Di dalam KD 3.3. siswa kelas XI SMA mempelajari bagaimana menjelaskan dan menentukan “matriks” pada mata pelajaran matematika. Kata “matriks” yang dimaksud adalah Matriks adalah sekumpulan bilangan yang disusun berdasarkan baris dan kolom, serta ditempatkan di dalam tanda kurung. Nah, tanda kurungnya ini bisa berupa kurung biasa “( )” atau kurung siku “[ ]”, ya. Suatu matriks diberi nama dengan huruf kapital, seperti A, B, C, dan seterusnya.
Dilihat dari definisinya saja, materi ini terlihat kompleks dan tidak mudah untuk dipahami. Sehingga, terkadang siswa sudah membayangkan bahwa “materi ini pasti sulit” sebelum penulis mengajarkannya lebih lanjut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ini, penulis harus mengaitkan materi dengan permasalahan nyata di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kemudian, penulis mencoba menerapkan Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran materi “matriks” pada siswanya, yakni siswa kelas XI MIPA 8 SMA N 2 Semarang.
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya setelah guru menyampikan materi pembelajaran. Setelah siswa menyampaikan materi pembelajaran pada peserta lainnya guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa tersebut yang berupa konfirmasi yang memperhatikan pendapat dari Nisbet (1985) .Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa bisa memahami dan senang belajar materi “matriks” dengan mudah.
Untuk mengawali proses pembelajaran, terlebih dahulu penulis menjelaskan tujuan pembelajaran, memberi contoh berupa suatu kejadian nyata yang berkaitan dengan materi “matriks” untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat di dalam aktivitas pemecahan masalah tersebut.
Langkah berikutnya, penulis membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 6 orang. Selanjutnya, mereka diminta berdiskusi dengan teman2nya untuk mencari contoh-contoh kejadian nyata yang dikaitkan dengan konsep “matriks”, membuat soal, dan mencari pemecahan masalahnya.
Hasil kerja mereka selanjutnya wajib dilaporkan melalui presentasi. Pada sesi ini, kelompok yang ditunjuk memaparkan, memperagakan, dan menjelaskan hasil pemecahan masalah yang dilakukan, dan siswa lain dipersilakan bertanya jika mereka tidak paham. Tahap terakhir, siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah mereka peroleh, tentunya tidak lepas dari bimbingan penulis agar tujuan pembelajaran terarah. Untuk menggiring siswa berpikir kritis, penulis memberikan pertanyaaan-pertanyaaan baru yang belum ada di dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya.
Melalui Student Facilitator and Explaining ini, siswa dapat memahami materi “matriks” dengan baik. Dapat dilihat selama proses pembelajaran, setiap ada pertanyaan yang muncul, siswa bisa menjawabnya dengan mudah dan jelas. Dari Student Facilitator and Explaining ini, banyak pengalaman belajar yang mereka peroleh, seperti mengidentifikasi fakta pada matriks dan kesamaan matriks dengan masalah kontekstual, sifat – sifat determinan dan invers matriks beordo 2 x 2 dan 3 x 3, serta mendiskusikan hubungan yang teridentifikasi dengan berbagai representasi besama teman – temannya, dan masih banyak lagi yang bisa didapatkan dengan menerapkan Student Facilitator and Explaining pada materi “matriks” .
Selama proses pembelajaran, guru dapat memberikan penilaian secara langsung ketika siswa dapat menjawab pertanyaan dari temannya / dari kelompok yang lain. Dengan model ini, setiap siswa senang terlibat secara aktif karena ada tuntutan baik individu / kelompok untuk dapat membuat pertanyaan dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan kepada temannya.
Linda Koes Puji Astuti, M.Si.