JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Meski harga emas dunia melonjak tajam hingga mencetak all time high pada Oktober 2025, inflasi Jawa Tengah masih terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1%. Berdasarkan data Bank Indonesia Jawa Tengah, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,40% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,21%), namun tetap sejalan dengan inflasi nasional di angka 2,86% (yoy).
Kota Surakarta menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Jateng pada Oktober, yakni 0,49% (mtm), disusul Semarang dan Kudus. Sementara inflasi terendah terjadi di Cilacap dan Purwokerto sebesar 0,33% (mtm).
“Perkembangan inflasi Jateng masih terkendali dan tetap dalam sasaran nasional 2,5±1%. Kami terus memperkuat koordinasi pengendalian bersama TPID,” kata Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan BI Jateng.
Kenaikan harga emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan ini, khususnya pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan andil 0,21%. Harga emas melonjak hampir 20% dibanding bulan lalu dan naik lebih dari 60% dibanding tahun sebelumnya, dipicu ketidakpastian ekonomi global.
Selain emas, inflasi juga terdorong oleh naiknya harga telur ayam ras dan daging ayam ras. Keduanya meningkat seiring tingginya permintaan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang berjalan di berbagai daerah.
Sementara itu, harga cabai merah ikut menyumbang inflasi karena musim panen raya telah berakhir. Sebaliknya, harga bawang merah relatif stabil berkat panen yang masih berlangsung di beberapa sentra utama seperti Brebes.
Kelompok transportasi turut memberi andil terhadap inflasi, meski relatif kecil, yakni 0,02%. Hal ini disebabkan normalisasi tarif kereta api pasca berakhirnya promo diskon 20% dan flash sale tiket Rp80 ribu dalam rangka HUT ke-80 PT KAI pada akhir September lalu.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat koordinasi untuk menjaga kestabilan harga. Berbagai langkah dilakukan, mulai dari menjaga pasokan pangan strategis, memperlancar distribusi, hingga memperluas kerja sama antar daerah penghasil dan konsumen.
“Kuncinya adalah sinergi lintas sektor agar suplai barang dan pangan tetap terjaga, sehingga tekanan inflasi dapat diredam,” ujar Rahmat Dwisaputra.
Ke depan, BI Jateng optimistis inflasi dapat terus dikendalikan meski tekanan global masih tinggi. Dengan kerja sama pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan, stabilitas harga di Jawa Tengah diharapkan tetap terjaga menjelang akhir tahun.(aln)












