Mengembalikan Budi Pekerti Luhur melalui Pembiasaan

Syarif Budiyanto, S.Pd Guru SDN 04 Badak, Pemalang
Syarif Budiyanto, S.Pd Guru SDN 04 Badak, Pemalang

Budi Pekerti Luhur adalah kesadaran perbuatan atau prilaku seseorang yang sopan, yang baik dalam segala hal yang di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam era globalisasi ini yang semua sudah teramat canggih membuat manusia bersikap individualisme tinggi. Hal inilah yang menyebabkan budi pekerti yang luhur itu seolah kian tergerus zaman. Kita sebagai seorang pendidik apakah hanya akan menonton perubahan pola,sikap anak didik kita yang jika kita rasakan dan kita bandingkan dengan saat kita kecil dulu sangatlah berbeda jauh, walaupun kita tidak dapat memungkiri bahwa dampak dari kemajuan ilmu dan tekhnologi memang demikian adanya.

            Behaviorisme menekankan pada hasil belajar  (berupa perubahan tingkah laku) dan tidak memperhatikan proses berpikir siswa (karena tidak dapat dilihat), oleh karena itu, Galloway (1967), Menganggap proses belajar menurut behaviorisme sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarkan apa yang terjadi dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung. Dari teori tersebut dapat kita simpulkan bahwa budi pekerti yang luhur itu adalah hasil dari proses belajar yang tidak dapat di nilai dengan sebuah angka, tetapi melalui sikap atau prilaku sehari-hari. Namun demikian jika semua orang apatis dengan keadaan ini tidak menutup kemungkinan budi pekerti luhur pun akan menjadi barang langka, dan hal itu akan jauh dari kepribadian bangsa indonesia yang menjujung tinggi budi pekerti luhur. Oleh karena itu dimulai dari kita sebagai seorang pendidik mengajarkan pendidikan melalui sebuah pembiasaan, karena hakekat belajar itu sendiri dapat dillihat dari sebuah perubahan, perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik. Jika dari pembelajaran kita tidak menemukan perubahan perubahan apapun maka pembelajaran yang berlangsung selama ini dapat dikatakan gagal. Jika pendidikan gagal lalu dimana peran seorang guru mengarahkan anak didiknya ?

            Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai akademiknya saja, karena di Indonesia sendiri tidak kekurangan orang dengan nilai akademik yang menakjubkan tapi mengapa banyak terjadi penyelewengan dimana mana. Oleh sebab itu pendidikan karakter bangsa memang harus di lakukan untuk mengembalikan budi pekerti yang luhur.  Kita juga harus memberikan contoh agar anak anak membiasakan menggunakan tiga kalimat ajaib yaitu berterima kasih saat mendapat sesuatu, minta maaf ketika melakukan kesalahan, dan minta tolong ketika membutuhkan pertolongan. Jika hal tersebut dilakukan dan diterapkan melalui sebuah kebiasaan maka akan menjadi sebuah pembiasaan dalam berprilaku dan setidaknya masih ada hal hal baik yang dapat di lestarikan dari warisan nenek moyang kita.

 Karena dari sebuah kebiasaan akan melahirkan sebuah pembiasaan, sebuah pembiasaan yang di lakukan akan menghasilkan kebudayaan. Pendidikan bukan hanya mencetak para ilmuwan yang jenius atau menghasilkan para juara. Tapi budi pekerti yang luhur tidak kalah pentingnya dari sekedar menjadi juara.

Syarif Budiyanto, S.Pd

Guru SDN 04 Badak, Pemalang