Belajar Bahasa Arab memiliki tantangan tersendiri. Bahasa Asing dengan bentuk tulisan yang berbeda dengan keseharian dan juga pelafalan yang tentu sangat berbeda membuat peserta didik mengalami kesulitan tersendiri dalam memahaminya.
Hasil belajar Bahasa Arab terdiri dari empat maharah yang harus dikuasai oleh peserta didik. Sulastri (2016: 21-27) menjelaskan bahwa keterampilan berbahasa dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat, yaitu keterampilan menyimak (maharah istima’/listening skill), keterampilan berbicara (maharah kalam/speaking skill), keterampilan membaca (maharah qiro’ah/reading skill), dan keterampilan menulis (maharah kitabah/writing skill).
Sardul Qishash atau lebih dikenal dengan Story Telling adalah sebuah metode pembelajaran yang berkaitan dengan menceritakan sebuah cerita untuk satu atau lebih pendengar. Dalam Sardul Qishash, Guru melakukan interaksi dua arah dengan peserta didik, lalu menuturkan kisah. Guru bercerita dengan menggunakan kata-kata, permainan suara dan gerakan. Guru mengatur ritme suara untuk menimbulkan respon peserta didik.
Pembelajaran Bahasa Arab di kelas VII MTs Negeri 2 Grobogan berlangsung kurang menyenangkan. Rasa ingin tahu dan antusiasme peserta didik rendah. Kondisi ini membuat Guru berusaha menumbuhkan rasa ingin tahu dan antusiasme peserta didik melalui metode Sardul Qishash.
Sardul Qishash atau Story Telling menurut Isbell dkk (2004) mempunyai banyak kegunaan di dalam pendidikan. Dia menyimpulkan bahwa kisah–kisah yang menarik menyediakan suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang menyebabkan peserta didik dapat membentuk pengalaman menjadi keseluruhan pengetahuan yang dapat mereka pahami. Kisah yang disampaikan menyebabkan mereka dapat memetakan secara mental pengalaman dan melihat gambaran di dalam kepala mereka.
Untuk mendapatkan hasil belajar sesuai harapan, Guru menyampaikan satu kisah tertentu kepada siswa dengan cara–cara menarik yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan antusiasme peserta didik, meliputi ekspresi, intonasi, pelafalan yang jelas, dan dibantu media berupa gambar untuk menumbuhkan imajinasi peserta didik.
Guru mengawali kegiatan belajar dengan membaca mufrodat bersama peserta didik, pembacaan mufrodat ini bertujuan untuk mengenalkan peserta didik pada kosakata yang ada dalam kisah yang diceritakan, sehingga saat Guru membacakan kisah dalam Bahasa Arab, mufrodat telah dikenal oleh peserta didik. Selanjutnya Guru meminta peserta didik menuliskan mufrodat yang di dengar dalam kisah. Guru juga mengajak peserta didik untuk menirukan bacaan Guru. Proses ini akan membuat peserta didik makin terampil membaca. Selain memahami arti masing–masing mufrodat atau kosakata, Guru juga membimbing peserta didik untuk menterjemahkan secara lengkap kisah yang dibacakan. Setelah memahami konsep cerita secara utuh melalui terjemahan dari Guru dan juga mampu melafalkan kisah dalam Bahasa Arab dengan benar sesuai yang dicontohkan oleh Guru, peserta didik diminta untuk menceritakan kembali kisah yang sudah dibacakan dengan bahasa mereka sesuai tingkat pemahamannya. Seluruh proses belajar ini dilaksanakan dengan aktif dan menyenangkan. Peserta didik kelas VII MTs Negeri 2 Grobogan menjadi antusias dan semangat.
Pembelajaran metode Sardul Qishash atau Story Telling ini membuat keempat maharah dalam pembelajaran Bahasa Arab tercapai lebih baik. Kemampuan peserta didik kelas VII MTs Negeri 2 Grobogan dalam menyimak (maharah istima’), berbicara (maharah kalam), membaca (maharah qiro’ah), dan keterampilan menulis (maharah kitabah) meningkat secara signifikan. Aktifitas belajar menjadi lebih bermakna karena seluruh peserta didik mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan bahagia.
Oleh :
Siti Nurhidayati, S.Pd.I
Guru Bahasa Arab MTs N 2 Grobogan