32 C
Semarang
Minggu, 19 Oktober 2025

Santri Didorong Jadikan Dunia Digital Ladang Dakwah Baru

JATENGPOS.CO.ID, MAGELANG  — Di tengah derasnya arus digital yang sering kali membawa banjir informasi tanpa batas, para santri justru diharapkan menjadi penyejuk dan penjaga moralitas di ruang maya.

Pesan itu mengemuka dalam seminar bertajuk “Etika Digital Santri: Aman, Bijak, dan Bermoral di Dunia Maya” yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI bekerja sama dengan UIN Walisongo, di Kota Magelang, Kamis (16/10/2025). Kegiatan yang diikuti ratusan peserta dari kalangan pondok pesantren se Magelang ini diadakan di masa reses DPR RI.

Anggota DPR RI Komisi VIII Fraksi PDI Perjuangan Wibowo Prasetyo yang hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa dunia digital kini menjadi ladang dakwah baru bagi kalangan santri. Menurut dia, ruang maya bukan sekadar tempat berbagi informasi, tetapi juga arena perjuangan nilai dan akhlak.

“Kalau dulu berdakwah secara langsung di depan umat, sekarang medan dakwah  meluas ke YouTube, TikTok, dan media sosial lainnya. Santri harus hadir di sana, membawa pesan damai, santun, dan mencerahkan,” ujar legislator dari Dapil VI Jawa Tengah ini.

Wibowo menekankan tiga pilar utama dalam etika digital: aman, bijak, dan bermoral. “Aman berarti melindungi diri dari ancaman siber seperti penipuan dan pencurian data. Bijak berarti menggunakan teknologi secara produktif dan bermanfaat, misalnya untuk edukasi dan dakwah kreatif. Sedangkan bermoral berarti menjaga adab, tidak menyebarkan ujaran kebencian, serta meneladankan karakter santri yang santun,” jelasnya.

NARASUMBER : Seminar Etika Digital Santri: Aman, Bijak, dan Bermoral di Dunia Maya” yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI bekerja sama dengan UIN Walisongo, di Kota Magelang, Kamis (16/10/2025).

Sementara itu, narasumber lainnya, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kudus, Adri Efferi, mengingatkan bahwa perubahan zaman menuntut kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman. Ia menekankan pentingnya kesadaran etis dalam setiap aktivitas digital, mulai dari menghormati privasi, menghindari plagiarisme, hingga menahan diri dari komentar kasar dan konten menyesatkan.

“Etika digital itu sederhana. Pikirkan dampak setiap klik. Apakah postingan kita menebar manfaat atau justru menimbulkan mudarat,” ujarnya.

Adri menambahkan, nilai-nilai Islami seperti ihsan, amanah, dan ta’awun harus menjadi panduan utama dalam bermedia sosial. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Ar-Rahman ayat 60, ‘Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula’, sebagai prinsip dasar bermedia yang berakhlak.

Ia juga menyoroti pergeseran besar akibat revolusi digital 4.0 dan society 5.0 yang menuntut literasi baru bagi santri dan pendidik. “Santri masa kini tidak cukup hanya paham kitab, tapi juga harus melek data, kreatif, dan adaptif. Tapi semua kecanggihan itu akan sia-sia tanpa moralitas,” katanya. Ia menambahkan, manusia bukanlah yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu bertahan, tetapi yang paling mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.

Seminar ini juga menyoroti peran pesantren sebagai pusat pembinaan karakter dan literasi digital beradab. Pesantren dinilai punya kekuatan moral yang bisa menjadi panduan dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.

“Etika bukan sekadar teori, tapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia digital,” ujar Adri menutup presentasinya.

Para peserta terlihat antusias berdiskusi tentang cara menanamkan nilai-nilai Islam dalam penggunaan media sosial. Beberapa pondok pesantren bahkan menyampaikan rencana membuat kelS literasi digital untuk melatih kemampuan bermedia sosial yang aman dan santun.

Wibowo menambahkan, kolaborasi antara parlemen, Kemenag, dan pesantren sangat penting terus dijalin agar transformasi digital tidak kehilangan arah.

“Kita ingin santri tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga pembentuk budaya digital yang beretika. Dunia maya harus jadi ladang dakwah baru, yang mewarnai dunia media sosial dengan pencerahan. Dan kalangan santri adalah kuncinya,” tandas politisi yang mantan jurnalis ini.

Di akhir acara, kedua pembicara sepakat bahwa masa depan dunia digital Indonesia akan sangat ditentukan oleh kekuatan nilai moral dan spiritual.

“Kalau santri mampu menanamkan adab dalam setiap klik, maka teknologi bukan lagi ancaman, tapi sarana ibadah,” pungkas Wibowo disambut tepuk tangan peserta.(bis/rif)


TERKINI


Rekomendasi

...