Permainan lato-lato kini banyak digandrungi dan dimainkan berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa di Indonesia. Hampir di setiap daerah permainan yang mengeluarkan suara “tek-tek-tek” itu dimainkan dan menghiasi media sosial. Meski kini tengah menjadi tren di Indonesia, namun ternyata permainan itu sudah dimainkan sejak periode 1960-an. Permainan tersebut cukup sederhana, yakni dengan menggoyangkan dua bola yang diikat dengan tali supaya saling berbenturan. Dilansir dari Quartz, permainan lato-lato berasal dari Amerika Serikat. Di negara asalnya permain tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers (Kompas.com). Di Indonesia clackers mulai populer pada 1990-an dengan nama tek-tek. Kini, permainan itu kembali menjadi tren dengan nama lato-lato. Seperti yang pernah ditulis Kompas.com sebelumnya, lato-lato berasal dari bahasa suku Bugis. Lato-lato disinyalir berasal dari kata kajao-kajao, artinya nenek-nenek. Kata tersebut akhirnya berubah pengucapan menjadi kato-kato dan kemudian lato-lato.
Cara bermain lato-lato tidaklah sulit, bahkan semua kalangan dapat memainkan jenis permainan ini. Adapun hal yang perlu diperhatikan saat memainkannya, yaitu dengan menggoyangkan dan menyeimbangkan dua bola lato-lato agar saling berbenturan. Kunci yang paling penting dalam memainkan lato-lato ini yaitu tetap dengan menjaga keseimbangan bola dan juga fokus pada permainan ini. Bermain lato-lato juga memiliki banyak manfaat yaitu menambah kepercayaan diri, melatih kemampuan dasar motorik, melatih ketenangan pikiran, melatih kesabaran, dan melatih keseimbangan tubuh.
Permainan lato-lato juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Dengan sedikit kreativitas, alat tersebut bisa menjadi media belajar selingan agar proses belajar mengajar tidak monoton.
Pada jenjang sekolah dasar kelas, lato-lato bisa membantu perkembangan motorik anak yang akan bermanfaat dalam proses pembelajaran.Jika ditinjau dari perspektif ilmu pengetahuan, permainan lato-lato pada dasarnya menganut teori saintifik, khususnya fisika. Dalam permainan itu, hukum Newton 3 tampak ketika pemain menghentakkan tangan sehingga membuat dua buah bandulan saling memantul dan memukul satu sama lain (gaya aksi dan reaksi dari dua benda). Permainan lato-lato juga mengakibatkan terjadinya tumbukan lenting sempurna pada dua buah benda. Hal itu terlihat dari benturan dua buah bandulan dari arah berlawanan, kemudian terpisah dan kembali ke daerah ia berasal dengan kecepatan yang sama. Karenanya, alat permainan lato-lato ini sangat cocok untuk dijadikan media pembelajaran di kelas bersama siswa guna merangsang pemahaman mereka terkait dengan konsep fisika di atas. Alat itu cocok untuk dijadikan media belajar IPA SMP maupun mata pelajaran fisika di level SMA.
Permainan lato-lato juga dapat meningkatkan perkembangan sosio-emosional anak. Lazimnya permainan lato-lato dimainkan secara serentak dan bersamaan dengan beberapa pemain lain. Terlebih saat ini perkembangan sosial anak perlu menjadi perhatian setelah adanya proses pembatasan sosial selama pandemi covid-19 berlangsung. Adanya permainan lato-lato telah merajut kembali persatuan sosial anak melalui permainan. Dalam hal ini kemampuan sosial anak akan meningkat seiring dengan banyaknya pergaulan bersama dengan anak lain.
Oleh : Rina Anggraeni Kusuma Wardani, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 04 Belik