30.5 C
Semarang
Sabtu, 9 Agustus 2025

Homestay Desa Wisata Kreatif Perdamaian Srumbung Gunung Berawal dari Basecamp Diskusi

JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) Srumbung Gunung terletak di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, memiliki potensi menarik bagi wisatawan, baik bersifat fisik maupun non-fisik. Potensi fisik tersaji dari keindahan panorama alam desa yang permai. Lokasinya, di lapangan dusun setempat menjadi spot strategis tempat berkumpul dan beraktraksi kesenian tradisional.

Potensi non-fisik adalah kekayaan dalam keragaman penduduknya, tradisi-tradisi lokal yang beraneka ragam, serta warisan budaya yang unik di wilayah tersebut. Harmonisasi antarpenganut berbagai agama dan kepercayaan menarik jadi bahan studi dari berbagai Perguruan Tinggi.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) DWKP Srumbung Gunung Poncosuro, Eko Widodo menjelaskan adanya potensi tersebut sering kali kelompok akademisi datang ke dusunnya ingin belajar dan merasakan langsung tinggal beberapa hari di kampungnya.

“Semula tim UKSW Salatiga, kemudian datang tim dari UIN Walisongo Semarang, Undip, Universitas Ngudi Waluyo, dan Undaris Ungaran. Mereka melakukan studi penelitian dan membutuhkan basecamp untuk tempat studi dan diskusi,” ungkapnya kepada Jateng Pos, kemarin.

Kebutuhan mereka dilayani dengan menjadikan rumah warga sebagai homestay. Ada tiga rumah warga yang representatif dijadikan tempat tinggal sementara itu. Setelah DWKP Srumbung Gunung diresmikan, permintaan wahana homestay tidak hanya kalangan akademika, banyak permintaan dari wisatawan keluarga dan komunitas remaja.

“Sebenarnya kurang afdol rumah warga dijadikan homestay. Banyak warga mempertanyakan wisatawan yang menginap, khawatir mereka ada yang bukan pasangan suami-istri. Pemerintah Desa (Pemdes) kemudian mengajukan bantuan ke pemerintah pusat untuk pembangunan fasilitas wisata,” jelasnya.

Bak gayung bersambut. Pengajuan Pemdes di tahun 2022 mendapat persetujuan dari Kementerian Desa mengucurkan anggaran yang dialokasikan mendirikan bangunan homestay. Ada empat unit homestay didirikan di kompleks DWKP, diresmikan pada 25 Februari 2024.

Taman wisata Desa Wisata Kreatif Perdamaian Srumbung Gunung di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. FOTO:MUIZ/JATENGPOS

Fasilitas pelengkap ini semakin memanjakan wisatawan betah tinggal berlama-lama di DWKP. Homestay memiliki fasilitas kamar mandi dalam, spring bed, TV 32 inc, kipas angin dan teko listrik. Bagi penginap di waktu weekday tarif sehari Rp 200 ribu, sedangkan tarif Rp 250 ribu mendapatkan layanan sarapan untuk 2 orang.

“Khusus weekend tarif sewa homestay naik jadi Rp 250 ribu. Untuk tarif Rp 300 ribu ada tambahan service pelayanan sarapan untuk 2 orang. Khusus bagi yang pernah menginap sebanyak 5 kali mendapatkan diskon 50 persen,” tandasnya.

Baca juga:  Orang Aceh Ini Sumbang Covid Rp 2 Trilliun

Lokasi homestay berada di pinggir lapangan yang menjadi spot saat pagelaran kesenian tradisional. Di dusun ini terdapat berbagai kelompok seni seperti kuda lumping, karawitan, kasidahan, serta berbagai jenis musik religi lainnya. Semua potensi ini menambah daya tarik DWKP Srumbung Gunung.

Sebuah joglo cukup luas menyatu dengan lokasi homestay, dilengkapi fasilitas kamar mandi dan mushola. Kerap kali spot di kawasan ini disajikan atraksi kesenian tradisional juga live musik. Terutama saat menyambut rombongan tamu peserta touring, seperti komunitas Harley Davidson, Honda Accord, Fortuner, serta komunitas lainnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Wiwin Sulistyowati mengatakan fasilitas homestay memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk bisa berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari di perkampungan DWKP Srumbung Gunung.

“Homestay untuk rumah tinggal sementara disediakan Pemdes untuk para pelancong. Desa Poncoruso membangun empat homestay cukup luas dan representative. Fasilitas ini dapat meningkatkan kunjungan pelancong ke DWKP Srumbung Gunung,” ujar Wiwin.

