spot_img
32.1 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Mendongkrak Prestasi dan Motivasi Belajar dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Permasalahan yang sering dihadapi bangsa Indonesia saat ini salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat peraga, perbaikan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai. Semua upaya tersebut tidak akan berhasil jika proses belajar-mengajar masih tersentral pada guru tanpa melibatkan siswa. Untuk itu diperlukan proses kegiatan belajar-mengajar yang aktif dan kreatif. Apa yang menjadikan pembelajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa perlu mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri. Penulis menyakini bahwa dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan jawaban dari sebuah permasalahan, sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Brunner, seorang penganjur pembelajaran berbasis inkuiri, menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir terhadap diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses, bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10).

Baca juga:  Menumbuhkan Kesadaran Sosial Melalui PBL

Pembelajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar yang mengikuti metodologi IPA dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri. Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data Gathering); dan (5) Penyimpulan (Conclusion). Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tidak hanya satu jawaban saja). Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus berpikir kritis. Ketika siswa belajar berpikir kritis, mereka akan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut: pertama, mengajukan pertanya seperti “Bagaimana bisa?” atau “Apa buktinya?”. Kedua, mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan. Ketiga, mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori yang ada adalah  teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki. Keempat, mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu kesimpulan yang kuat. Kelima, memberi penjelasan atau interpretasi, melakukan observasi dan/atau prediksi. Keenam, selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil dan memberikan penjelasan dengan rasa percaya diri.

Baca juga:  Media Kartu Tingkatkan Hasil Belajar PAI

Seorang guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri harus menjadikan siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa untuk mandiri sedini mungkin sejak dari awal masuk sekolah. Timbul pertanyaan, bagaimana caranya guru membantu siswa agar mereka tumbuh mandiri? Jawabannya adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minat alamiah mereka. Siswa akan mendapat keuntungan jika mereka dapat “melihat” dan “melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah atau penjelasan guru.

Sebagai tambahan bagi guru yang mengajar dengan pendekatan inkuiri: (1) doronglah siswa agar mereka mengajukan dugaan awal dengan cara guru mengajukan pertanyaan “pancingan” yang mengarah pada materi; (2) gunakanlah bahan dan permainan yang bervariasi; (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk memuaskan keingintahuan mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan-gagasan yang tidak berhubungan langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan (4) gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan yang nyata dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.

 

Oleh :

RIYONO, S.Pd.SD

Guru SDN 2 Gembyungan, Kec. Randublatung, Kab. Blora

 

spot_img

TERKINI