spot_img
28.8 C
Semarang
Kamis, 26 Juni 2025
spot_img

Finalisasi Konsep Hybrid Sea Wall Demak, Pemprov Jateng Target Pekerjaan Mulai Oktober 2025

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), terus mematangkan detail konsep Hybrid Sea Wall (tanggul laut multiguna) Demak, yang bekerjasama dengan Universitas Diponegoro (Undip). Ditargetkan pekerjaan fisik bisa dimulai pada Oktober 2025.

Untuk finalisasi itu, Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, menggelar rapat lanjutan bersama lintas pihak, di ruang kerjanya, Rabu, 26 Juni 2025 sore. Di antaranya bersama Undip, sejumlah dinas terkait di Provinsi Jateng, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Demak, dan dinas terkait setempat.

Rapat tersebut membahas pembagian tugas pokok fungsi (tupoksi). Mulai dari pematangan rancangan desain, penentuan lokasi titik koordinat, perizinan, sosialisasi masyarakat, lelang pekerjaan, dan lain-lain.

“Ahamdulillah finalisasi sudah ketemu. Insyaallah akan bisa segera dikerjakan. Juli-September mulai dari pematangan desain, penyelesain penentuan titik koordinat pekerjaan. Pemkab Demak bertugas sosialisasi kepada masyarakat,” kata Taj Yasin.

Sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu mengatakan, berharap pekerjaan fisik bisa dimulai pada Oktober 2025. Dari sisi anggaran kemudian akan diajukan kepada pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

Dengan estimasi anggaran awal Rp1,7 triliun untuk Hybrid Sea Wall, kata Taj Yasin, diharapkan mampu memperpanjang tanggul laut. Mulai dari sepanjang garis pantai Sayung, Demak, hingga Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.

Dikatakannya, pekerjaan Hybrid Sea Wall juga direncanakan menjadi proyek multiyears (tahunan). Dengan harapan, pekerjaan lebih teliti, matang, dan berdampak maksimal.

“Saya berharap pada tahun depan 2026, pekerjaan Hybrid Sea Wall bisa selesai. Iya sekitar 20-30 km panjangnya,” ucap sosok asal Kabupaten Rembang itu.

Lebih lanjut, Taj Yasin mengatakan, besar harapannya akan partisipasi dan dukungan masyarakat. Khususnya demi menyelamatkan Demak dari banjir, rob, dan penurunan tanah.

Tim Pengendalian Banjir dan Rob Jateng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undip, Prof Denny Nugroho Sugianto, S.T, M.Si, mengatakan, konsep Hybrid Sea Wall yang akan digarap merupakan langkah konkret kerja sama sesuai perjanjian nota kesepahaman antara Pemprov Jateng dan Perguruan Tinggi (PT).

“Mungkin ini juga akan menjadi pilot project di Indonesia. Di mana ini juga menjadi salah satu yang terintegrasi dengan konsep pemerintah pusat yaitu Giant Sea Wall,” katanya.

Dikatakannya, Undip telah melakukan riset pada konsep tersebut sejak 2012, di Timbulsloko, Sayung, Demak. Hybrid Sea Wall memadukan penggunaan beton ringan berupa kelontong (bis beton), untuk menahan gelombang laut di sisi Utara dan menahan sedimentasi di sisi Selatannya.

Beton kelontong disusun jejer segitiga. Misal dari bawah lima beton, atasnya empat beton, atasnya lagi tiga beton, dua beton, paling atas satu beton. Dijejer sepanjang pesisir. Bagian dalam beton disisi karung-karung pasir supaya kuat.

Jejeran beton menghadang abrasi dari laut. Baliknya menjebak sedimentasi banjir dari daratan. Tumpukan sedimentasi bisa ditanami mangrove untuk ditumbuhkembangkan. Selanjutnya vegetasi mangrove dan ekosistemnya akan menjadi perisai alami yang akan menahan rob. Sehingga mangrove akan mengembalikan garis pantai yang selama ini hilang.

“Inilah yang disebut hybrid sea wall. Konsep ini perpaduan antara bagaimana kita melindungi pantai, sungai, dan juga menggunakan ekosistem sebagai salah satu perisai pantai dan juga sungai,” kata dia.

Denny bilang, Hybrid Sea Wall di Demak didesain dengan integrasi sistem polder, serta sungai-sungai yang sekaligus dinormalisasi. Ini untuk mencegah air laut masuk ke daratan melalui sungai yang tanggulnya bahkan sudah hilang.

Lebih lanjut, dikatakannya, penanganan banjir dan rob berbasis alam tersebut cocok dengan karakter tanah di Pantai Utara (Pantura) Jawa, yang secara geologi merupakan tanah muda atau lunak (aluvial). Artinya, konsep tersebut tidak memberi banyak beban berat penggunaan beton full seperti Giant Sea Wall.

“Solusi berbasis salam ini jadi salah satu konsep yang diterapkan dan diimplementasikan di Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Sayung, Demak.
Mudah-mudahan juga bisa diadopsi di seluruh wilayah Indonesia yang lain, karena karakteristik tanahnya hampir sama,” kata dia. (*/jan)

spot_img

TERKINI