JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Ekonomi Jawa Tengah menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pada triwulan III 2025, pertumbuhan tercatat sebesar 5,37 persen (yoy) dan diproyeksikan terus menguat hingga akhir tahun.
Realisasi investasi menjadi salah satu motor utama pertumbuhan daerah. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 6,71 persen, seiring dengan capaian investasi yang telah mencapai 84,42 persen dari target tahunan. Kinerja industri pengolahan juga menguat, tumbuh dari 4,47 persen menjadi 5,96 persen, dengan sektor tekstil, produk tekstil (TPT), dan alas kaki sebagai penyumbang terbesar ekspor nonmigas Jawa Tengah.
“Daya saing Jawa Tengah masih terjaga dan investor tetap percaya,” kata Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan BI Jateng.
Dijelaskan, inflasi Jawa Tengah pada Oktober 2025 juga tercatat stabil yaitu 0,40 persen (mtm) atau 2,86 persen (yoy), masih berada dalam rentang sasaran nasional. Tekanan harga terutama dipengaruhi kenaikan harga emas perhiasan serta peningkatan permintaan terhadap telur dan daging ayam ras.
Menghadapi kondisi tersebut, Forum TPID Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat pengendalian hulu-hilir, mencakup normalisasi irigasi, bantuan benih, mekanisasi pertanian, hingga operasi pasar dan Gerakan Pangan Murah.
“Stabilitas harga adalah pondasi ketahanan ekonomi daerah,” ujar Rahmat Dwisaputra.
Digitalisasi sistem pembayaran menjadi pendorong baru aktivitas ekonomi. Hingga September 2025, pengguna QRIS di Jawa Tengah telah mencapai 8,04 juta orang dengan 4,2 juta merchant dan volume transaksi 846 juta kali senilai Rp2,7 triliun.
Ekosistem digital turut diperluas melalui QRIS Antarnegara dan QRIS TAP pada transportasi publik. Selain itu, capaian Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) mencapai 96,5 persen dan mengukuhkan Jawa Tengah sebagai Pemda Digital.
“Ekosistem digital Jawa Tengah sudah matang dan terus berkembang,” tukas Rahmat Dwisaputra.
Untuk menjaga momentum ekonomi sepanjang tahun 2025, Bank Indonesia menyiapkan sejumlah program strategis. Di antaranya stabilisasi pangan melalui Wiwitan Tandur Pari dan Kios Pangan Pandawa Kita, penguatan investasi lewat CJIBF dan Pusaka Jateng, hingga promosi wisata dan UMKM melalui JASIRAH Race, FAJAR, serta UMKM Gayeng.
Pengelolaan uang Rupiah juga diperkuat lewat Ekspedisi Karimun Jawa, Rupiah Borobudur Playon, dan program SERAMBI.
“Fondasi kita kuat dan peluang masih terbuka lebar untuk Jawa Tengah maju,” ungkap Rahmat Dwisaputra.
Sebagai lumbung pangan nasional, Jawa Tengah disebut memiliki potensi besar untuk memperkuat kemandirian pangan dan menciptakan ekonomi yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Sinergi antarpemangku kepentingan menjadi kunci agar pembangunan berjalan konsisten dan berkelanjutan.(aln)












