Serunya Belajar Siklus Air Tanah dengan Metode “MIKiR”

Isnaeni Hadiastuti, S.Pd.SD Guru SDN 2 Wiramastra Banjarnegara
Isnaeni Hadiastuti, S.Pd.SD Guru SDN 2 Wiramastra Banjarnegara

Ketika Seorang guru dihadapkan untuk mengajar anak SD ( Sekolah Dasar ) tentu ini adalah sesuatu yang menarik dan sangat menantang. Apalagi jika statusnya guru baru dan belum memiliki banyak pengalaman mengajar, butuh waktu serta tenaga untukbisa beradaptasi. Karena kita tahu sendiri, siswa SD adalah mereka yang usianya masih sekitar 6 sampai 11 tahunan, menurut Piaget usia tersebut merupakan pada tahap operasional konkret, di mana anak telah memiliki kecakapan logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.

Usia yang senang-senangnya bermain dengan hal-hal yang baru dan mengasyikkan. Ini menjadi salah satu tugas guru untuk bisa menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan dan siswa dapat menyerap pelajaran dengan lebih mudah.

Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mencapai kompetensi dasar di SD Negeri 2 Wiramastra kelas V mengenai siklus air tanah, penulis berupaya dan mencoba menyampaikan materi dengan menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan di SD Negeri 2 Wiramastra, Kabupaten Banjarnegara yaitu dengan metode MIKiR.

MIKiR adalah singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi. Empat hal tersebut dapat dilakukan dalam proses pembelajaran siklus air tanah. 1).Mengalami : dapat berupa pengamatan atau melakukan percobaan tentang siklus air tanah.2).Interaksi : bertukar pikiran/ide/gagasan, berdiskusi, menanggapi ide dan pendapat orang lain mengenai bagaimana terciptanya air tanah.3). Komunikasi : Menyampaikan ide, menyampaikan hasil kerja, menyampaikan hasil percobaan, melaporkan hasil diskusi kelompok. 4).Refleksi: mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum jelas.

Dengan metode pembelajaran MIKiR ini siswa kelas V SD Negeri 2 Wiramastra tampak lebih aktif,, antusias, dan memahami bagaimana terjadinya air tanah. Dalam hal ini yang lebih dominan adalah siswa mengalami langsung ( Melakukan percobaan dan mendapatkan data untuk diolah dan dilaporkan/dikomunikasikan ), maka tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan


Isnaeni Hadiastuti, S.Pd.SD
Guru SDN 2 Wiramastra
Banjarnegara