Individualized educational program menjadi dokumen terpenting dalam pendidikan anak-anak dengan keterbatasan. IEP harus memberikan spesifikasi apa, bagaimana, dan kapan akan diterapkan pada anak-anak, dan informasi ini harus tertulis (Jayanti, 2014). Hal ini dapat ditegaskan bahwa IEP menyaratkan pembuatan tujuan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus agar layanan pendidikan yang diberikan dapat optimal yang merupakan rancangan berdasarkan hasil identifikasi tim baik guru, orangtua, psikolog, terapis maupun konselor.
Saat ini masih banyak sekolah inklusi khususnya di jenjang pendidikan anak usia dini yang belum menggunakan dan mengembangkan individualized educational program bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus, sehingga anak berkebutuhan khusus harus mengikuti pendidikan secara umum tanpa memperdulikan kondisi dan kebutuhannya. Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan terkait dengan implementasi IEP di lembaga PAUD, kami tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Semarang jurusan PGPAUD yang terdiri dari Diana sebagai ketua dalam tim dan Rahmawati Prihastuty, Rina Windiarti, Neneng Tasu’ah, Wantoro sebagai anggota tim melakukan pendampingan bagi 20 guru PAUD yang ada di wilayah Kota Semarang. Bentuk pendampingan ini merupakan salah satu bagian dari implementasi kemitraan dengan IGTKI Kota Semarang untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun IEP bagi ABK di lembaga PAUD.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan secara full daring dengan menggunakan platform zoom meeting dan whatsap group dalam proses pendampingan penyusunan individualized educational program (IEP) mengingat kondisi new normal dan masih berlangsungnya PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Adapun indikator pencapaian dan tolak ukur keberhasilan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini antara lain; (1) guru dapat melakukan asesmen kebutuhan anak dengan berbagai spesifikasi, (2) Guru dapat menyusun IEP sesuai identifikasi kebutuhan dengan memilih kegiatan yang tepat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhannya dengan kebutuhan yang telah ditetapkan berdasarkan diskusi dengan para guru dan tim pengabdi.
Pendampingan yang dilakukan oleh tim pengabdian sangat memberikan manfaat dalam pemahaman dan penguatan secara lebih mendalam bagi guru dalam menyusun rencana program pembelajaran individual bagi anak berkebutuhan khusus. Peserta belajar tentang cara melakukan identifikasi terhadap anak dan menyusun kegiatan yang sesuai untuk anak agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat optimal. Hasil akhir dari pengabdian ini peserta dapat menerapkan informasi berupa pengetahuan yang telah didapatkan selama pelaksanaan pengabdian dalam rancangan pembelajaran individual untuk anak secara individual serta dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelasnya pada tahun ajaran baru ini. Rancangan individualized educational program di lembaga TK inklusi melingkupi strategi khusus di dalam membantu meminimalisir hambatan yang dimiliki peserta didik kebutuhan khusus.
Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah guru masih memiliki kesulitan untuk melakukan identifikasi terhadap anak berkebutuhan khusus, karena tidak ada asesmen dari para professional yang memiliki hak untuk memberikan diagnosa terhadap spesifikasi anak, sehingga pendampingan yang diberikan harus detail untuk memberikan gambaran terhadap hambatan dan gangguan yang dimiliki oleh anak. Untuk itu melalui pendampingan ini rekomendasi yang dapat diberikan kepada lembaga yang mengimplementasikan pendidikan inklusi adalah, adanya keterlibatan tim dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi diantaranya guru pendamping, terapis, dan psikolog, selain guru dan orangtua yang memiliki peran penting dalam rancangan IEP.
Dr. Diana, M.Pd
Dosen Jurusan PGPAUD FIP UNNES