25.3 C
Semarang
Selasa, 26 Agustus 2025

Ning Nawal: Peran Perempuan Ditenggelamkan Peradaban Laki-Laki

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG -Perempuan pesantren memiliki peran strategis dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Pada sejarah Islam, ada banyak role mode ulama perempuan yang bisa menjadi contoh. Bahwa perempuan memiliki kontribusi penting dalam membangun peradaban dan memberikan sumbangsih nyata dalam berbagai persoalan. Sayang, setelah zaman berubah, peran perempuan ditenggelamkan oleh peradaban laki-laki.

Hal itu dikatakan Ny. Hj.Nawal Arafah Yasin, M.S.I, Ketua Dewan Penasehat Pimpinan Pusat JPPPM (Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pensatren dan Mubalighah), saat menjadi pembicara Talkshow Gebyar Ramadan melalui Webinar Pemberdayaan Perempuan JPPPM “Perempuan Pesantren : Pilar Perubahan dalam Membangun Generasi Emas”, Sabtu (22/03/2025).

Sebagai contoh, Ning Nawal menyebut Sayyidah Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. Ia dikenal sebagai istri nabi yang cerdas dan kuat hafalannya. Bahkan, Aisyah memiliki banyak murid laki-laki serta menjadi tempat bertanya para ulama dari kalangan sahabat nabi.

“Bukan hanya Aisyah, istri nabi yang lainnya, Hafsah dan Ummu Salamah juga menjadi ulama perempuan yang dikenal memiliki banyak murid dari kalangan laki-laki,”ucapnya.

Sayangnya, lanjut Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah itu, perkembangan zaman berubah. Perempuan ditenggelamkan pada sejarah peradaban laki-laki. Perempuan dipaksa kembali ke rumah dan mengurus rumah tangga. Aktivitasnya dibatasi hanya sebatas keahlian membaca dan menulis. Hanya belajar tentang haid dan nifas. Perempuan dijauhkan dari ilmu tentang kepemimpinan, politik, dan budaya.

“Domestifikasi perempuan kian menenggelamkan peran terutama kepemimpinan dan politik,” terang Ning Nawal, yang tengah menempuh program Doktor Ilmu Al Quran dan Tafsir ini.

Isteri Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) itu melanjutkan, ulama perempuan di Indonesia juga tidak kalah penting perannya dalam mencetak generasi bangsa. Misalnya, Rahmah el-Yunusiyah (Padang Panjang, Sumatera Barat), Nyai Khoiriyah Hasyim (Jombang),Teungku Fakinah (Aceh), dan Sultanah Safiatudin (Aceh), Fatimah (Banjarmasin).

Sebagaimana dalam pesantren, katanya, peran Bu Nyai sebagai pemimpin, adalah menciptakan religiusitas dan akhlakul karimah kepada para santri.

“Bu Nyai berperan menjadi role mode, mengubah akhlak menjadi baik, memerankan dan memanage organisasi, melakukan perubahan social, menjadi ahli perencanaan,organising, sekaligus controlling,” papar Pengasuh Ponpes Al Anwar IV, Sarang, Rembang ini.

Demikian pula, dalam membangun Generasi Emas, perempuan pesantren memiliki banyak ruang dan peluang. Yakni melalui pendidikan, Ilmu pengetahuan dan Teknologi, Kesehatan, Ekonomi, Ketahanan pangan dan lingkungan, serta Gerakan sosial dan Pendidikan.

“Para perempuan pesantren bisa mengambil bidang-bidang yang menjadi ruang dalam pembangunan melalui bidang-bidang tersebut,” ujar menantu Mbah Maimoen Zubaer ini.

Durotul Ma’munah, Ketua Penyelenggara mengatakan, perempuan memiliki peran penting dalam sejarah peradaban dunia. Tidak mengherankan pada peringatan Hari Perempuan Nasional Tanggal 8 Maret, selalu ditandai oleh para perempuan yang berjuang dalam berbagai bidang.

Tidak terkecuali Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pensatren dan Mubalighah (JPPPM), yang memiliki jaringan perempuan pengasuh pesantren di berbagai penjuru dunia.

“Setiap bulan Maret kita diingatkan pada pergerakan perempuan internasional, jadi Maret adalah istimewa bagi JPPPM,” katanya.

Talkshow yang dilaksanakan melalui daring tersebut menghadirkan dua pembicara. Yakni Ketua Dewan Penasehat Pimpinan Pusat JPPPM Ny.Hj. Nawal Arafah Yasin, M.S.I. Juga Guru Besar Sejarah Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.M.A.

Webinar tersebut diikuti sekitar seratus anggota JPPPM yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Australia dan Jerman. (*/jan)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya