JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Hilangnya ratusan hektar tanah milik warga akibat terkena abrasi kian hari kian memprihatinkan. Jika dua puluh tahun yang lalu, sawah menghijau masih bisa dinikmati hingga ujung laut, kini semua sudah musnah tenggelam oleh ganasnya abrasi. Bahkan kini jalan beton di jalur pantura yang sudah ditinggikan hingga satu meter, berhasil disusul oleh air laut dan mulai tenggelam. Hal ini tentunya harus dipikirkan Bersama mulai masyarakat di tingkat bawah hingga pusat. Salah satu usaha yang tengah dilakukan pemerintah daerah Demak adalah dengan terus melakukan penanaman mangrove atau pohon bakau. Penanaman mangrove ini tentunya bukan tanpa alasan, karena tanaman ini ternyata mampu menahan abrasi yang menjadi penyebab tenggelamnya sebagian wilayah Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, hingga Kecamatan Bonang.
Penanaman ribuan bibit mangrove oleh Pemkab Demak ini dilakukan di daerah yang terdampak abrasi paling parah, yaitu Desa Bedono dan Timbulsloko Kecamatan Sayung, Jumat (13/5).
Sebanyak 5.000 bibit mangrove kemarin ditanam oleh Pemkab Demak yang berkolaborasi dengan perangkat daerah dan desa. Hadir dalam kegiatan ini Wakil Bupati Demak KH Ali Makhsun dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang (Dinputaru) Pemkab Demak Akhmad Sugiharto, para perangkat daerah dan ratusan warga serta sukarelawan.
Ali Makhsun mengaku senang melihat semangat masyarakat dalam upaya menyelamatkan lingkungan sekitar. Dia meyakini semangat tersebut menjadi modal penting yang mampu meraih hasil maksimal.
“Adanya kolaborasi antar perangkat daerah yang digagas Dinputaru ini sangat positif, dan harus terus kita lakukan bersama demi menyelamatkan wilayah pesisir,” katanya, seusai menanam mangrove.
Diakui, APBD Kabupaten Demak tidak mampu untuk menangani ancaman bencana abrasi tersebut. Namun dengan langkah bersama melalui kolaborasi dengan warga dan perangkat desa maka akan berhasil.
Sementara itu Kepala Dinputaru, Akhmad Sugiharto menuturkan, bahwa penanam mangrove merupakan
pendekatan pragmatis yang dilakukan sedikit demi sedikit untuk mengembangkan solusi atas masalah yang timbul dalam perencanaan secara menyeluruh.
“Ini bagian kolaborasi pembangunan infrastruktur dengan pendekatan incremental planning pada kawasan terdampak abrasi dan rob yang ada di Kecamatan Sayung,” katanya.
Pembangunan yang dijalankan melalui kebersamaan dengan masyarakat dipandang efektif dan akan memunculkan rasa memiliki, sehingga masyarakat setempat berpartisipasi dalam menjaga kelestariannya.
Kegiatan juga mendapat dukungan CSR dari PLN yang menyediakan 3.000 bibit mangvrove.
Pihaknya berharap, pola kolaborasi dalam membangun daerah dapat diterapkan di semua desa sehingga akan mengakselerasi capaian keberhasilan pembangunan.
“Apa yang kami terapkan di Sayung nanti akan dijalankan di Kecamatan lainnya, utamanya yang terdampak abrasi dan rob. (*)