JATENGPOS. CO. ID, SUKOHARJO – Sejak jamu ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Kabupaten Sukoharjo yang dikenal sebagai kota Jamu di Indonesia terus menjaga eksistensi dan kualitas produk jamu.
Salah satu misi yang terus dikejar adalah memasyarakatkan jamu di kalangan milenial dengan inovasi produk dan kemasan.
“Kabupaten Sukoharjo terus konsisten menjaga eksistensi jamu sebagai produk unggulan. Salah satu upaya dengan menggerakkan pelaku usaha jamu berinovasi dan masyarakat kan jamu di kalangan milenial,” ungkap Bupati Sukoharjo Etik Suryani, saat peringatan hari jamu ke 16 di Menara Wijaya Setda Pemkab Sukoharjo, Rabu (29/5/2024).
Mengusung tema Pemanfaatan dan Pengembangan Jamu di Indonesia, peringatan Hari Jamu digelar pameran produk dan seminar yang dihadiri pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) di Pemkab Sukoharjo, perwakilan pelaku usaha jamu, dan masyarakat.
“Saat ini ASN Pekab Sukoharjo sudah diwajibkan meminum jamu setiap Jumat. Nanti kita juga akaj siapkan gerai jamu tradisional saat kegiatan atau event tertentu di Menara Wijaya, sebagai display produk kebanggaan Sukoharjo,” imbuh Etik.
Stefanus Handoyo Saputro, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional (GP Jamu) Jawa Tengah, Jumlah sarana produksi obat tradisional yang ada di wilayah pengawasan Balai POM di Surakarta tercatat ada 5 industri obat tradisional (IOT), 3 industri ekstrak bahan alam (IEBA), 45 usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan 7 usaha mikro obat tradisional (UMOT).
“Data terakhir sesuai laporan tahunan 2023 di Sukoharjo jumlah sarana produksi OT terdapat 1 IOT, 1 IEBA, 24 UKOT dan 1 UMOT. Usaha kecil obat tradisional di Sukoharjo ada 24 sarana produksi,” ungkap Stefanus Handoyo,ikut hadir dalam peringatan Hari Jamu di Sukoharjo. (dea/jan(