Running Review, Solusi di Era Industri 4.0 di Smk 2 Tegal

Sri Indrawati, M.Pd. SMK 2 Tegal
Sri Indrawati, M.Pd. SMK 2 Tegal

Tak dapat dipungkiri ketika mendengar kata perpustakaan sekolah sebagian dari kita ada yang mengindentikkan dengan deretan rak – rak buku lengkap dengan koleksinya; buku paket, buku referensi, majalah dan surat kabar. Tak jarang buku – bukunya pun ada yang berdebu, penuh coretan tangan siswa bahkan ada yang masih terbungkus rapi. Kondisi inipun masih ditambah dengan sedikitnya pengunjung, teguran pustakawan tentang keterlambatan pengembalian buku pinjaman dan betapa “kreatifnya” sebagian dari siswa kita yang melipat ujung kertas sebagai tanda kita fokus di halaman tersebut.  Kondisi tersebut di atas ditemukan di SMK 2 Tegal, tempat penulis mengajar.

Berbekal inilah maka dalam minggu ini penulis bersama dengan pustakawan dan seorang guru produktif Teknik Komputer Jaringan (TKJ) menggagas ide running review sebagai solusi untuk mempromosikan perpustakaan SMK 2 Tegal. Ide ini juga muncul sebagai bentuk keprihatinan penulis yang menginginkan agar seluruh stakeholder di sekolahnya dapat berpartisipasi aktif dalam memanfaatkan dan mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar di era  industri 4.0. Era dimana semua aspek kehidupan terhubung dengan pesatnya penggunaan internet tanpa batas ruang dan waktu. Running review sebenarnya diadopsi dari running text[1] atau juga dikenal dengan moving sign. Jadi running review yang sedang diselesaikan proses penayangannya di perpustakaan SMK 2 Tegal sebenarnya adalah media yang digunakan untuk menampilkan hasil ringkasan buku khususnya buku fiksi. Karena baru pertama kali diadakan, bentuknya pun masih sangat sederhana. Sedikitnya ada tiga  langkah yang harus disiapkan untuk menayangkan running review; menyiapkan data berupa ringkasan buku / review, mengubah data menjadi text dengan desain grafis[2] dan mentransfer file data yang sudah dibuat ke media display layar Liquid Crystal Display (LCD) proyektor yang tersambung dengan satu unit komputer yang standby sebagai pusat data.

Running review dipilih karena memiliki beberapa kelebihan. Pertama, mengubah kebiasaan lama pemustaka; menulis ringkasan cerita pada selembar kertas menjadi kebiasaan untuk mengetiknya dengan format microsoft word dan desain grafis menggunakan komputer yang ada di perpustakaan. Dalam dua tahun terakhir kebiasaan siswa kami yang tergabung dalam Komunitas Inti Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah meringkas buku fiksi yng dipinjamnya pada selembar kertas yang selanjutnya disatukan menjadi sebuah kliping.

Kedua, running review mengkolaborasi literasi baca tulis dengan literasi digital yang dapat dilakukan di perpustakaan sekolah. Hal ini dimungkinkan karena selain koleksi fisik sebenarnya perpustakaan sekolah kami menyediakan satu unit komputer untuk registrasi pengunjung dan tiga unit komputer khusus untuk berselancar internet. Ketiga, running review dapat meningkatkan kreativitas pemustaka dalam meringkas buku. Keempat, menarik perhatian warga sekolah yang belum memanfaatkan koleksi perpustakaan. Kelima, menumbuhkan semangat untuk disiplin, bekerjasama dan bertanggungjawab.

Akhirnya, jika genderang persaingan global sudah dimulai di era industri 4.0, tidak ada pilihan lain kecuali untuk berbenah. Hal ini disebabkan karena hanya ada dua pilihan ; tertinggal atau berbenah. Untuk mampu bertahan, upaya pembenahan perpustakaan di sekolah kami antara lain dengan membuat akun facebook, fan page, instagram, WhatsApp (WA) group dan komunitas Teknik Informatika (TI) yang selanjutnya kami sempurnakan dengan running review. Ini hanyalah sebuah contoh kecil di perpustakaan SMK 2 Tegal yang muaranya adalah semangat untuk melaju seiring pesatnya komunikasi global di era industri 4.0. Bagaimana dengan perpustakan di sekolah Anda? Selamat berkreasi.

Sri Indrawati, M.Pd.

SMK 2 Tegal