JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Sejumlah anak berusia sekolah dasar (SD) berlarian di persawahan Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, pada Minggu (20/4/2024). Mereka terlihat antusias membawa tongkat bambu, memukul-mukul tikus yang keluar dari sarangnya.
Pemandangan itu terlihat dalam kegiatan gropyokan tikus yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang. Kegiatan diadakan secara serentak di 5 kecamatan, yakni Banyubiru, Tuntang, Ambarawa, Bawen, dan Jambu.
Salah satu peserta, Ibnu, siswa SD kelas IV, mengungkapkan rasa geramnya terhadap tikus yang ditangkapnya. Setelah mengejar dan memukul tikus hingga lemas, ia beberapa kali membanting tikus tersebut di jalan beton yang ada di tengah sawah.
“Saya ikut menangkap tikus ini karena ingin membantu ayah saya. Sawah ayah saya padinya 1 petak rusak dimakan tikus, jadi gagal panen,” kata Ibnu.
Selain memanfaatkan hari libur, Ibnu menilai gropyokan tikus ini lebih bermanfaat dibandingkan bermain handphone (HP). “Daripada main HP lebih baik ikut gropyokan. Tikus hasil tangkapkan bisa ditukar uang Rp 2.000 per satu ekor,” ujarnya.
Kepala Desa Sraten, Rokhmad, mengatakan sawah di wilayahnya rusak akibat serangan hama tikus mencapai 25 hektar dari total luas 60 hektar. Serangan tikus mengganas akibat habitat di Rawa Pening terendam air, sehingga tikus-tikus itu berpindah tempat ke persawahan.
“Serangan tikus semakin parah, para petani sempat putus asa untuk menanam padi. Hasil panen padi akan digunakan untuk simpanan saat Lebaran, ternyata saat puasa hama tikus merajalela banyak yang gagal panen,” ungkapnya.
Dijelaskan, anak-anak turut dilibatkan dalam gropyokan tikus ini agar mereka belajar tentang suka-duka di dunia pertanian. Mereka termotivasi turut membasmi hama yang merugikan.
Menurutnya, gropyokan harus dilakukan secara serentak, karena jika dilakukan satu wilayah saja sama sekali tidak akan berhasil. Hama tikus akan tetap banyak jumlahnya. Perlu penindakan serentak, termasuk tanam tanaman padi pun harus serentak untuk memutus populasi hama tikus.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Moh Edy Sukarno, mengatakan gropyokan tikus dilakukan secara serentak untuk menekan populasi hama tersebut.
Selain gropyokan, pemusnahan hama tikus juga dilakukan dengan cara-cara alami, seperti memperbanyak rumah burung hantu (rubuha). “Ada 38 rumah burung hantu yang dipasang. Oleh karena itu, jangan ada lagi perburuan burung hantu, karena itu pemangsa alami tikus,” paparnya.
Edy menambahkan kegiatan bertujuan membangun komitmen pengendalian hama melalui penanaman serentak, terpadu, dan berkelanjutan. “Secara bertahap, kami juga ingin mengembalikan keseimbangan alam,” kata dia.
Kegiatan serentak ini turut diperlombakan, sebagai motivasi seluruh unsur masyarakat untuk menangkap hama tikus sebanyak mungkin. Hasil perlombaan ada tiga juara yaitu juara pertama Gapoktan Karya Makmur asal Brongkol, Kecamatan Jambu dengan total tangkapan hama tikus mencapai 835 ekor.
Juara kedua KT Maju Dusun Demakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru mendapatkan 492 ekor, disusul juara ketiga KT Handayani berasal dari Dusun Deles, Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru mendapat total tangkapan tikus 390 ekor.
Total hama tikus berhasil ditangkap di lima kecamatan tersebut sebanyak 4.325 ekor. Wilayah Kecamatan Banyubiru dalam beberapa bulan terakhir dinyatakan kejadian luar biasa serangan hama tikus. (muz)