Situasi pandemi covid-19 mengubah cara belajar siswa sekolah dasar untuk dapat tetap belajar di rumah. Dalam hal ini proses pembelajaran siswa disesuaikan dengan lokal desa masing-masing. Pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan pembelajaran yang secara modern mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang dilakukan tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan secara online yang menggunakan jaringan internet. Namun, saat ini siswa hanya dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan menggunakan whatsapp. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan siswa dalam penggunaan aplikasi belajar. Sehingga, pembelajaran siswa di rumah menjadi kurang menarik.
Pembelajaran daring membuat siswa merasa bosan, sehingga menyebabkan menurunnya semangat belajar di rumah. Jika hal ini dirasakan siswa secara terus menerus maka hasil belajar siswa akan mengalami penurunan. Seperti yang dirasakan siswa kelas V SD Negeri Kaliwatubumi Butuh Kabupaten Purworejo, pembelajaran daring yang dilaksanakan 10 siswa hanya 4 siswa yang mempunyai semangat dan hasil belajar yang baik. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak merespon materi yang diberikan, pengumpulan tugas tidak tepat waktu, dan tugas yang dikerjakan tidak sesuai dengan jawaban yang benar.
Dalam hal tersebut, pendidik berusaha untuk dapat memiliki keterampilan dan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif untuk berkolaborasi dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk itu, pendidik mencoba menggunakan media e-Learning dengan salah satu aplikasi Google Classroom dalam pembelajaran daring. Menurut Noordin Asnawi (2018: 17), Aplikasi Google Classroom adalah suatu serambi pembelajaran campuran yang ditujukan untuk setiap ruang lingkup pendidikan sebagai jalan keluar dari kesulitan dalam membuat, membagikan dan mengelompokkan setiap penugasan tanpa kertas. Aplikasi ini dapat dipasang secara gratis dan mudah digunakan oleh semua kalangan. Pada aplikasi tersebut terdapat tiga menu utama untuk guru (‘stream’, ‘students’, dan ‘about’) dan dua menu utama untuk murid (‘stream’ dan ‘students’) (Solihati & Mulyono, 2017). Google Classroom ini bisa menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang telah dikumpulkan.
Dalam proses pembelajarannya, siswa diberikan materi pelajaran tematik dan matematika melalui aplikasi Google Classroom. Selain itu, siswa juga diberikan penugasan dan mengirim hasilnya ke aplikasi Google Classroom. Pendidik melihat ada hal yang menarik pada saat mengenalkan aplikasi Google Classroom kepada siswa. Salah satunya adalah bangkitnya semangat siswa yang tinggi untuk bisa mengikuti pembelajaran secara online melalui Google Classroom. Dalam pelaksanaannya para siswa beradaptasi secara perlahan dengan metode pembelajaran yang baru. Selain itu pembelajaran daring menggunakan Google Classroom memudahkan siswa dalam melakukan pembelajaran. Siswa dapat mengakses Google Classroom dimanapun dan dapat membuka ulang materi-materi yang diberikan sebelumnya.
Siswa lebih berantusias untuk mengikuti pembelajaran dengan kuis-kuis yang diberikan melalui Google Classroom. Kuis ini disajikan menggunakan link yang terhubung dalam google form untuk dapat langsung dikerjakan oleh siswa. Antusias siswa bertambah karena dalam kuis tersebut skor akan langsung dapat terlihat. Semangat siswa juga terlihat ketika siswa mengulang kuis yang sudah dikerjakan untuk dapat memperoleh skor tertinggi. Pendidik dapat melihat hasil belajar siswa, dari 10 siswa ada 8 siswa yang hasilnya mengalami peningkatan, baik dalam pembelajaran tematik maupun matematika.
Dengan menggunakan media Google Classroom ini, dapat meningkatkan semangat belajar dan hasil belajar siswa. Selain itu, siswa juga lebih aktif untuk berkomunikasi dan merespon materi yang telah dikirim melalui Google Classroom. Siswa lebih merasa senang dan bangga dapat menggunakan media ini untuk melaksanakan pembelajaran daring.
Oleh: Eni Rahmawati, S.Pd
Guru SD Negeri Kaliwatubumi
Kec. Butuh Kab. Purworejo