JATENGPOS.CO.ID, MANCHESTER – Manchester United dikabarkan tertarik mendatangkan ujung tombak RB Leipzig, Benjamin Sesko. Jika Sesko bergabung, The Red Devils akan punya trio lini serang yang mengerikan.
Manchester United sibuk memperbaiki kualitas pos striker pada jendela transfer musim panas kali ini. The Red Devils telah mendatangkan Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo. Kedua pemain tersebut diharapkan akan mengatasi masalah Setan Merah dalam mencetak gol.
Menariknya, Manchester United diperkirakan tidak akan berhenti sampai di situ. Man United dikabarkan masih akan mendatangkan setidaknya satu penyerang lagi.
Pemain yang masuk dalam radar The Red Devils adalah Benjamin Sesko. Kabarnya, Sesko memang ingin hengkang dari Leipzig dan tertarik menuju Old Trafford.
Bahkan, bagi Manchester United, nama Sesko lebih unggul dibanding Viktor Gyokeres. Kehadiran Benjamin Sesko diyakini akan membuat lini depan Man United semakin tajam.
Bagaimana tidak, pada musim lalu pemain 22 tahun itu mendulang 21 gol dan 6 assist dari 45 penampilan. Torehan itu akan semakin mengerikan untuk lawan jika digabungkan dengan catatan Mbeumo dan Cunha.
Mbeumo terbukti trengginas usai mendulang 20 gol dalam 38 laga Premier League 2024-2025. Sementara itu, catatan Cunha yang bisa bermain di berbagai posisi pada musim lalu adalah 17 gol dan 6 assist dari 36 penampilan di berbagai kompetisi.
Oleh karena itu, Ruben Amorim punya bumbu-bumbu lebih dari cukup untuk meramu trio lini serang Manchester United yang sangat berbahaya.
MU tidak akan tampil di kompetisi Eropa musim depan. Namun, Sesko tetap berambisi untuk pindah ke Old Trafford. Liverpool dan Arsenal justru lebih fokus membidik striker lain. Sesko pun harus rela turun kasta secara kompetitif demi mewujudkan impiannya bermain di Inggris.
Masalahnya, sudah banyak contoh striker yang gagal bersinar setelah memilih langkah serupa. Mereka datang dengan banderol mahal, tapi tak memberikan dampak nyata. Sebelum menyesal, Sesko bisa memetik pelajaran dari kisah para pendahulunya. Delapan striker ini bisa menjadi cerminan berharga.
Kedatangan Radamel Falcao ke Manchester United disambut ekspektasi tinggi. Namun, kenyataan di lapangan jauh dari yang diharapkan. Striker Kolombia ini tampil tajam di Portugal, Spanyol, dan Prancis sebelum mencicipi Premier League. Ia mencatat 223 gol dari 317 laga bersama tiga klub berbeda.
Sayangnya, saat membela MU dan Chelsea, produktivitasnya anjlok drastis. Falcao hanya mencetak lima gol dalam 31 laga, jauh dari reputasinya.
Statistik mencetak gol Peter Crouch di Tottenham mungkin tidak terlalu istimewa. Namun, permainannya menunjukkan lebih dari sekadar angka di papan skor. Ia mencetak 24 gol dan memberikan 20 assist dalam 93 laga. Performa itu tetap membuatnya jadi bagian penting dari strategi tim.
Puncaknya terjadi di ajang Liga Champions saat lawan AC Milan. Gol tunggalnya menjadi penentu kelolosan Spurs ke perempat final.
Ketika Tottenham merekrut Alejo Veliz seharga 13 juta pounds, harapannya sangat tinggi. Apalagi setelah komentar Lionel Messi yang menyamakan gaya mainnya dengan Luis Suarez. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda. Veliz hanya tampil dalam delapan kesempatan sebagai pemain pengganti.
Meski sempat mencetak gol lawan Brighton, nilainya terlalu mahal untuk sumbangsih sekecil itu. Spurs pun kini mencoba melepasnya kembali ke Rosario Central dengan harga miring.
Datang tanpa biaya transfer, Craig Bellamy langsung membuktikan diri sebagai pemain penting di ajang Piala Liga. Ia menyumbang dua assist saat menghadapi Chelsea dan mencetak gol penentu lawan Manchester City.
Performa gemilangnya membawa Liverpool melaju ke final dan akhirnya menjadi juara. Namun kontribusinya di liga justru terbatas. Ia jarang dimainkan di Premier League dan tidak menjadi pilihan utama. Bellamy akhirnya hengkang ke Cardiff setelah hanya semusim di Anfield.
Iago Aspas memang gagal total di Liverpool, hanya lima kali jadi starter di bawah asuhan Brendan Rodgers. Tapi kegagalan itu justru membuka jalan panjang dalam kariernya yang gemilang di Spanyol.
Ia sempat menjalani musim yang mengecewakan di Sevilla sebelum pulang ke Celta Vigo. Di klub masa kecilnya itu, ia jadi legenda hidup yang sulit tergantikan. Total 214 gol telah ia buat untuk Celta Vigo, menjadikannya top skor sepanjang masa klub. Bahkan di usia 37 tahun, naluri golnya belum juga hilang.
Nicolas Jackson bukan striker yang buruk, tapi belum cukup bagus untuk jadi andalan utama Chelsea. Posisinya makin sulit karena ekspektasi dan kritik datang silih berganti. Selama dua tahun, ia dianggap tak layak jadi penyerang utama. Kini, ia bahkan kalah saing dari pemain muda seperti Liam Delap.
Joao Pedro juga menggesernya, membuatnya turun ke posisi ketiga. Ironisnya, harga jualnya justru terlalu mahal untuk klub lain berani mendekat.
Chelsea menggaet Christopher Nkunku dari Leipzig dengan nilai mahal dan ekspektasi besar. Namun, sejauh ini kariernya belum berkembang sesuai harapan.
Nkunku seperti berdiri di persimpangan: keluar dan bersinar atau bertahan dan dilupakan. Nasibnya bisa seperti Salah dan De Bruyne, atau justru hilang dari sorotan.
Jika pindah ke klub baru seperti Manchester United, resikonya besar. Apalagi bila klub tersebut tak bisa mengakomodasi gaya bermainnya.
Michy Batshuayi sempat jadi pahlawan Chelsea saat mencetak gol kemenangan di The Hawthorns pada 2017. Sayangnya, momen itu tak mengantar kariernya jadi seperti yang diimpikan. Selama enam tahun di Stamford Bridge, ia lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pemain pinjaman. Borussia Dortmund, Valencia, Crystal Palace, dan Besiktas sempat jadi pelabuhan singkatnya.
Setelah musim impresif dengan 17 gol sebelum direkrut Chelsea, performanya menurun. Ia mencatat 14 gol bersama Besiktas dan dua kali mencetak 12 gol untuk Fenerbahce, tapi tak pernah menyamai performa awalnya. (bol/riz)