JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Indonesia-Tionghoa (INTI) Jawa Tengah menunjukkan kepeduliannya terhadap anak-anak dan remaja penyandang autisme. Bersama Dinas Sosial Jawa Tengah INTI Jawa Tengah menggelar Seminar Internasional Charity Anak Autis di Aula Dinas Sosial Jateng, Kamis (18/7).
Seminar bertajuk “Meningkatkan Komunikasi dan Sosialisasi pada Anak dengan Autisme”, ini menghadirkan pembicara berkelas Internasional dari Amerika Serikat, Dr Th omas Layton, PhD, President Talk and Total Communication Service, Durhan North Carolina, Amerika Serikat. Materi seminar yang dipaparkan oleh pakar autis internasional berpengalaman di bidang Autisme selama 40 tahun ini benar-benar memukau 550 audience dan undangan yang hadir di seminar tersebut.
Selain itu pemaparan Lany Setyadi SPd (Founder Komunikasi Sahabat Difabel Ketua Yayasan Yogasmara, Autisme Center, Semarang) tentang “Autisme & Problematika Sosial Komunikasi,” dan Gouw Andy Siswanto (Ketua INTI Jawa Tengah) juga tidak kalah menarik. Dipandu sang moderator dan Translator Sievy Megawaty S.Pd, jalannya acara seminar internasional berlangsung menarik dan sangat bermanfaat.
Autis adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang kompleks dan dapat terjadi pada anak dalam masa tiga tahun pertama kehidupannya. Dimana biasanya ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, interaksi sosial, dan minat yang terbatas serta berulang-ulang (repetitif).
Gejalanya cukup banyak, diantaranya yang paling menonjol adalah sulitnya melakukan kontak mata, terlambat bicara atau kalaupun berbicara dalam bahasa yang terdengar aneh dan tak mudah dimengerti, dan masih banyak lagi. Kesemua gejala ini membuat mereka tampak berbeda dengan anak-anak pada umumnya dan seperti hidup pada dunianya sendiri.
Dengan demikian autisme hanyalah gangguan perkembangan anak dari berbagai aspek. Diantaranya gangguan perkembangan komunikasi (bahasa), fungsi sosial dan prilaku repetitif, serta interaksi sosial, sehingga mereka menjadi berbeda dari yang lainnya.
Berkomunikasi yang efektif dengan anak dan remaja istimewa ini sebenarnya tidaklah sulit, asal saja orangtua, keluarga dan masyarakat ”mau tampil beda”. Artinya, untuk mengatasi perbedaan ini perlu seni berkomunikasi.
Dalam membangun komunikasi, ada beberapa hal yang perlu dikenali, yaitu yakinlah bahwa selalu ada jembatan sebagaimana seseorang berusaha untuk menyesuaikan dirinya dalam berbagai situasi, ada rasa peduli dengan mitra/apalagi dengan anak sendiri, dan setiap individu adalah budaya/unik, dan setiap hubungan atau komunikasi pada hakikatnya menuntut perubahan.
Dalam kaitannya dengan anak-anak dan remaja autis ini, membangun komunikasi dengan mereka adalah bagaimana menghargai anak dengan tulus, menjalin keterbukaan, dan terpenting bagaimana menerima keberbedaan mereka. Di sini, perspektif orangtualah yang perlu menyesuaikan dengan perspektif anak.
Gouw Andy Siswanto, Ketua INTI Jawa Tengah mengatakan, kuncinya sederhana, orangtua perlu lebih dulu mengenali daya dan gaya komunikasi mereka sendiri sehingga terjalinlah komunikasi akrab dengan anak-anak dan remaja autis. Artinya, orangtua perlu juga memasuki dunia anak dan remaja autis. Seminar yang juga kerjasama dengan Komunitas Sahabat Difabel (KSD) ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam membangun komunikasi yang efektif pada anak penyandang autis.
“Seminar internasional ini menjadi sangat penting mengingat jumlah anak penyandang autis di dunia, terus bertambah dari tahun ke tahun, sehingga perlu dicarikan solusinya,” imbuhnya. (aln/mar)