JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Panderek dan khidmah. Dua kata ini sangat populer di kalangan pesantren. Penderek artinya santri ndalem yang ditugasi mengikuti Kyai. Khidmah adalah kerelaan untuk mengabdi.
Begitupun saat melihat kehidupan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), kandidat wakil gubernurJateng 2024-2029. Pemenang pilgub versi hitung cepat ini, juga tak lepas dari kehidupan penderek yang berkhidmah kepadanya. Para pengawal yang selalu siap mendampingi Gus Yasin tanpa lelah.
Sedikitnya ada 8 penderek laki-laki yang mengikuti kegiatan Gus Yasin selama kampanye dua bulan ini (September-Nopember 2024). Semuanya santri dari pondok Gus Yasin di Al Anwar Sarang Rembang. Ada santri yunior dan senior yang sudah alumni. Ada Zamroni, Gus Naqieb, Gus Benu, Kak Idhom, Pak Koko, Aniq, Parto, dan Agil.
Mereka diajak Gus Yasin untuk membantu kegiatan. Ada yang jadi sopir, pengawal, ajudan, protokoler, hingga serabutan. Mereka santri-santri pilihan.
Meski sifatnya pengabdian, mereka bangga. Tidak semua santri bisa mendapat posisi ini. Baginya, ini kesempatan emas untuk berkidmah kepada guru. Mengabdi kepada guru/Kyai akan membawa kemuliaan di kemudian hari.
Berkhidmah kepada Kyai/guru, bagi penderek akan membawa banyak hikmah. Diantaranya keberkahan ilmu, membentuk sikap dan perilaku, membentuk sifat kepemimpinan, membentuk hubungan batin yang kuat santri dan guru. Dan tujuan akhir para penderek adalah keridhoan seorang guru kepadanya.
Yang menarik, meski mereka statusnya penderek, sering kali juga berfungsi sebagai teman. Saat-saat tertentu, mereka bersenda gurau. Bercanda tawa. Kadang muncul juga keusilan-keusilan Gus Yasin kepadanya. Spontan. Saat makan. Saat istirahat. Saat rokokan dan lainya.
Dikerjain Gus Yasin tak mungkin mereka marah. Sebaliknya. Senang dan bangga. Sang guru berkenan mencandainya. Canda istimewa. Yang tidak smua santri mendapatkannya.
Maklum, dulunya mereka teman sesama santri. Satu kamar. Makan bareng. Tidur bareng. Ngaji bareng. Meski bercanda, penderek tak mungkin berani suul adab (tak punya sopan santun). Mereka tetap tawadhu. Menjaga adab. Bahkan melihat langsung wajah Gus Yasin pun tak berani. Itulah adab penderek kepada Gus Yasin.
Para penderek inilah pasukan berani lelah. Siap setiap saat mendapat perintah. Termasuk selama kampanye pilgub. Barangkat pagi pulang malam. Keliling Jawa Tengah. Nyopir jarak jauh. Tidur tak pernah penuh. Tetapi tetap teguh. Kemenangan Luthfi-Yasin, juga karena keringat para penderek tangguh.
Berikut profil dan tugas 8 penderek Gus Yasin:
1. Penderek Zamroni. Dia adalah santri seangkatan Gus Yasin. Tugasnya sebagai ajudan merangkap protokoler. Semua lalu lintas komunikasi jadwal Gus Yasin lewat dia. Dialah yang mangatur agenda kegiatan Gus Yasin setiap harinya. Dia juga yang membawakan HP dan keperluan lainya.
2. Ada penderek yang namanya Gus Naqied. Dia juga teman seangkatan Gus Yasin waktu mondok. Satu kelas. Satu kamar. Meski sudah punya pondok sendiri di Pekalongan, Gus Naqieb tetap berkhidmah. Sewaktu-waktu dipanggil Gus Yasin ke Semarang tetap berangkat. Untuk nyopiri ke luar kota. Lebih-lebih menjadi sopir saat kampanye keliling Jawa Tengah 2024.
“Saya nyopiri beliau sejak di pondok, sekarangpun kalau dipanggil beliau tetap harus berkhidmah berangkat. Bahkan dulu waktu beliau nyalon DPD, saya nyopir hanya bertiga sama Mas Zamroni dan Gus Yasin. Kampanye keliling dari pondok ke pondok se Jawa Tengah,” kata Gus Naqieb.
Baginya, tidak ada mantan santri. Yang ada adalah khidmah seumur hidup dengan dzuriyah (Kyai, anaknya Kyai, keturunanya), dan pondok pesantren.
3. Ada penderek Gus Benu. Santri senior ini malah angkatan diatas Gus Yasin saat mondok. Tapi satu rumah kontrakan saat sama-sama kulihah dengan Gus Yasin di Syiria. Makan bareng. Tidur bareng.
“Zaman di Syiria kita sering masak bareng, malah Gus Yasin yang ahli masak,”kata pria yang tinggal di Banjarnegara ini.
Gus Benu (Ibnu) sendiri saat ini sudah punya majelis pengajian rutin di rumahnya. Dia juga punya beberapa usaha. Mulai waralaba, property, hingga alat berat. Namun setiap saat dipanggil Guse, juga siap berangkat ke Semarang. Untuk nyopiri mengantar Gus Yasin. Sejak menjabat wakil gubernur hingga sekarang maju lagi.
Menurut Gus Benu, Khidmah kepada Kyai itu ada tiga. Khidmah dengan fisik (tenaga), khidmah dengan uang (donasi), dan khidmah dengan doa. Tinggal mampunya dimana.
4. Lain lagi dengan Idhom. Penderek dari Jepara ini spesial sopir. Dia sering dipanggil Gus Yasin untuk menggantikan sopir yang lain. Dia juga alumni pondok Sarang. Di bawah angkatan Gus Yasin. Dia sendiri hari-harinya punya usaha mesin panen pertanian, jual beli HP di mall Matahari Simpanglima Semarang, dan jual-beli mobil.
“Melayani mesin panen pertanian hanya kerja sampingan saja, kerja utama adalah berkhidmah kepada Gus, sampai kapanpun dibutuhkan harus siap,” katanya.
5. Penderek pak Koko lain lagi. Setelah keluar pondok sudah berkeliaran bekerja dimana-mana. Pada akhirnya balik lagi jadi penderek hingga sekarang. Spesialis sopir dan mengurus perawatan kendaraan.
6. Aniq, penderek dari Sarang Rembang ini spesialis sopir untuk mengantar isteri dan anak-anak Gus Yasin. Selama kampanye mengantar Ning Nawal keliling Jawa Tengah. Dia juga yang diamanahi mengurus piaraan seperti burung dan lainya. Dia sering aplusan nyopir dengan Pak Koko.
7. Ada lagi Agil dan Parto. Dua penderek yunior ini baru saja lulus dari pesantren. Istilahnya masih magang. Menjalankan tugas-tugas serabutan. Ya nyuci mobil, bersih-bersih rumah, belanja, antar jemput sekolah, dan terkadang nyopir jarak dekat.
Selain penderek laki-laki, ada beberapa penderek perempuan. Mereka juga santriwati dan mantan satri pondok pesantren. Mereka melekat ke Ning Nawal, isteri Gus Yasin. Mengurus dapur, nyuci baju, momong anak, asisten Ning Nawal, dan lainya. (jan)