JATENGPOS. CO. ID, SRAGEN – Kasus atap sekolah ambrol yang setiap tahun terjadi mendapat sorotan DPRD Sragen.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Desdikbud) dinilai lemah dalam melakukan pemantauan sarana dan prasarana (sarpras) sekolahan. Melihat kondisi itu, kalangan dewan mendesak Disdikbud Sragen untuk membuat suatu tim yang fokus pada pengawasan dan kelayakan sarpras sekolahan.
Anggota DPRD Sragen, Muhammad Haris Effendi menilai setiap tahun sebenarnya selalu tersedia anggaran rehab dan pembangunan gedung. Namun mengapa masih terjadi gedung sekolah sampai rusak hingga ambrol.
“Kami mendesak Dinas Pendidikan harus segera berani memulai membuat tim yang fokus memantau bangunan sekolah, baik bidang SD maupun bidang SMP. Kejadian atap ambrol yang terus terjadi, tentu akan membawa dampak traumatik dan rasa ketakutan terhadap orang tua siswa,” papar Muh Haris Effendi, Anggota DPRD Sragen.
Dikatakan politisi partai Golkar Sragen ini juga mendorong untuk menaikkan dan mengoptimalkan anggaran peningkatan sarana dan prasarana sekolahan. Guna menunjang peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Supaya memiliki SDM yang unggul dan berdaya saing. Dunia pendidikan harus terus menerus dikuatkan, salah satunya dengan pembiayaan. Kenyamanan dalam proses belajar juga salah satu penunjang,” imbuhnya.
Dengan demikian, dirinya berharap bahwa kejadian yang terjadi di Sekolah Dasar (SD) 4 Sambi, Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo menjadi kejadian yang terakhir dan tidak terulang kembali.
Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sragen (DPKS) M. Sauman meminta terhadap pihak sekolah untuk mengecek kembali kondisi bangunan, terutama yang usianya 10 tahun lebih setelah direnovasi.
Ia tak ingin peristiwa robohnya atap SDN Sambi 4 terulang pada sekolah lainnya. Apalagi jika sampai menimbulkan korban anak-anak.
“Maka, usai kejadian yang terjadi di Sambirejo. Kepala Sekolah bersama guru harus jeli mersani (melihat) kondisi-kondisi yang seperti itu sehingga tidak terjadi roboh. Kadang-kadang sibuk pembelajaran akibatnya kurang kontrol lantas bangunan sekolah tahu-tahu ambruk,” kata dia.
Sementara kepala Disdikbud Sragen Prihantomo menyampaikan terkait mekanisme untuk antisipasi sarpras, pihaknya sudah meminta kepala sekolah (Kepsek) untuk mengecek kondisi sekolah masing-masing. Lantas hasilnya diiventarisasi dan dilaporkan ke Korwil kecamatan. Lalu dari Korwil menyampaikan ke dinas.
”Setelah dari korwil, kita cek kondisi di lapangan. Diinventaris, berdasarkan prioritas dan urgensi kondisi kerusakan,” terang Prihantomo.
Saat ini, laporan dari kepala sekolah untuk tahun 2025 sudah rampung. Tahun depan ada perbaikan 30 titik sekolah. Sedangkan nilai anggaran, perlu di cek ke bidang terkait. (ars/jan)