spot_img
28.8 C
Semarang
Kamis, 26 Juni 2025
spot_img

Mengarungi Samudera, ‘Menjemput’ Energi Bagi Negeri

*Cerita dari Kapal Pertamina Gas 1

SENYUM hangat terpancar dari wajah Prawoto (45), saat Jateng Pos berkunjung ke Kapal Pertamina Gas 1 (PG-1), yang tengah bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Merak, Banten, pada Senin (24/9/2024) lalu. Dengan penuh semangat, Sang Kapten kapal kebanggaan PT Pertamina International Shipping (PIS) itu lantas membawa rombongan berkeliling ke sudut-sudut kapal tanker yang konon menjadi ‘penjemput energi bagi negeri’.

Dari atas kapal tanker jenis Very Large Gas Carrier (VLGC), Kapten Prawoto yang ditemani sejumlah Anak Buah Kapal (ABK) memulai kisah perjalanannya bersama Kapal Pertamina Gas 1, mengarungi samudera dengan rute internasional.

“Menjadi kebanggaan bagi saya pribadi bisa berada di Kapal Pertamina Gas 1. Apalagi, kapal ini menjadi harapan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri,” kata Kapten Prawoto, yang telah dipercaya memegang kendali Kapal Pertamina Gas 1 sejak tahun 2021.

– PANTAU SITUASI- Kapten Prawoto (kiri) bersama awak kapal memantau situasi sekitar Kapal Pertamina Gas 1 yang sedang berlabuh di Terminal LPG Tanjung Sekong, Merak, Kota Cilegon, Banten, Senin (24/9/2024) lalu. FOTO : PRASETYA WIDODO/JATENG POS

Putra asli Kebumen, Jawa Tengah, ini berkisah, Kapal Pertamina Gas 1 menjadi salah satu moda transportasi milik PT Pertamina International Shipping (PIS) yang memiliki peran penting dalam menjemput energi bagi negeri. Kapal buatan Korea Selatan yang beroperasi pertama di tahun 2013 ini memiliki rute internasional ke Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Jepang, dan Australia, untuk mengambil bahan baku gas elpiji.

“Yang kami jemput itu bahan baku gas, berupa propana dan butana, yang nantinya di mix menjadi elpiji jadi, yang siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia,” kata bapak berputra dua, yang bergabung di PT Pertamina International Shipping (PIS) sejak tahun 2011.

Kapal Pertamina Gas 1, lanjut Prawoto, memiliki panjang 225,8 meter, lebar 36 meter, dan kedalaman 11,6 draft. Kapal PG-1 memiliki kapasitas muatan hingga 45.000 Metrix Ton (MT).

“Kapal ini memiliki 23 ABK dengan sistem kerja shift. PG-1 dilengkapi akomodasi 5 lantai, dengan kelengkapan sistem yang sangat modern dan serba digital, seperti teknologi auto pilot dan alat deteksi navigasi cuaca,” ujar pria jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.

– POSISI KAPAL- Awak kapal menunjukkan posisi Kapal Pertamina Gas 1 yang sedang berlabuh di Terminal LPG Tanjung Sekong, Merak, Kota Cilegon, Banten, Senin (24/9/2024) lalu. FOTO : PRASETYA WIDODO/JATENG POS

Dari sisi keamanan untuk muatan, kata Kapten Prawoto, Kapal PG-1 juga sudah dilengkapi pendingin dengan temperatur hingga minus 42 derajat. Ini menjadi bagian penting lantaran untuk menjadi kualitas dan kuantitas muatan gas, selama perjalanan menuju Indonesia.

“Temperatur bahan baku gas untuk yang propana itu harus minus 42 derajat,” ucapnya.

Dalam sekali pengangkutan muatan, Kapten Prawoto mengaku, membawa propana 22.500 MT dan butana 22.500 MT. Bahan baku tersebut kemudian dibawa menuju Terminal LPG Tanjung Sekong di Merak, Banten, untuk dilakukan pencampuran, dan disalurkan ke seluruh penjuru negeri.

“Bongkar muatan propana dan butana ini dilakukan di Terminal LPG Tanjung Sekong, dan selanjutnya dimasukkan ke tangki penyimpanan untuk di mix, dan kemudian diambil kembali oleh kapal-kapal pengangkut gas domestik, untuk disalurkan ke terminal-terminal gas yang ada di Indonesia,” terangnya.

