Pengajian Gus Iqdam Bermula dari “Tujuh Santri Garangan”

GANTENG: Gus Iqdam, yang ganteng.

JATENGPOS.CO.ID, BLITAR – Sebelum terkenal seperti sekarang, Gus Iqdam membangun mejalis pengajian Sabilu Taubat dari kecil. Dimulai dengan tujuh anak punk, yang disebut “pengajian garangan”.

Memang, lima tahun lalu, tepatnya sebelum covid tahun 2018, kyai muda yang kini baru berusia 29 tahun itu memulai pengajian dengan 7 anak punk. Santri jalanan itu dia kumpulkan dari jalan-jalan tempat mereka nongkrong atau ngamen. Diajak ke rumahnya di Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Blitar. Rumah itu sekaligus pondok Mambaul Hikam 2, milik orang tuanya.

Itu dia lakukan, karena Gus Iqdam merasa malu dengan orang tuanya. Sebab setelah pulang dari pondok, dia tidak punya kegiatan yang jelas. Akhirnya malah kumpul dengan anak-anak muda kampung yang suka trek-trekan sepeda motor.  Gus Iqdam sendiri mengaku sampai dikatain orang tuanya. Apa tidak malu dengan kyainya, diajari kitab dan ilmu agama, setelah lulus cuma lontang-lantung dengan anak motoran. Sukanya balapan dan touring dengan genknya.

Karena malu dengan kyai dan orang tuanya, Gus Iqdam berfikir keras bagaimana caranya bisa bermanfaat buat orang lain. Karena sering di jalanan, dia melihat banyak anak jalanan yang hidupnya tidak terarah. Banyak maksiat. Bahkan pada terlibat kriminal. Mereka dirangkul untuk diajak ke rumahnya. Diberi kesadaran pelan-pelan hingga akhirnya mau mengaji.


Baca juga:  Bulog Gandeng Pemda Sragen untuk Tingkatkan Serapan Gabah

Awalnya, warga sekitar sempat mentertawakan. Dipondokkan orang tua supaya benar, kok setelah lulus malah mengumpulkan anak-anak jalanan. Anak-anak pengamen berambut pirang yang suka  mabuk. Warga sekitar menyebutnya “pengajian garangan”. Karena isinya anak-anak jalanan.

“Pengajianya dimulai dari tujuh anak punk. Bahkan warga sini dulu ya pada ngetawain. Itu pengajian model apa, kok isinya bocah-bocah garangan,”tutur Suhadi, tetangga Gus Iqdam, saat ditemui Jateng Pos, Senin 24 Juli 2023.

Mendapat ejekan seperti itu, Gus Iqdam tidak peduli. Pengajian yang diberi nama majelis Sabilu Taubah (jalan taubat) itu jalan terus. Seminggu berjalan dua kali. Setiap Senin malam dan Kamis malam. Makin lama, peserta semakin banyak. Kira-kira jamaah sudah bertambah sekitar 600 orang, tiba-tiba kena covid. Akhirnya berhenti.

Baca juga:  Mbak Ita Pimpin Kerja Bhakti Massal se-Kota Semarang

“Sempat berhenti lama karena covid. Setelah covid jalan lagi, dan tidak lama menjadi viral seperti sekarang karena sosmed,”tambah Suhadi, yang setiap pengajian menjadi tim Gus Iqdam bagian parkir.

Kini, pengajian Gus Iqdam sudah membahana. Ribuan orang datang ke rumahnya setiap Senin malam dan Kamis malam. Orang dengan cepat mengenal dari Tiktok, IG, Youtub, FB, dan lainya. Setiap pengajian direkam semua orang yang datang. Lalu diunggah dan viral. Banyak yang suka gaya ngajinya yang ceplas ceplos tanpa batas. Dengan sebutan dan kata-kata yang mengena anak muda. Tema-tema pengajianya banyak menyasar kehidupan anak milenial. Mulai soal cinta, pacaran, putus cinta, pekerjaan, bakti kepada orang tua dll. Bahkan sering menggunakan kata-kata “tolol” kepada anak muda yang dibudak cinta (bucin). Tapi yang dibilang tolol tidak marah karena disampaikan dengan berkelakar, logis, dan ada dalilnya.

Setiap pengajian juga memberi kesempatan anak-anak muda dan ibu-ibu untuk diwawancara langsung. Biasanya ditanya dari mana dan motovasi ikut pengajian. Yang ditanya juga sering gemes bisa ketemu langsung Gus Iqdam yang masih muda dan ganteng. Sering digoda yang bertanya, jika tambah istri diapun siap. Khas banyolan itu membuat cair dan ger-geran setiap pengajian.

Baca juga:  Jadwal Ceramahnya Sudah Penuh Sampe 2025

 “Gaya itulah yang disukai anak-anak muda. Sehingga dengan cepat jamaah membludak hingga  15 ribu orang setiap ngaji,”imbuhnya.

Makin ke sini, yang suka pengajian Gus Iqdam tidak hanya anak punk dan milenial. Tapi para artis, pejabat, pengusaha dll. Mereka banyak yang penasaran dan datang langsung. Gus Iqdam juga menghormati para astis yang ikut ngaji untuk tampil dan berdialog langsung sambil guyonan.

Kini, ngaji di Gus Iqdam harus datang jam 5 sore untuk dapat duduk di dekat panggung. Jika datang setelah isya akan dapat duduk berjarak 200-400 meter dari lokasi. Di jalan-jalan atau kebun. Hanya bisa melihat dari layar lebar.  Di luar ngaji rutin di rumahnya, kyai muda satu anak itu keliling ceramah dimana-mana. Bahkan jadwal ceramahnya sudah penuh sampai tahun 2025. Jika mau mengundang harus inden satu tahun mendatang. (jan)