JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG — Wayang Kulit dengan Lakon Kembang Dewa Retna, digelar dalam kegiatan Komunikasi Advokasi Informasi bersama Mitra Kerja BKKBN yang dilaksanakan pada hari ini Selasa (06/01) di Kabupaten Grobogan.
Kembang Dewa Retna sendiri merupakan symbol kekuasaan yang memiliki kekuataan dan berjuang memerangi keangkaramurkaan. Kekuasaan Kembang Dewa Retna dianugrahkan dewata untuk menegakkan keutamaan, kebenaran, dan keadilan yang digambarkan pada tokoh Rama.
Begitulah secuplik kisah wayang kulit yang dilakonkan pada siang ini. Sejalan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang secara konsisten dan berkesinambungan memerangi stunting di Indonesia.
Stunting merupakan gagal tumbuh yang terjadi pada anak. Generasi emas, generasi bebas dari stunting. Dalam dialog bersama “bagong”, Kepala BKKBN Dr. (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K), memaparkan ” Stunting itu pasti pendek, tetapi pendek belum tentu stunting. Stunting itu bisa terjadi apabila tidak tercukupinya gizi pada saat di dalam kandungan hingga umur 2 (dua) tahun, atau disebut sebagai masa 1000 HPK”.
Ditambahkan pula oleh dokter Hasto bahwa jarak kehamilan juga bisa menjadi penyebab terjadinya stunting. “Jarak usia anak yang dilahirkan juga turut menjadi penentu terjadi nya stunting. Ada 4 (empat) terlalu yang harus dihindari terlalu dekat, terlalu tua, terlalu muda dan terlalu sering”, tambah dokter Hasto.
Mendung gelap tidak membuat patah antuisme para peserta kegiatan. Bahkan ketika dokter Hasto menggajukan pertanyaan, peserta berlomba menuju ke depan. “Batas usia minimal menikah, berapa? , tanya dokter Hasto. Umi, Duta Genre yang berasal dari Kudus, lantang menjawab ” 21 tahun bagi perempuan, dan 25 tahun bagi laki-laki. BKKBN menentukan batas minimal usia perkawinan, berdasarkan kematangan fisik terutama pinggul wanita “, lugas Umi. Tak lupa Dokter Hasto mengingatkan, ” Jangan merokok di dekat ibu hamil, karena asap rokok juga bisa menjadi penyebab terjadinya anak terpapar stunting “.
Acara yang digelar bersamaan dengan Dies Natalis ke 2 (dua) ITB Muhammadiyah Grobogan ini, dibuka oleh Wakil Bupati Grobogan dr. Bambang Pujiyanto M. Kes, menyampaikan rasa optimisnya prevalensi angka stunting bisa turun sesuai dengan harapan pemerintah. ” Pada tahun 2021, prevalensi angka stunting di Kabupaten Grobogan bisa mencapai 9,8℅. Untuk tahun ini, kami berharap tahun ini bisa menurunkan angka stunting hingga zero persen”.
Mitra kerja BKKBN, Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, M. Kep turut mendukung kegiatan ini sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat mengenai stunting. “Menjadi kesepakatan kita bersama, untuk memerangi stunting. Kita harus wujudkan generasi bebas dari stunting”, tegas Edy.
Sebelumnya, Dokter Hasto beserta Komisi IX DPR RI tersebut berkunjung ke Puskesmas Purwodadi 1 untuk memberikan pelayanan KB. Ia berpesan pentingnya ber-KB untuk mencegah stunting. Termasuk menekan resiko terjadinya, dengan menghindari 4T (Terlalu Muda, Terlalu Dekat, Terlalu Banyak, Terlalu Tua).
Untuk menghindari empat terlalu, BKKBN terus mengingatkan pentingnya KBPP atau KB Pasca Persalinan. Selain itu, BKKBN juga terus melakukan pelayanan KB di masyarakat
“Melalui ber-KB, maka jumlah kelahiran bisa diatur. Termasuk jarak kehamilan, dengan minimal jarak 3 tahun bisa lebih terkontrol. Sehingga kemudian keluarga menjadi lebih sejahtera dan berkualitas,” ungkap dokter Hasto, sesaat sebelum melakukan pemasangan KB implan kepada salah satu akseptor.
Seperti Sunan Kalijaga, Dokter Hasto melakukan edukasi dan mengajak masyarakat menuju kebaikan melalui kesenian Wayang Kulit. Dalam hal ini untuk bersama-sama menekan stunting sampai ke akarnya, melalui ber-KB serta melakukan pola hidup sehat dan bergizi.
Kegiatan KIE dan Advokasi bersama Mitra Kerja BKKBN ini turut dihadiri pula oleh Ketua Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Rektor ITB Muhamadiyah Grobogan,Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan Forkompinda Kabupaten Grobogan. (hasto/biz/sgt)