Pembelajaran dikatakan berhasil apabila rata-rata kelas minimal mencapai 70% (BNSP, Kurikulum 2006) yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran tersebut, serta terampil menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ranah kognitif, afektif, psikomotor dapat terpenuhi.
Namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran tersebut banyak terjadi permasalahan atau hambatan sehingga hasil belajar tidak sesuai seperti yang diharapkan. Demikian pula halnya yang terjadi pada siswa kelas VI SD Negeri Kalicari 01 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dari data nilai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi dampak globalisasi rata-rata nilai kelasnya hanya 5,4 (lima koma empat), sehingga jauh dari standart keberhasilan yang diharapkan.
Berdasar pada fakta tersebut di atas, guru berupaya untuk memperbaiki kondisi yang ada dengan melakukan perubahan-perubahan supaya hasil belajar yang diperoleh meningkat yang ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai kelas yaitu 7,0 (tujuh koma nol). Dari permasalahan tersebut guru merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Posing. Penggunaan model pembelajaran Problem Posing dalam pembelajaran merupakan pilihan yang cocok untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Problem Posing terdiri dari dua kata yaitu “problem” yang artinya masalah dan “posing” berasal dari kata “pose” artinya mengajukan atau membentuk. Problem posing merupakan pembelajaran dimana siswa diminta untuk mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi tertentu.
Menurut Suryanto (dalam Hobri, 2009:90-91), problem posing dibagi menjadi 3 definisi sebagai berikut. Pertama Problem posing adalah pengajuan soal sederhana atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka menyelesaikan soal yang rumit. Kedua Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang relevan. Ketiga Problem posing adalah perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau sesudah pemecahan suatu soal atau masalah. Pengajuan soal (Problem Posing) intinya meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah. Latar belakang masalah dapat berdasar topik, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan guru terhadap siswa.
Pengajuan soal sebagai tugas yang meminta siswa untuk mengajukan atau membuat soal sesuai masalah yang diberikan. Soal tersebut juga harus diselesaikan siswa sendiri atau dipertukarkan dengan siswa lain. Intinya model pembelajaran problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan para siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru. Sedangkan guru sebagai fasilitator saja.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran problem posing ada lima komponen yang dilaksanakan, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing yaitu : 1) Guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan. 2) Memberikan latihan soal secukupnya
3) Siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan. Ini dilakukan dengan kelompok 4) Pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan di depan kelas 5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Pelaksanaan model pembelajaran problem posing mampu memotivasi siswa untuk berani bertanya, mengemukakan pendapat sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata kelas 70 dengan tingkat ketuntasan 71%, ini berarti ada kenaikan rata-rata kelas dan ada kenaikan nilai ketuntasan yaitu dari 48% menjadi 71%. Mengingat signifikan pengaruh positifnya, maka penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS, khususnya materi pokok dampak globalisasi di SDN Kalicari 01 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Oleh :
Kusen, S.Pd.SD
Guru kelas 6
SDN Kalicari 01
Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang