JATENGPOS.CO.ID-Sekolah dasar negeri sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan layanan pendidikan bermutu. Namun, kenyataannya masih banyak sekolah negeri menghadapi tantangan serius, terutama terkait dengan minat masyarakat yang rendah. Kondisi ini umumnya terjadi pada sekolah berjumlah murid sedikit, terletak di wilayah pinggiran, serta belum memiliki citra atau branding sekolah yang kuat di mata masyarakat. Hal ini menuntut sekolah negeri untuk bertransformasi agar tetap eksis dan diminati oleh masyarakat.
Tantangan ini terjadi pula di SDN Mrawun, sebagai salah satu sekolah negeri di wilayah pinggiran Desa Gladagsari yang hanya berjumlah 60 siswa, semakin menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Boyolali tahun 2024 mencatat sebagai salah satu sekolah di daerah sporadis DBD, dengan korban meninggal tertinggi pada kelompok usia 5-14 tahun yang tergolong usia sekolah dasar. Observasi kepala sekolah menunjukkan kurangnya kesadaran warga sekolah terhadap kebersihan, lingkungan yang kurang terawat, sanitasi yang belum memadai, serta belum adanya jalinan kemitraan bersama stakeholder menjadi faktor penghambat terciptanya sekolah sehat dan nyaman. Didukung hasil rapor pendidikan tahun 2024, menunjukkan indikator karakter menjadi rekomendasi prioritas pembenahan sehingga diperlukan program penguatan karakter selaras dengan 8 dimensi profil lulusan.
Selain itu, belum adanya terobosan inovasi program untuk memecahkan tantangan tersebut sekaligus sebagai branding menjadi faktor kurangnya minat masyarakat pada sekolah. Dengan demikian, inovasi kepala sekolah bukan sekadar kebutuhan administratif, melainkan strategi nyata untuk menghidupkan kembali eksistensi sekolah negeri dan menjadikannya pusat pembelajaran yang unggul, inklusif, serta berdaya saing di tengah perubahan zaman.
Menurut Sholeh (2022) school branding adalah proses pengemasan sekolah dengan sebaik mungkin sehingga dapat disampaikan dengan menarik kepada masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan citra atau “image” yang khas dan positif. School branding sangat penting untuk menarik minat siswa, meningkatkan reputasi, dan memperkuat posisi sekolah di mata masyarakat.
Menjawab tantangan di atas, peran kepala sekolah sebagai agen perubahan tergambar melalui inovasi school branding “semantik (sekolah aman dari jentik) yang diwujudkan melalui strategi kepemimpinan “Transformer”. Secara harfiah, kata transformer berasal dari bahasa Inggris, yang berarti seseorang yang membawa perubahan. Secara akronim strategi “Transformer” dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) T – Tetapkan tujuan dari inovasi program; 2) R – Rancang Tim Kolaborasi; 3) A – Atur Aksi Nyata; 4) N – Nurturing Culture; 5) Sinergitas bersama Stakeholder; 6) F – Fasilitasi Inovasi; 7) O – Orasikan Aksi Nyata; 8) R – Ruang publikasi; 9) ME – Monitoring dan Evaluasi dan 10) R – Refleksi dan Tindak lanjut.
Dampak dari strategi kepemimpinan Transformer ialah kepala sekolah menjalankan peran kepemimpinan transformasional yang mampu menggerakkan perubahan positif, menjadi teladan inspiratif, mendorong inovasi pengelolaan sekolah diperkuat kolaborasi stakeholder sehingga mewujudkan school branding. Membentuk karakter murid selaras dengan 8 dimensi profil lulusan terintegrasi pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun budaya positif dibuktikan dengan naiknya nilai indikator karakter pada rapor pendidikan tahun 2025. Selain itu, kemitraan dan kolaborasi merupakan kekuatan utama dalam kepemimpinan transformator yang tidak hanya sebatas kerjasama administratif, tetapi kerjasama bermakna (meaningful partnership) yang menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap kemajuan sekolah dan berdampak luas pada lingkungan.
Berawal dari tantangan minimnya jumlah murid, kurangnya semangat berinovasi warga sekolah, sarana dan prasarana terbatas berdampak pada kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, “Semantik” hadir sebagai wujud nyata branding sekolah dasar negeri yang mampu membentuk identitas dan citra positif. Dibuktikan naiknya penerimaan jumlah murid di tahun ajaran 2025/2026, serta peningkatan prestasi akademik maupaun non akademik dari tahun sebelumnya.
Kepemimpinan transformator sejati tercermin ketika kepala sekolah mampu menggerakkan perubahan dari keterbatasan menjadi keberdayaan. Melalui strategi transformer, setiap langkah kecil di sekolah menjadi aksi bermakna yang menumbuhkan budaya sehat, karakter kuat, dan kebanggaan bersama *).
Oleh :
Irma Pangestika, S.Pd
Kepala SDN Mrawun – Boyolali











