TTM, Sederhana Namun Membangun Karakter Siswa

Hasri Peni, S. Pd. SMA Negeri 2 Cepu
Hasri Peni, S. Pd. SMA Negeri 2 Cepu

JATENGPOS.CO.ID, – Guru seorang yang digugu dan ditiru. Digugu maksudnya seorang yang dipercaya dan patut ditiru. Bukan hanya masalah materi pelajaran di sekolah yang dipercayai siswa, tapi juga karakter seorang guru juga dipercaya dan ditiru oleh siswanya. Guru dianggap sebagai teladan, bukan hanya ilmunya, tetapi juga tingkah lakunya menjadi panutan bagi siswanya.

Seorang guru oleh masyarakat awam dianggap orang pandai, ilmunya lebih dari orang kebanyakan, sehingga guru dianggap sebagai orang yang dipercaya dan pantas ditiru. Dari segi karakter guru dianggap orang baik, sangat pantas moral dan perilakunya ditiru oleh siswa yang diajarnya.

Guru tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan secara lebih dibandingkan siswa yang diajarnya, tapi seorang guru diharap juga bermoral luhur. Hal tersebut tidak hanya diharapkan oleh siswanya, tetapi juga oleh orang tua siswa, masyarakat, dan juga negara.

Jadi, seorang guru harus dapat memberikan contoh, teladan bagi siswa, bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga perilakunya. Perilaku guru yang santun, tutur kata baik selain membawa wibawa lebih dari seorang guru juga sangat layak ditiru oleh siswanya. Pilihan kata guru dalam menyampaikan ilmu dan saat keseharian menjadi panutan bagi siswa dan bagi orang di sekitar guru berada.

Lewat, TTM, guru dapat berupaya membangun karakter siswa yang luhur. TTM, Tolong, Terima Kasih, dan Maaf merupakan kata sederhana, namun dapat memberikan catatan tersendiri dimemori siswa. Bahwa dalam melakukan suatu perintah itu tidak harus dengan kata seru, kasar, atau bahkan hentakan membentak.

Ucapkan kata Tolong, Terima Kasih, dan Maaf (TTM) sesering mungkin saat berinteraksi dengan siswa! Kita bisa melatih siswa mengucapkan kata tersebut saat kegiatan pembelajaran. Misal, “Tolong, bersihkan tulisan di papan tulis!”, “Terima kasih, sudah mengumpulkan tugas tepat waktu.”, dan “Maaf, apa kamu sudah selesai mengerjakan tugas?”

Ucapan halus dengan nada rendah dapat meredam emosi siswa yang sudah penuh dengan beban tuntutan tugas sekolah dan permasalahan pribadi. Guru tidak hanya dapat memerintah, tapi diharap dapat meminta siswa untuk mengganti kata kerja perintah yang cenderung menyeramkan dengan diksi yang menentramkan jiwa siswa. Lambat laun bila siswa terbiasa, pasti, karakter siswa akan menjadi lebih baik.

Pengertian karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia memang tidak ditemukan. Namun, sering kita menyamakan karakter itu dengan watak, sifat, akhlak, jiwa, perangai, atau kepribadian. Kita juga dapat mengatakan bahwa pendidikan karakter itu sebagai penanaman nilai kebaikan, supaya mendapatkan watak, sifat, jiwa, atau kepribadian yang baik.

Dengan demikian, membiasakan siswa dengan tutur kata yang baik dan halus, dapat membangun karakter siswa Indonesia. Siswa Indonesia yang biasa ber-TTM—biasa berucap Tolong, Terima Kasih, dan Maaf saat berkomunikasi bukan saja dengan orang tua/dewasa, tapi juga dengan teman, bahkan dengan anak dengan usia di bawahnya, dalam situasi resmi maupun non-resmi.

Sebagai guru tiap siswa memang punya karakter yang berbeda-beda. Apabila kita mendapati siswa yang kurang dalam hal kognitif dan psikomotornya, tentu kita tidak menginginkan siswa kita kurang juga dalam hal perilakunya. Kita wajib membimbingnya, minimal siswa memiliki bekal karakter yang mulia.

Tentu bangsa ini mengharapkan bukan hanya siswa yang berilmu tinggi.Tetapi juga siswa yang memiliki karakter yang luhur. Seimbang ilmu pengetahuannya dengan keterampilan dan jiwanya. Siswa yang bukan hanya dapat nilai sangat baik, baik, atau cukup dalam pelajaran, tapi juga berbudipekerti bijak. Siswa yang bijak bestari, siswa yang mahir, pandai, luas dan dalam ilmu pengetahuannya, berpendidikan baik, dan juga baik budi pekertinya.

Hasri Peni, S. Pd.

SMA Negeri 2 Cepu