Tantangan Pembentukan Karakter Peserta Didik di Masa PJJ

Indro Sulistyo

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Di Indonesia salah satu upaya pembentukan karakter adalah melalui pendidikan, baik di sekolah-sekolah formal maupun in formal

Karakter suatu bangsa tidak bisa di bangun dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi lebih dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat, di awali pada internalisasi nilai-nilai social kemasyarakatan. Pancasila sebagai suatu idiologi merupakan kristalisasi nilai-nilai social kemasyarakatan, sehingga pembagunan karakter bangsa tidak lepas dari kelima sila Pancasila.

Beberapa waktu yang lalu ketika pandemi covid-19 belum melanda seorang pelajar yang ketangkap tangan membawa alat komunikasi/HP didalam kelas sebagian besar pasti akan mendapatkan masalah. Namun dimasa pandemi pengunaan alat komunikasi/HP menjadi mutlak/wajib bagi semua siswa-siswi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Laju perkembangan pendidikan di era digital dapat dikatakan sangatlah cepat, berbagai kemajuan yang dimilikinya tidak hanya dapat digunakan oleh orang dewasa, melainkan anak-anak juga dapat menikmatinya dengan lebih sederhana. Penggunaan tekhnologi banyak diterapkan dalam dunia pendidikan formal sebagai sarana untuk menunjang pola interaksi antar guru dan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Baca juga:  Remote Control Car Race and Fun Science

Dengan berbagai kemudahan tekhnologi digital yang ada, tindak kejahatan dapat semakin terfasilitasi seperti game online yang dapat bersifat merusak mental remaja, konten-konten sosial media yang tidak sesuai umur anak tersebut, pornografi, plagiasi (pelanggaran hak cipta), kebebasan dalam berpendapat dan lain sebagainya.


Dunia Pendidikan di masa pandemic sekarang ini menempatkan anak lebih banyak bersentuhan dengan dunia digital daripada harus bertemu dan berinteraksi dengan teman sebaya yang berada di lingkungannya dengan bermain petak umpet, bermain kelereng, bermain sepeda, dan lain sebagainya. Sering kita lihat ketika anak-anak, remaja bahkan orang tua ketika berkumpul bukanya asik mengobrol namun sibuk memainkan jari di layar HPnya. Hal tersebut menjadi tugas bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat supaya anak tersebut tidak terkontaminasi dampak negatif dari era digitalisasi yang ada saat ini.

Baca juga:  Dampak IPTEK terhadap Bhinneka Tunggal Ika

Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok lain, serta antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi  antar-negara berlangsung sangat cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi  seperti melalui internet. Perpindahan uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat diakukan dalam hitungan detik.

Pendidikan harus mampu menampilkan perannya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut. Dunia digital harus disikapi dengan serius oleh semua pihak dalam pengendaliannya agar dapat membawa manfaat bagi kehidupan orang banyak. Menumbuhkan karakter yang baik bagi generasi bangsa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik namun harus didukung perang orang tua serta masyarakat semua, untuk menciptakan kondisi yang pas untuk pertumbuhan karakter anak.

Baca juga:  Bahasa Cermin Budaya Perilaku

Oleh Indro Sulistyo

Guru PPKn SMKN 1 Sragen