JATENGPOS.CO.ID, – Menajemen kelas yang baik dapat mengarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi siswa yang baik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya dalam menerapkan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, ada 4 skill yang dikembangkan yaitu reading, speaking, listening dan writing yang digunakan secara aktif untuk berkomunikasi dan untuk mengikuti perkembangan zaman. Guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga mendidik siswa. Banyak hal di luar dugaan yang terjadi di dalam kelas sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam mengatasi hal tersebut. Bahasa Inggris seringkali menjadi momok bagi siswa karena mereka berpikir Bahasa Inggris sangatlah sulit dipelajari, terlebih karena mereka tidak menggunakannya sebagai bahasa kedua. Ketika siswa termotivasi dalam mempelajari Bahasa Inggris, keaktifan siswa akan muncul dan mereka akan menikmati proses pembelajaran di kelas. Sayangnya, ada banyak perilaku siswa yang mengganggu di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ini salah satu tantangan guru untuk mempunyai keterampilan menejemen kelas yang baik sehingga mendukung atmosfer pembelajaran yang berkualitas. 40 menit pembelajaran di kelas merupakan waktu yang sangat singkat jika dipakai terlalu banyak untuk mendisiplinkan siswa. Di lain hal, guru tetap harus bisa menyelesaikan materi sesuai silabus tepat waktu.
     Adanya perilaku siswa yang mengganggu di kelas sangat mempengaruhi output belajar siswa. Selain itu, karakter siswa juga menjadi hal yang tidak kalah penting untuk dibentuk. Pendidikan karakter ini menjadi fokus pada kurikulum 2013 yang sangat menekankan dimensi sikap. Menurut Levin dan Nolan (1996: 154), ada empat jenis perilaku siswa yang mengganggu di kelas yaitu gangguan verbal (berbicara, berbisik), perilaku yang keluar dari konteks pembelajaran (melamun, mencorat-coret), gerakan fisik yang mengganggu (jalan-jalan di kelas, memberikan catatan kecil pada teman) dan tidakadanya respect pada guru dan siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, keterampilan sangat ditekankan sehingga siswa bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar. Ada banyak kosakata baru yang muncul ketika pembelajaran Bahasa Inggris dan pemahaman struktur kalimat yang tepat sangat diperlukan sehingga ketika ada banyak perilaku siswa yang mengganggu, akan mempengaruhi konsentrasi siswa dalam belajar bahasa asing.
     Perilaku tersebut bisa dipengaruhi dari faktor sosial dan faktor psikologis. Masalah yang berhubungan dengan masyarakat, kemajuan teknologi, guru yang gaptek dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, televisi dan kekerasan serta mempunyai ‘contoh/idola’ yang tidak baik merupakan faktor sosial yang bisa mempengaruhi perilaku tersebut. Faktor psikologis juga sangat berperan daam membentuk perilaku siswa tersebut. Topper (1994) dalam Jones (2001: 47) menyatakan kebutuhan psikologis siswa antara lain teman yang peduli, kegiatan yang menyenangkan dan menantang untuk dilakukan, mempunyai pilihan dan belajar membuat keputusan, kesempatan mengembangkan diri untuk meraih mimpi, penampilan fisik, status dan reputasi yang baik, cinta yang tidak terbatas serta kesempatan untuk memberi warna pada kehidupan seseorang merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku siswa yang mengganggu tersebut.
     Seringkali anak yang mempunyai relasi yang buruk di keluarga menunjukkan perilaku tersebut karena tidak cukupnya kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Selain itu, banyak orang tua yang merantau untuk bekerja sehingga tidak bisa mendampingi dalam masa tumbuh kembang anak.
     Guru bisa menggunakan nonverbal intervention sebagai strategi di kelas. Nonverbal intervention bisa dilakukan dengan guru secara sengaja mengabaikan perilaku mengganggu tersebut dengan tujuan tertentu (Planned Ignoring), berkomunikasi tanpa mengganggu siswa lain misalnya dengan kontak mata dengan siswa tersebut (Signal Interference), mengontrol siswa dengan mendekatinya (Proximity Control) dan menyentuh siswa tanpa ada satu katapun yang diucapkan (Touch Control). Strategi diatas akan memberikan dampak yang sangat baik di kelas karena tidak dilakukan secara verbal yang dapat mengganggu konsentrasi atau keaktifan siswa di dalam pembelajaran siswa di kelas. Hal ini bisa memberikan output belajar dan karakter siswa yang baik. Selain itu, secara psikologis siswa juga tidak sakit hati jika ditegur secara langsung dan pembelajaran di kelas bisa kondusif.