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) rerata berusia 13 hingga 15 tahun. Usia yang oleh Rumini dan Sundari (2004) sebagai kelompok remaja awal. Piaget memandang bahwa pada tahap ini, perkembangan kognitif remaja usia pelajar SMP berada dalamtahappertumbuhanoperasi formal. Pada tahap ini, ciri pokok yang dimiliki adalah kemapuan untuk berpikir abstrak dan logis. Menurut Budiningsih (2004), pada tahap operasi formal remaja sudah mampu 1) bekerjasecaraefektifdansistematis, 2) menganalisissecarakombinasi, 3) berpikirsecaraproporsional, 4) menarikgeneralisasisecaramendasarpadasatumacamisi. Dari paparan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya anak usia SMP sudah mampu untuk mengerjakan soal HOTS walaupun harus pula kita akui bahwa kemampuan kognitif setiap anak berbeda.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengajarkan HOTS kepada para siswa untuk menambah kemampuan mereka dalam memahami HOTS. 1)Pahamkan pada para siswa apa itu HOTS dan pentingnya mempelajari HOTS. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering berhadapan dengan HOTS karena salah satu karakteristik HOTS adalah konteksual. 2)Pancing agar para peserta didik mau bertanya. Beri contoh konkrit. Jika perlu, bawalah media asli yang mampu membuat siswa penasaran sehingga mau bertanya. Yang tak kalah penting adalah, jangan tolak pertanyaan mereka walaupun terdengar konyol ataupun tak masuk akal. Jika kita tidak tahu jawabannya, jujur saja dan katakan bahwa kita akan mencoba menjawab pertanyaan itu pada pertemuan berikutnya3)Menghubungkan konsep. Ajak para siswa untuk menghubungkan konsep pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dengan apa yang akan mereka pelajari. 4)Ajari siswa untuk menangkap makna. Ajari mereka untuk mencari tahu apakah jawaban dari soal tersebut ada di dalam teks, ada di buku atau mereka harus menggunakan pengetahuan dan logika mereka sendiri untuk menjawab soal tersebut. 5)Gunakan peta konsep. Peta konsep membantu para siswa untuk menghubungkan informasi yang mereka peroleh sehingga lebih mudah dipahami. 6)Ajarkan siswa untuk mengelaborasi jawaban mereka. Pancing dengan kata tanya” kenapa?, bagaimana?” yang membuat mereka berpikir lebih, tidak sekedar menjawab.
HOTS memang bukan hal yang baru lagi, akan tetapi senantiasa ada hal yang baru untuk dipelajari dan diketahui bersama. Mengajarkan berpikir kritis kepada siswa secara tak langsung mengajak para guru untuk berpikir lebih kritis sehingga tantangan generasi millenial yang harus cakap dalam berpikir kritis pun perlahan akan mampu diatasi.