25 C
Semarang
Senin, 15 Desember 2025

Ketahanan Ekonomi di Jawa Tengah, di Perlukan Tata Kelola Berkesinambungan 

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Berbagai tanggapan, saran dan usulan mencuat dari para narasumber dalam kegiatan Forum Diskusi Interaktif bertajuk ” Ketahanan Ekonomi Jateng di Masa Sableng ” di Aula Lantai 10 Gedung Merah Putih Semarang, Rabu (16/7/2025).

Kegiatan yang di inisiasi oleh Forum Wartawan Provinsi & DPRD Jateng (FWPJT) bersama Bank Jateng ini, juga menjadi diskusi transformasi Arah Pembangunan Jawa Tengah 2025–2045.

Selaku pembicara pertama yakni Dr. Zulkifli Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah mengatakan, menjaga ketahanan ekonomi global dalam kondisi saat ini di perlukan tata kelola berkesinambungan.

“Dalam situasi global yang tidak menentu saat ini, mengedepankan pertumbuhan ekonomi saja itu tidak cukup. Di perlukan transformasi kesinambungan dari tata kelola hingga ekosistem sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Dijelaskan, bahwa letak strategis antara Jakarta dan Surabaya, Jawa Tengah akan menjadi pusat ketahanan pangan dalam rantai industri nasional

“Target hingga 2029 antara lain mencakup pertumbuhan ekonomi 7–8%, penurunan kemiskinan menjadi 7,13%, serta peningkatan PDRB per kapita hingga Rp78,4 juta,” paparnya.

Baca juga:  Diresmikan Bupati Ngesti Nugraha, 3.328 Siswa di Jambu Terima Makan Bergizi Gratis

Senada, Akhmad Syakir Kurnia Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro menyampaikan, pembangunan Jawa Tengah harus dilandasi oleh ketahanan ekonomi mumpuni berkelanjutan.

“Ibarat berlari adalah gambaran dari pertumbuhan ekonomi dan seberapa kuat kita berlari, apakah kita punya mesin’yang cukup untuk melakukannya terus-menerus?,” ujarnya.

Lanjutnya, ia menyoroti adanya isu struktural seperti serapan anggaran yang rendah – pada September 2024, serapan belanja modal Jateng yang hanya 37,17%.

“Hal ini, bukan soal anggaran lebih, tapi lemahnya eksekusi. Surplus APBD justru menunjukkan belum optimalnya pembangunan,” tegasnya.

Selain itu, Ketua Umum BPD HIPMI Jawa Tengah, Teddy Agung Tirtayadi juga menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam penguatan Industri Kecil Menengah (IKM).

“Agar mampu bersaing di pasar nasional dan global diperlukan penguatan IKM yang tangguh dan jangan biarakan mereka kerja sendiri di butuh kolaborasi nyata agar mereka bisa naik kelas,” katanya.

Baca juga:  Operasi Zebra 2022 Polres Semarang Sasar Penindakan Tilang ETLE

Lanjut Teddy, HIPMI Jawa Tengah telah menerapkan berbagai model kemitraan strategis antara pelaku IKM, industri besar, pemerintah daerah serta komunitas lokal.

“Beberapa program unggulan meliputi pelatihan digitalisasi batik di Pekalongan, pendampingan IKM kuliner di Semarang, dan promosi produk lokal lewat Festival Tengara, juga telah kami lakukan untuk keberlangsungan roda ekonomi di kelas IKM,” pungkasnya.

Berdasarkan data Pemprov, pertumbuhan ekonomi Jateng pada Triwulan I 2025 mencapai 4,96% (yoy), masih berada dalam target tahunan.

Investasi juga meningkat, dengan capaian Rp28,3 triliun dan penyerapan tenaga kerja lebih dari 91 ribu orang.

Di sektor pangan, meski menjadi produsen padi terbesar kedua nasional, Jateng menghadapi ancaman banjir dan kekeringan di sentra produksi.

Menghadapi hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan Perda No. 8 Tahun 2024 untuk memperkuat ketahanan pangan dan fokus pada infrastruktur irigasi serta distribusi pupuk. (ucl)



TERKINI


Rekomendasi

...