Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Menurut Wisudawati dan Sulistywati, (2014:22). Dalam pembelajaran IPA mencangkup semua materi yang terkait dengan obyek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu mahluk hidup, energy dan perubahannya, bumi, alam dan sifatnya.
Pendidikan IPA memerlukan proses untuk mencapai sebuah hasil yang maksimal. Proses pembelajaran IPA di sekolah dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pemahaman siswa dan model pembelajaran yang digunakan. Hasil belajar menurut Amir & Risnawati (2015:5-6) adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Rusmono (2012:10) hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan pengamatan di SDN 2 Mangunsari Ngadirejo Temanggung, pada siswa kelas VI, pemahaman materi perkembangbiakan secara generatif tergolong masih rendah, dilihat dari hasil belajar siswa yang mayoritas belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga menimbulkan kejenuhan bagi siswa, Pembelajaran hanya bersifat informatif dan transfer pengetahuan. Penjelasan guru terlalu abstrak, sehingga siswa sulit memahami apa yang dijelaskan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya dari siswa, tetapi juga berasal dari strategi yang digunakan guru. Untuk mengatasi hal tersebut maka kami menggunakan pendekatan kolaboratif TS-TS.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) merupakan system pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi, metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Menurut Agus Suprijono (2012:93) Strategi Two Stay Two Stray adalah strategi yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Keunggulan TS-TS menurut Santoso (2011:179), salah satunya adalah, menambah kekompakan dan rasa percaya diri. Sedangkan salah satu kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama.
Langkah-langkah TS-TS dalam materi perkembangbiakan tumbuhan generatif yaitu; guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa, guru memberikan tugas pada setiap kelompoknya, setiap kelompok membawa bunga sempurna dan tidak sempurna, sebagai contoh bunga sempurna adalah bunga sepatu, masing-masing anggota mengamati secara sendiri–sendiri terlebih dahulu, yang diamati adalah bagian-bagian bunga sempurna dan menyebutkan namanya, misalnya tangkai bunga, kelopak, mahkota, benang sari, putik. Kemudian membandingkan dengan bagian-bagian bunga tak sempurna, selanjutnya setiap kelompok membentuk anggotannya secara berpasangan, setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya, kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya kegiatan berpikir-berpasangan, berbagi dalam metode TS-TS memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing
Dengan menerapkan metode TS-TS dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN 2 Mangunsari Ngadirejo. Siswa menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif tentang apa yang telah mereka pelajari serta suasana pembelajaran akan semakin menyenangkan, sehingga siswa juga terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif khususnya materi perkembangbiakan secara generatif dengan melihat keadaan dan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran.
Oleh :
Musyrifah, S.Pd. SD
Guru SDN 2 Mangunsari Ngadirejo