Batik Ciprat Inisiasi Penggagas Pluralitas

Batik ciprat produksi Pokdarwis Desa Wisata Kreatif Perdamaian Srumbung Gunung terletak di Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. FOTO:DOK.JATENGPOS

Di mana ada destinasi wisata pastinya potensi UMKM sekitar akan turut terangkat, seperti kuliner, jajan tradisional, souvenir dan oleh-oleh. Potensi sumber daya masyarakat setempat disiapkan dengan memberikan pelatihan keterampilan kerajinan maupun aneka jajanan.

Seperti pelatihan kerajinan batik ciprat yang diadakan di Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) Srumbung Gunung, kini telah berkembang dan menjadi andalan meningkatkan pendapatan warga. Batik ciprat Sekar Langit menjadi salah satu produk paling disukai wisatawan.

Tak hanya melayani wisatawan, pemasarannya juga sudah sampai  berapa kota di Sulawesi dan Kalimantan. Pesanan juga datang dari salah satu Negara Asean, yakni Malaysia. Peningkatan perekonomian berkat kreatifitas DWKP benar-benar dirasakan warga.

“Pesanan dari luar pulau dan luar negeri sudah banyak. Produksi batik ciprat terus kami tingkatkan selain melayani pelanggan juga menyediakan untuk pameran di DWKP Srumbung Gunung,” ujar pengelola batik ciprat Sekar Langit, Erytrina Sulistyorini (42) warga Dusun Srumbung Gunung RT 01 RW 01 Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen.

Cerita Rini –panggilan akrabnya– sebelumnya ada beberapa kali pelatihan pembuatan kerajinan dan jajanan diadakan DWKP bekerjasama dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan Institut Pluralisme Indonesia (IPI) yang konsen menggagaskan pluralistas

Seperti keterampilan printing (sablon), batik ciprat, pembuatan jajan bolen pisang, dan home industri jamu tradisional. Ia memilih mengikuti pelatihan batik ciprat dengan harapan mudah pengerjaannya. Di samping dia sendiri pernah mendapatkan pelatihan serupa saat masih mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Ungaran.

Baca juga:  Cherlin Bakehouse Sajikan Pengalaman Belanja Roti dan Snack dengan Konsep Kekinian

“Waktu pelatihan cukup singkat, karena bersamaan pelatihan kerajinan lainnya. Saya putuskan memilih produksi batik ciprat karena paling siap, baik peralatan maupun bahannya. Proses pembuatan cukup mudah, serta memasarkannya bisa langsung. Begitu kain kering bisa langsung dijual,” ungkapnya.

Produksi pertamanya ia pasarkan di stand DWKP saat menerima kunjungan rombongan dari luar desa. Kerap kali digelar event pertunjukan tari tradisional dengan menyediakan stand UMKM untuk memasarkan berbagai produk dihasilkan warga.

Target pelatihan diadakan DWKP setidaknya pelatihan 1 produk minimal ada 1 orang yang jadi. Batik ciprat sendiri memenuhi sasaran yang diharapkan DWKP, berhasil menjadi unit usaha yang berkembang. Produksinya sanggup memenuhi pesanan dari luar pulau hingga luar negeri.

“Batik ciprat dari hasil pelatihan hanya 1 unit yang jadi, batik Sekar Langit punyaan saya. Pelatihan bolen pisang 1 unit, printing 1 unit, dan minuman jamu tradisional ada 2 unit yang jadi dan berproduksi sampai sekarang,” jelasnya.

Motif batik yang dipilih Rini selain Ciprat juga motif Shibori (jumput) dan Ecoprint. Ketiga motif ini dirasa lebih mudah pengerjaannya, dibandingkan batik tulis yang membutuhkan ketelatenan dan prosesnya memakan waktu lama. Peminat motif ini juga cukup banyak.

Ia berharap dari 5 orang pekerja di tempat usahanya nantinya bisa membuka usaha sendiri. Mengembangkan batik ciprat sehingga nantinya menjadi sentra di DWKP Srumbung Gunung.

Pesanan pun tidak pernah sepi. Ia senang sering kali mendapatkan order seragam, seperti dari ibu-ibu PKK Kecamatan Bawen, para guru SMK Kanisius Ambarawa, dan sarimbitan untuk seragam keluarga.

Bagi Rini kecintaannya menekuni batik ciprat selain proses pembuatannya mudah dan cepat, ia bisa menjual dengan harga terjangkau.  Pilihan motif ciprat didasarkan pada ciri khas cipratan warna dari teknik smock dari lipatan-lipatan yang menghasilkan motif beragam dan unik.

Satu potong batik ciprat berukur 2 meter ia bandrol mulai Rp 100 ribu, batik Shibori dibanderol mulai harga Rp 250 ribu, dan Ecoprint dibandrol mulai Rp 200 ribu tergantung bahan dan kerumitan motif. (muz)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya