JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, kerja sama Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN), dan Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (PC Fatayat NU) Kota Semarang, menyelenggarakan seminar pengabdian masyarakat. Seminar bertajuk “Peran Aktif Perempuan dan Santri Muda dalam Pencegahan Stunting dan Pernikahan Dini”, bertempat di Ruang Teater Gedung C Lantai 1, FISIP UNDIP Semarang, 4 Oktober 2025.
Upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 memerlukan dukungan sumber daya manusia yang terbebas dari persoalan stunting.
Stunting mengakibatkan seseorang tidak dapat tumbuh kembang dengan optimal. Salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak adalah pernikahan dini. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama yang strategis dari berbagai stakeholder dalam isu stunting dan pernikahan dini.
Kegiatan seminar pengabdian masyarakat ini diawali dengan paparan kunci dari Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN, Prof. Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol.Admin, Ph. Dia menyampaikan tentang sasaran target Indonesia Emas 2045 yang memerlukan dukungan dari berbagai stakeholder kunci.
“Kita sebagai bangsa ingin mencapai 100 tahun kemerdekaan dengan menjadi negara emas, dalam artian memerdekakan diri kembali sebagai bangsa yang sejajar dengan negara maju lainnya, termasuk mantan penjajah kita”, ungkap Prof Budi Setiyono.
Setelah paparan kunci, kegiatan ini dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara FISIP UNDIP dengan Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan Jawa Tengah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, yang disaksikan langsung oleh Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN.
Pada sesi seminar, narasumber pertama, Eka Sulistia Ediningsih, S.H., selaku Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah menyoroti tentang pentingnya penurunan angka stunting di Jawa Tengah, melalui pemeriksaan kesehatan secara langsung.
“BKKBN Jawa Tengah mempunyai program Jateng Gayeng, Ngincer Wong Meteng sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,”kata Eka.
Narasumber kedua, Nyai Hj. Istighfaroh Mamnuhin selaku Ketua PC Fatayat NU Kota Semarang menjelaskan peran Fatayat NU Kota Semarang dalam pencegahan stunting. Seperti Sambung Simbok Sambang Bocah yang memberikan edukasi dengan menyambangi remaja yang akan menikah. Selain itu, Fatayat NU juga menyosialisasikan pencegahan pernikahan dini pada remaja.
Sedangkan narasumber ketiga, Dr. KH. Muhammad Adnan, M.A selaku Pengasuh Pondok Pesantren Kebangsaan, sekaligus dosen Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP, memberikan elaborasinya tentang keterkaitan pernikahan dini dengan stunting dalam tradisi pesantren. Di mana banyak kasus pernikahan dini terjadi di pondok pesantren salafi murni.
Kyai Adnan menukil QS An-Nisa ayat 9, dimana Allah SWT memerintahkan manusia agar meninggalkan generasi yang kuat dengan tidak meninggalkan anak-anak dalam keadaan lemah karena kemiskinan (harta, empati, dan wacana), serta menganjurkan agar berkata benar dan bertakwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini, Kyai Adnan juga menekankan pentingnya tanggung jawab orang tua untuk mempersiapkan generasi selanjutnya yang tangguh, baik dalam iman, akhlak, dan survivalitas dalam hidup.
Adapun sesi tanya jawab berlangsung dengan sangat antusias. Dengan peserta yang terdiri dari santri-santriwati dari pondok pesantren mahasiswa dan anggota Fatayat NU se-Kota Semarang.
Herlambang selaku Ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama UNDIP (KMNU UNDIP) menanyakan cara menyikapi kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat bahwasanya banyak anak, maka akan banyak rezeki, yang ironisnya banyak terjadi pada keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah.
“Banyak anak banyak rezeki, bukanlah sebuah hadis, jadi tidak perlu diamalkan. Yang terpenting adalah banyak sodaqoh, maka akan banyak rezeki,” ungkap Kyai Adnan, yang disusul oleh gelak tawa peserta seminar yang hadir. (*/jan)