Menjaga Energi

Sementara untuk keamanan kapal sendiri, menurut Kapten Prawoto, sudah dilengkapi piranti canggih untuk mengantisipasi kondisi bahaya di lautan, baik yang dikarenakan faktor cuaca maupun bahaya keamanan lainnya.

“Di Kapal PG-1 ini sudah dilengkapi pemantau cuaca, yang semuanya serba digital. Jadi kondisi jalur yang akan dilalui sudah termonitor dulu, sehingga bisa diantisipasi dengan pengalihan jalur,” ungkapnya.

Namun Kapten Prawoto pun tak memungkiri, jika kehidupan di atas kapal tak selamanya mulus. Kondisi alam yang sewaktu-waktu berubah menjadi tantangan sendiri.

Kapten Prawoto mengisahkan pengalamannya saat harus menerjang badai di lautan. Ia bersama kru berhari-hari harus siaga penuh, dan tentu menjaga muatan tetap aman.

“Pernah terhadang badai. Di dalam kapal barang-barang sudah porak poranda. Seluruh kru kapal siaga penuh, tidak ada yang bisa istirahat sama sekali. Berbagai cara dilakukan untuk tetap aman. Dan Alhamdulillah bisa terlewati,” ulasnya.

Di sisi lain, imbuh Kapten Prawoto, ancaman bahaya juga datang dari kawanan perompak atau bajak laut yang bisa muncul sewaktu-waktu. Untuk melewati area rawan bajak laut, Kapal PG-1 diberikan pengawalan dari pengamanan internasional.

“Waktu itu Kapal PG-1 akan melintas di kawasan perairan Somalia, yang rawan bajak laut. Kita dikawal dari angkatan laut Srilanka, ada pengawalan 3 orang yang naik ke kapal, dan bisa membantu kita lebih tenang dalam membawa muatan gas ke Indonesia,” tambahnya.

Dalam kondisi tersebut, jelas Kapten Prawoto, seluruh perlengkapan harus dipasang di kapal. Ada senjata – senjata, juga dilakukan pengecekan peralatan aktivasi dan lain lain.

“Saat masuk jalur rawan bajak laut itu semua kru dan pengawal siaga setiap hari. Ada yang jaga bergantian di sisi luar untuk monitor bahaya perompak. Kalau ada perompak mendekat, sudah ada prosedurnya dan pengawal ini sudah siap dengan senjata,” jelasnya.

Menurut Kapten Prawoto, ancaman kembali datang saat harus melintasi negara konflik. Prosedur dan pengamanan khusus juga harus dilakukan, termasuk pengawalan.

“Seluruh prosedur dilaksanakan termasuk demi keamanan muatan agar gas elpiji bisa sampai ke Indonesia dengan lancar, dan bisa memenuhi kebutuhan energi masyarakat,” ungkapnya.

Kapten Prawoto menuturkan, keberadaan Kapal Pertamina Gas 1 merupakan salah satu bentuk komitmen PIS terhadap bangsa dan negara dalam mewujudkan ketahanan energi. Apalagi, dengan teknologi baru dan SDM yang terus berkembang, kapal ini telah mampu bermain di kancah global.

“Ini suatu kebanggaan juga bagi kami, dimana Kapal PG-1 juga telah berhasil memenuhi persyaratan US Coast Guard (USCG) untuk bisa masuk ke wilayah Amerika Serikat. Karena untuk bisa masuk kesana syaratnya sangat tinggi, dan PG-1 bisa memenuhi semuanya,” tukasnya.

Sementara, memegang prinsip ‘Kerja untuk Ibadah’, Kapten Prawoto tak pernah mengeluh akan profesinya, meski harus jauh dari keluarga. Apalagi, segala fasilitas dan kemudahan telah bisa dinikmatinya dari atas kapal, terutama dalam hal komunikasi dengan keluarga.

“Alhamdulillah.. meski berada di tengah samudra, dimanapun posisi masih bisa telepon dan video call dengan anak istri. Disini fasilitas internetnya sangat lancar, pakai StarLink dengan kecepatan hingga 1 GygaByte. Saya juga masih bisa monitor CCTV di rumah,” ujar Kapten Prawoto, yang keluarganya berada di Bekasi.

Diakuinya, beragam aktifitas pun bisa dilakukannya di atas kapal, mulai dari olahraga, hingga hiburan. Begitu pula, untuk menempuh perjalanan panjang hingga berbulan-bulan, perbekalan makanan pun sangat lengkap.

