JATENGPOS. CO. ID, KLATEN – Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Tengah yang jatuh tanggal 19 Agustus 2025, diwarnai logo yang penuh makna. Logo “80” bukan sekadar angka biasa. Melainkan dibentuk menyerupai burung Kepodang Emas, satwa khas Jawa Tengah.
Logo tersebut terlahir dari Yusup Kristiyanto, warga Dusun Tunggul, RT 03 RW 4, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Menurutnya, desain angka 80 yang dibuatnya itu menggambarkan seekor burung Kepodang Emas sedang meloloh atau menyuapi makan anaknya. Itu memberikan kesan atas slogan “Ngopeni Nglakoni Jawa Tengah” yang diusung Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen.
Yusup menjelaskan, burung Kepodang Emas telah lama menjadi simbol kearifan lokal di daerah Jawa Tengah. Suaranya merdu, bulu kuning keemasannya indah, serta mempunyai karakter penuh perhatian pada anaknya. Hal itu dia anggap mengilhami semangat kebersamaan dan kepedulian.
“Makna kata meloloh mengacu pada proses memberi makan pada anaknya. Artinya itu Ngopeni supaya bisa bertumbuh. Burung Kepodang Emas juga dikenal dengan keindahan bulunya dan perilaku baik suka membersihkan diri (Nglakoni) dengan merasakan kehidupan nyata, menghilangkan berbagai keburukan supaya bisa mapan,” ujar Yusuf saat ditemui di rumahnya, Selasa (12/8/2025).
Tamatan akuntansi di sebuah sekolah kejuruan itu menambahkan, Kepodang Emas melambangkan kekompakan, keselarasan dan keindahan budi pekerti. Selain itu, juga sering dikaitkan dengan simbol kejayaan, kemakmuran, serta keberlanjutan.
“Sehingga hal ini dirasa selaras untuk merepresentasikan semangat pemerintah dalam Ngopeni serta Nglakoni Jawa Tengah dengan kesederhanaan, totalitas, serta ketulusan hati, dalam mewujudkan seluruh masyarakat Jawa Tengah yang mapan serta bertumbuh. Filosofi inilah yang mendasari terbentuknya desain logo semangat Hari Jadi ke-80, menuju Jateng Mapan dan Tumbuh,” ungkapnya.
Logo tersebut mengemas pesan yang sederhana namun mendalam, yakni Jawa Tengah telah mapan di usianya yang ke-80 tidak berhenti berkembang, tetapi terus bertumbuh seperti anak Kepodang yang kelak akan terbang mandiri. Filosofi ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan bukan akhir perjalanan, melainkan bagian dari siklus kehidupan yang terus dipelihara.
Dengan visual elegan dan narasi yang kuat, peringatan Hari Jadi Jateng tahun ini diharapkan bukan hanya soal angka, melainkan refleksi perjalanan panjang dan tekad, untuk menatap masa depan dengan hati memelihara serta langkah yang mantap.
“Harapan saya, apa yang telah menjadi visi dan misi Pak Gubernur dan Pak Wakil Gubernur yaitu Ngopeni Nglakoni benar-benar dapat dirasakan semua lapisan masyarakat di Jawa Tengah. Sehingga Jawa Tengah benar-benar mapan dan terus bertumbuh,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah, Agung Hariyadi, menuturkan, penentuan logo Hari Jadi Ke-80 Jawa Tengah dilakukan melalui sayembara. Hal itu untuk memberikan ruang kreatif sekaligus melibatkan masyarakat secara langsung.
“Jadi tiap tahun kita lakukan sayembara untuk menentukan logo hari jadi Jawa Tengah, termasuk Hari Jadi Ke-80 ini. Sehingga tidak semata-mata dari internal, tapi masyarakat luas untuk ikut berkontribusi,” ujarnya.
Dijelaskan, antusias masyarakat sangat tinggi untuk mengikuti sayembara kali ini. Ada sebanyak 632 peserta yang mengirimkan karya logo.
“Semua karya peserta sangat bagus. Sehingga dilakukan seleksi secara obyektif dan profesional,” ungkapnya.
Menurutnya, logo yang terpilih dan ditampilkan bukan hanya sebagai angka, tetapi memiliki filosofi dan harapan bersama untuk Jawa Tengah ke depan.
“Tentu makna dan filosofi logo seiring dengan visi misi Ngopeni Nglakoni Jawa Tengah, serta tema Mapan dan Bertumbuh,” tambahnya.
Sehingga, papar Agung, Hari Jadi ke-80 Jawa Tengah menjadi momentum kesadaran dalam membangun dan berkontribusi secara bersama untuk Jawa Tengah lebih baik.
“Perayaan akan digelar secara penuh kesederhanaan tapi memiliki nilai semangat untuk menjadi lebih baik, Ngopeni Nglakonh Jawa Tengah, sehingga bisa mapan dan bertumbuh,” terangnya.
Lewat Laptop
Di balik kemegahan logo 80 tahun HUT Jawa Tengah itu ada cerita seru sekaligus haru dari penciptanya. Yusup Kristiyanto harus berhari-hari corat-coret kertas HVS untuk menuangkan ide dengan penuh filosofis. Mulai dari huruf Jawa, tokoh pewayangan, hingga akhirnya menemukan inspirasi dari seekor burung Kepodang Emas.
“Logo itu sebenarnya burung Kepodang Emas sedang memberi makan anaknya. Kalau dilihat angka delapan itu induknya dan nol itu anaknya. Keduanya bertemu paruhnya. Seperti induk memberi makan anaknya,” kata Yusup.
Setelah sketsa di HVS, Yusup lantas memproses desain itu melalui laptop yang dibelinya bekas dengan harga Rp 800 ribu beberapa tahun lalu.
“Laptop itu saya beli dari tukang servis, Rp 800 ribu. Kondisinya ya begitu adanya,” tuturnya.
Bukan hanya itu, kemampuan mendesain logo ternyata didapat dari belajar otodidak. Yusup pernah bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan percetakan di Yogyakarta. Tiap hari ia akrab dengan buku. Di sela-selanya, ia getol membaca dan mempelajari desain kover buku yang dibaca.
“Saya dulu hanya OB di sebuah usaha percetakan. Dari situ saya suka membaca dan belajar desain,” kisahnya.
Bahkan Yusup pernah membuat buku cerita dan belajar anak dengan panduan bergambar.
“Buku itu dicetak dan jual di toko-toko buku,” imbuhnya.
Bermodal semangat, Yusuf kini dapat berbangga karena logo yang dilahirkan dari buah kreatifnya terpampang di platform-platform digital maupun baliho di daerah-daerah dalam Hari Jadi Ke-80 Jawa Tengah.
“Saya senang dan saya asli orang Jawa Tengah yang membuat logo Hari Jadi Ke-80 Jawa Tengah,” ungkap Yusuf. (ucl)