Mufakat Kelas Sarana Mendisiplinkan Anak

LISTIANI,M.M.Pd GURU SD NEGERI 2 WIRUN KUTOARJO
LISTIANI,M.M.Pd GURU SD NEGERI 2 WIRUN KUTOARJO

JATENGPOS.CO,ID, – Mufakat dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti setuju atau tidak seorangpun menolak usul itu. Kata mufakat sering kita jumpai ketika sedang melakukan suatu diskusi ataupun musyawarah, hal ini juga berlaku bagi peserta didik yang dalam pelajaran sehari – hari melakukan musyawarah atau diskusi kelas.

Dalam prosesnya, mufakat kelas mebawa dampak positif bagi siswa yaitu kedisiplinan anak bertambah baik. Apa itu kedisiplinan bagi siswa? Kedisiplinan bagi siswa adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai – nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawab siswa. Kedisiplinan adalah usaha yang dilakukan untuk mewujudkan ketaatan siswa dalam menaati sebuah peraturan.

Sebagai contoh, ketika siswa siswi melakukan musyawarah mengenai tata tertib kelas seperti tidak mengerjakan PR, rambut di cat, kuku panjang, terlambat datang, tidak memakai atribut sekolah, tidak menjaga kebersihan, gaduh dalam kelas, berkelahi, dsb peserta didik akan menentukan sangsi bagi pelanggarnya untuk membayar denda berupa uang maupun membersihkan kamar mandi. Karena sangsi yang sudah ditentukan dan disepakati bersama, mereka akan mentaati peraturan yang telah dibuat dan tidak ada yang melanggar.

Terlebih lagi, untuk para pelanggar tata tertib kelas, selain sangsi denda yang telah ditentukan terdapat pula sangsi sosial lainnya yaitu dikucilkan oleh teman satu kelas karena telah melanggar kesepakatan kelas. Menurut pengamatan penulis, pelanggar yang melakukan pelanggaran akan membayar denda yang telah ditentukan dengan kesadaran sendiri karena kuatnya sangsi sosial yang akan mereka dapat jika melanggar kesepakatan yang ada.

Sehingga pada akhrinya, mufakat kelas sebagai sarana mendisiplinkan anak dapat diterapkan dengan baik bila peserta didik dapat melakukan musyawarah yang dapat menampung semua aspirasi siswa didalam kelas sehingga terjadi mufakat yang akan diikuti dengan kedisiplinan yang tinggi karena semua siswa merasa harus menaati nilai yang mereka buat sendiri sebagai tanggung jawab bersama yang harus dijaga.

LISTIANI,M.M.Pd

GURU SD NEGERI 2 WIRUN KUTOARJO