JATENGPOS.CO.ID, SAMOSIR – Workshop Homestay dan Desa Wisata di kawasan Danau Toba, berlanjut ke Huta Balian, Desa Sianjur, Kecamatan Sianjurmulamula, Kabupaten Samosir. Sebanyak 50 pemilik homestay dari dua desa wisata mengikuti workshop yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jumat (14/6).
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Regional I Kementerian Pariwisata Lokot Ahmad Enda mengatakan, rumah Batak (Jabusopo) harus dilestarikan. Pasalnya, rumah tradisional milik warga yang dijadikan homestay ini menjadi kekuatan Desa Wisata di Samosir.
“Dengan keunikan dan keaslian rumah Batak ini, membuat wisatawan lebih berhasrat ingin menginap di homestay di Desa Wisata ini. Sebab mereka ingin merasakan sensasinya,” ujar Lokot.
Namun, Lokot mengingatkan para pelaku homestay agar memperhatikan kebersihan, khususnya toilet. Menurutnya, bila toilet bersih, tamu akan lebih betah tinggal di homestay.
“Karena kesan yang dibawa tamu adalah kenyamanan, itu yang menentukan adalah kebersihan. Mereka akan lebih betah bila toiletnya bersih selain kamarnya,” kata Lokot.
Untuk memenuhi standar kelayakan kamar, Kemenpar memberikan bantuan untuk homestay di dua Desa Wisata ini. Bantuan berupa berupa 10 paket untuk masing-masing Desa Wisata. Satu paket berisi 1 springbed, 2 bantal, 2 guling, 1 seprei, 1 bed cover, dan 1 buku tamu.
“Homestay di sini nanti tinggal membenahi toiletnya. Hanya dengan modal beberapa ratus ribu untuk beli keramik, toilet pasti sudah bagus. Dananya bisa menggunakan dari Dana Desa atau Dana Alokasi Khusus (DAK),” tuturnya.
Selain itu, Lokot juga menyarankan untuk lebih mengembangkan commercial value Desa Wisata. Di antaranya barang khas yang bisa dijadikan oleh-oleh pengunjung Desa Wisata.
“Contohnya kain Ulos. Di Sianjurmulamula ini kan pengunjung diwajibkan mengenakan sarung khas batak ( mandar) dan kain Ulos yang disediakan. Nah, Pokdarwis yang mengelola Desa Wisata bisa menyediakan kain sarung dan kain Ulos untuk dijual. Karena banyak tamu yang ingin membawa ulos yang dikenakan sebagai kenang-kenangan,” tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Kasubid Destinasi Area I B Kementerian Pariwisata Andhy Marpaung juga mengungkapkan kelebihan Desa Wisata Sianjurmulamula. Selain atraksi, storytelling yang dimiliki tempat ini sangat kuat.
“Sianjurmulamula dalam sejarahnya adalah tempat pertama kali orang Batak ada di muka bumi. Dimana Raja Batak pertama muncul di Gunung Pusuk Buhit dan tinggal mendirikan pemukiman di Sianjurmulamula,” jelas Andhy.
Atraksi lainnya, lanjut Andhy, terdapat Sanggar Belajar, Tenun ulos, Air Rangat Pangururan, Air Terjun Naisogop, Dekat ke Pusuk Buhit, Pesta Panen, Festival Gondang Naposo dan atraksi seni budaya.
“Aktivitas wisatawan saat menginap di homestay rumah Batak bisa mempelajari
seni tradisional Batak termasuk Opera Batak. Selain itu, juga bisa turut mengajari anak-anak di sanggar belajar sesuai keahlian masing-masing,” terangnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Samosir Daulat Nainggolan mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Kemenpar kepada pelaku homestay di Samosir. Dia berharap Kemenpar tidak bosan memberikan bimbingan dan arahan kepada masyarakat Desa Wisata.
“Ini sudah kesekian kalinya Kemenpar datang. Selain memberikan bantuan, juga memberikan pengetahuan yang penting untuk masyarakat Desa Wisata di Samosir,” ujar Daulat.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sejak dulu menilai homestay dibangun dengan arsitektur rumah adat lebih menarik. Namun toilet harus diperhatikan. Toilet juga harus standar, bersih, dan selalu wangi.
Bila memungkinkan, toilet dikelola model usaha, agar menguntungkan masyarakat, UMKM, pariwisata, dan pengguna. “Saya sudah menghitung. Jika sekali masuk toilet dikenalan biaya Rp 2.000, dalam satu tahun uang yang dihasilkan bisa menutup biaya pembangunan,” kata Menpar Arief Yahya.(rif)