JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, menyatakan artikel yang dikirimkan Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Profesor Fathur Rokhman tidak asli.
Ketua Redaksi Jurnal Litera Prof Burhan Nurgiyantoro membenarkan saat dikonfirmasi melalui aplikasi pesan singkat terkait adanya pernyataan sikap dari Litera perihal masalah itu.
Surat pernyataan itu ditujukan kepada Yunanto Adi, selaku pelapor informasi atas maraknya pemberitaan terkait kemiripan artikel Prof Fathur Rokhman di Litera dengan artikel Anif Rida di makalah Kolita I.
Dari hasil pelaporan itu, Litera melakukan serangkaian proses yang tertuang dalam enam poin surat pernyataan itu yang dikirimkan langsung kepada pelapor informasi, berikut lampiran pendukungnya.
Dalam poin kedua disebutkan, setelah memperoleh makalah Kolita I dan Jurnal Litera, Dewan Redaksi melakukan penelaahan dan penyandingan menggunakan dua cara, yakni tabulasi manual dan “Software Tunitin”.
Hasil penelaahan dan penyandingan kedua makalah itu menunjukkan adanya sejumlah kemiripan yang dituangkan dalam poin ketiga surat pernyataan itu, diperkuat dengan lampiran yang disertakan dalam surat.
Pada poin keempat, Dewan Redaksi Litera menyimpulkan bahwa artikel Fathur Rokhman dinyatakan tidak asli dengan merujuk pada tahun terbit kedua tulisan, yakni Anif Rida (2003) dan Fathur (2004).
Dalam ketentuan penulisan artikel untuk Litera sebagaimana dinyatakan dalam poin kelima, artikel harus asli, dalam arti belum pernah dipublikasikan dalam jurnal atau majalah yang lain.
Burhan menjelaskan surat pernyataan sebagai jawaban, sekaligus sikap Litera atas laporan informasi dari Yunanto Adi sudah dikirimkan kepada yang bersangkutan berikut lampirannya.
Pernyataan itu, kata dia, menjawab surat dari Yunanto, sekaligus merespons beberapa pemberitaan media terkait dugaan plagiarisme atas dua artikel yang dikirimkan ke Litera dan Kolita.
Meski demikian, ia mengatakan artikel Fathur di Jurnal Litera yang berada di bawah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut tidak dicabut, sehingga artikel ini tetap terpampang di jurnal itu.
“Semula ada wacana begitu, tetapi setelah dipertimbangkan lebih baik dibiarkan saja agar ada bukti otentik. Kalau dicabut nanti orang yang ingin tahu tidak bisa menemukannya,” kata Burhan, dalam pesan singkatnya. (hfd/ant)