JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Inovasi bidang kesehatan tumbuh kembang anak kembali dicipta mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran, Kabupaten Semarang. Sebuah riset inovatif berhasil dikembangkan, yakni penggunakan Topi Metri sebagai alat ukur lingkar kepala efektif untuk anak balita usia 12 sampai 36 bulan.
Inovasi Topi Metri tersebut telah didaftarkan pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dengan nomor 000954412. Pencipta karya Topi Metri, Hadi Mustofa, mengatakan gagasan pembuatan alat ukur ini sebagai jawaban permasalahan deteksi stunting pada anak di berbagai pelosok kadang terhambat ketersediaan alat bantu penunjang kesehatan yang efektif.
“Inovasi ini sebagai jawaban kendala itu dan sudah terbukti efektif. Uji coba kami laksanakan pada lokus stunting di Kecamatan Tanjung Palas Utara (Bulungan, Kalimantan Utara, red). Berhasil mendukung pengukuran antropometri secara umum. Alat ini ke depan kita harapkan dapat mendukung intervensi penanganan stunting,” ujarnya kepada Jateng Pos, Jumat (22/8/2025).
Dijelaskan, tercipta Topi Metri merespon tantangan petugas kesehatan dan posyandu di lapangan sering mengalami kesulitan saat pengukuran lingkar kepala balita menggunakan pita metlin konvensional. Petugas mengalami kendala teknis dan psikososial terutama pada balita yang aktif dan sensitif terhadap alat ukur.
“Kendala itu rata-rata terjadi saat pengukuran pada balita usia antara 12 sampai 36 bulan. Topi Metri berhasil menjadi solusi, kita dirancang menyerupai topi anak-anak dengan integrasi pita ukur fleksibel bergambar kartun hewan disukai anak-anak. Proses pengukuran terasa seperti aktivitas bermain saja, bukan prosedur medis yang menegangkan,” jelasnya.
Mahasiwa Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Kesehatan UNW Ungaran ini, berhasil mengujikan inovasi Topi Metri di Desa Ruhui Rahayu, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara, melibatkan 5 posyandu dengan 48 balita dan orangtua serta 25 kader posyandu.
“Hasilnya, Topi Metri tidak hanya meningkatkan efisiensi pengukuran, anak-anak merasa senang seperti sedang bermain ketika dipakaikan topi, lebih itu kader lebih percaya diri saat melakukan pencatatan pertumbuhan balita,” tandasnya.
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Kesehatan UNW Ungaran, Dr. Ns. Eko Mardiyaningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat., mengapresiasi hasil riset Hadi Mustofa yang telah menyumbangkan inovasi alat bantu sederhana bagi dunia kesehatan, khususnya untuk anak-anak balita saat mejalani ukur lingkar kepala.
“Keunggulan alat ukur ini sesuai dengan prinsip User-Centered Design dan teori Diffusion of Innovations, di mana inovasi yang sederhana, mudah digunakan, serta langsung menunjukkan manfaat akan lebih mudah diterima oleh masyarakat,” ujar Eko Mardiyaningsih yang juga dosen pembimbing Hadi Mustofa.
Meski demikian, lanjutnya, penelitian ini menekankan pentingnya standarisasi ukuran, pelatihan kader secara berkala, serta validasi lanjutan agar Topi Metri bisa diakui secara nasional sebagai alat antropometri resmi.
“Inovasi lokal ini kita harapkan dapat menjadi model nasional bagi Posyandu di Indonesia, terutama di daerah terpencil. Dengan dukungan lintas sektor, Topi Metri berpotensi menjadi solusi nyata dalam memperkuat layanan kesehatan dasar dan intervensi stunting sejak dini. Karya orisinal ini perlu mendapat perlindungan masuk dalam daftar dari HKI,” pungkasnya. (muz)