Tingkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa melalui Permainan TTS

Fransisca Rinawati ,S.Pd.,M.Pd.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru hendaknya menyenangkan ,interaktik, inspiratif, dan memotivasi peserta didik agar mereka selalu dapat berpartisipasi aktif. Guru harus bisa membuat kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan serta memotivasi siswa agar semangat belajarnya tumbuh kembali. Kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang guru yaitu metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek itu saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai (Arsyad : 1997).

Pembelajaran jarak jauh yang berlangsung hampir 2 tahun lebih akibat Pandemi Covid – 19 menimbulkan rasa bosan dan jenuh di kalangan siswa. Semangat dan prestasi belajar semakin menurun . Untuk menghindari rasa bosan siswa maka guru dituntut untuk bisa menggunakan berbagai macam metode dan media yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia tentang Teks Berita pada siswa kelas 8C SMP Negeri 1 Gubug tahun pelajaran 2022 – 2023 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar dari 32 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM ( 75 ) sebanyak 17 siswa atau 53 %, sedangkan nilai rata – rata mencapai 50 % di bawah KKM ( 75 )

Baca juga:  Fisika untuk Generasi Z Di Era Globalisasi

Dari kondisi tersebut, guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan agar lebih mengasyikkan dan menarik. Untuk menghindari siswa bosan / jenuh,maka guru menggunakan bentuk permainan yang dapat mengasah otak. Permainan tersebut adalah TTS ( Teka Teki Silang ) yaitu suatu permainan kata yang biasanya berbentuk serangkaian ruang – ruang kosong berbentuk kotak berwarna hitam dan putih dengan huruf – huruf yang membentuk sebuah kata, berdasarkan petunjuk atau pertanyaan yang diberikan. Petunjuk biasanya dibagi ke dalam kategori mendatar dan menurun tergantung posisi kata – kata yang harus diisi ( Collins : 2006 ). Dipilihnya permainan TTS ini mengingat karakter siswa yang umumnya senang bermain game. Model pembelajaran dengan bermain TTS ini dapat menyampaikan materi pada siswa secara lebih menarik, menyenangkan dan bermakna. Siswa akan merasakan waktu berjalan dengan cepat.

Baca juga:  Pentinya Pembejalaran Bahasa Jawa melalui Tata Krama

Metode TTS ( Teka Teki Silang ) dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung ( Hisyam Zaini 2012 : 71 ). Dengan menggunakan TTS ini diharapkan akan mengubah gaya transfer ilmu dari guru ke siswa. Guru tidak lagi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar melainkan sebagai pembimbing dan pemberi arahan tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa dalam menguasai kompetensi tersebut. Siswa yang terlibat dalam permainan TTS ini tidak menyadari sebenarnya mereka belajar tetapi dikemas dengan model permainan. Bermain TTS dapat meningkatkan kemampuan otak karena pada saat mengisi, siswa dituntut untuk berpikir serta menganalisa. Guru juga tidak merasa kerepotan karena di era globalisasi ini banyak memberikan kemudahan untuk membuat Teka Teki Silang menngunakan aplikasi yang dapat diakses dari gadget yang ada.

iklan

Kelebihan dari metode ini ( Mel Silberman 2005 : 101 ) adalah mengajak peserta didik untuk belajar berdiskusi yang menyenangkan, mengajak peserta didik untuk belajar kelompok, mengajak peserta didik belajar mandiri. Namun metode ini juga memiliki kelemahan yaitu peserta didik memerlukan waktu yang lama untuk memikirkan dan mengisi teka teki silang baik secara individu maupun kelompok . Tetapi hal ini masih bisa diatasi yaitu dengan pembagian tugas di setiap kelompok untuk mengerjakan soal – soal yang diberikan oleh guru, sehingga untuk menyelesaikannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Baca juga:  Anak Nakal di Kelas? No Way

Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 8C SMP Negeri 1 Gubug tahun pelajaran 2022 – 2023  yang semula membosankan menjadi menyenangkan . Hasil belajar siswa pun meningkat. Hal ini terbukti pada nilai rata –rata hasil belajar siswa mencapai 82 % dan 78 % siswa sudah memenuhi KKM ( 75 ).

Pemilihan model pembelajaran sangat diperlukan agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Hal ini berdampak positif untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Oleh Fransisca Rinawati ,S.Pd.,M.Pd.

Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Gubug

iklan