“Kalau untuk mengambil rute ke Amerika Serikat biasanya bisa memakan waktu 3 bulan, dan kalau ke Arab 1 bulan. Alhamdulillah, perbekalan yang dibawakan dari perusahaan untuk kru kapal juga sangat mencukupi,” ucap Kapten Prawoto yang memiliki jadwal kerja 5 bulan di kapal, 1 bulan libur di darat.

– PERIKSA KOMPAS- Awak kapal memeriksa kompas magnet pada Kapal Pertamina Gas 1 yang sedang berlabuh di Terminal LPG Tanjung Sekong, Merak, Kota Cilegon, Banten, Senin (24/9/2024) lalu. FOTO : PRASETYA WIDODO/JATENG POS

Kontribusi Untuk Negeri

Sama halnya dengan Kapten Prawoto, salah satu kru Kapal Pertamina Gas 1, Galih Lodaya (37) mengungkapkan kebanggaannya bisa menjadi bagian dari penjemput energi bagi negeri tercinta Indonesia. Pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini merupakan Mualim I yang bertanggung jawab kepada nakhoda atas keamanan dan keselamatan kapal.

“Sangat beruntung bisa menjadi bagian dari Kapal PG-1 yang membawa bahan baku gas untuk masyarakat di Indonesia,” kata pria berputra 3, lulusan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.

Galih mengaku, cita-citanya bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara tercapai dari atas Kapal PG-1. Belum lagi perjalanannya menjemput energi telah memberikannya banyak pengalaman berharga, hingga bisa mengelilingi belahan dunia.

Terkait posisinya sebagai Mualim 1, Galih menuturkan, memiliki tanggung jawab yang meliputi kesejahteraan awak kapal, serta pelatihan keselamatan, pemadaman api, pencarian, dan penyelamatan.

“Yang tak kalah penting, Mualim juga bertugas memastikan bongkar muat gas berjalan lancar. Dan disini harus siaga selama 24 jam,” ucapnya.

– KOORDINASI- Awak kapal berkoordinasi menggunakan handy talkie saat melakukan pemeriksaan pada kapal Pertamina Gas 1 yang sedang berlabuh di Terminal LPG Tanjung Sekong, Merak Kota Cilegon, Banten, Senin (24/9/2024) lalu. FOTO : PRASETYA WIDODO/JATENG POS

Dalam kesempatan yang sama, VP of Fleet Performance & Crewing Management PT Pertamina International Shipping (PIS), Dewi Susanti mengatakan, Kapal Pertamina Gas 1 (PG-1) merupakan aset utama PIS yang memiliki kapasitas sangat besar. Kapal tersebut dibangun di Korea Selatan dan mulai beroperasi pada tahun 2013.

“Pada awalnya PG-1 hanya berlayar untuk rute domestik. Baru pada 2015, PIS memutuskan untuk memberangkatkan Kapal PG-1 menuju Uni Emirat Arab dan di tahun 2021 Kapal PG-1 melakukan pencapaian yabg luar biasa dimana bisa menembus Amerika Serikat, setelah memenuhi persyaratan US Coast Guard (USCG),” terang Dewi.

Sebagai sosok perempuan pertama yang membawahi kapal-kapal PIS, Dewi menjelaskan, saat ini Pertamina sudah mempunyai 8 kapal tanker VLGC. Dari jumlah tersebut, 4 telah beroperasi, dan 4 lainnya baru akan dikirim di tahun ini.

“Kalau secara keseluruhan, PIS mengoperasionalkan 101 tanker dengan berbagai ukuran dan jenisnya, termasuk 8 VLGC,” ujarnya.

Adapun yang paling membanggakan, tambah Dewi, dari seluruh kapal PIS, Khusus di Kapal PG-1, kata Dewi, menjadi seluruh awak kapalnya berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Ini sekaligus menunjukkan jika putra – putri terbaik bangsa yang tergabung dalam PIS memiliki tekad dan komitmen yang kuat untuk berkontribusi dalam melayani kebutuhan energi bagi negeri.

“PIS bukan sekedar penyedia transportasi saja, tapi PIS juga bertekad untuk terus memberikan yang terbaik bagi Indonesia, terutama dalam distribusi energi ke seluruh penjuru negeri,” tandasnya.(Aning Karindra Ariyanti)

spot_img

TERKINI