Kemenpar Dukung Upaya Pelestarian Kebudayaan Mapag Panganten Sunda

JATENGPOS.CO.ID, BANDUNG – Ikatan Alumni Sekolah Seni Kokar/SMKI/SMKN 10 Bandung akan menggelar Sarasehan Budaya “Upacara Adat Mapag Panganten Sunda”. Acara in I dihelat di Gedung Auditorium SMKN 10 Bandung pada 27 September 2018.

Narasumber yang dihadirkan di antaranya Prof. Dr. Ganjar Kurnia dan Dr Tesdi Muhtadin M. Hum dari Univesitas Padjadjaran (Unpad), kemudian seniman Eka Gandara Wk dan Aim Salim, serta Konsorsium TRP Jawa Barat Sumarni.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Jawa Barat memiliki banyak kebudayaan yang bisa dikemas dalam atraksi pariwisata. Salah satunya Upacara adat Mapag Panganten yang memiliki keunikan tersendiri.

“Kebudayaan itu semakin dilestarikan maka semakin menyejahterakan. Sebab itu, melalui pariwisata kebudayaan bisa dilestarikan. Termasuk Upacara adat Mapag Panganten ini,” ujar Menpar Arief Yahya, Minggu (9/9).

iklan

Menpar menjelaskan, upacara adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat pernikahan dalam masyarakat Sunda. Secara etimologi, kata mapag dalam bahasa Sunda berarti menjemput atau menyambut. Maka Mapag Panganten adalah acara menyambut kedatangan pengantin dan keluarganya.

Baca juga:  KA Jarak Jauh Semarang-Bandung Kembali Dioperasikan

“Upacara adat Mapag Panganten telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Padjadjaran, sekitar abad ke-14. Pada zaman itu upacara ini hanya dilaksanakan ketika ada putri Raja atau keluarga Kerajaan yang akan menikah,” ungkapnya.

Namun setelah keruntuhan Kerajaan Padjadjaran, upacara-upacara ritual yang tadinya hanya diselenggarakan di lingkungan Kerajaan, mulai dilaksanakan oleh masyarakat biasa.

“Saat ini upacara Mapag Penganten merupakan sebuah kreasi baru masyarakat Sunda. Karena pada awalnya upacara ini ditujukan untuk upacara penjemputan pejabat pemerintah. Kemudian dipergunakannya sebagai bentuk upacara penjemputan atau Mapag Panganten,” paparnya.

Asisten Deputi Pemasaran I Regional II Kemenpar Sumarni mengatakan, dalam upacara adat Mapag Panganten kaya akan berbagai atraksi seni dan melibatkan banyak seniman. Ada aneka tarian, salah satu nya adalah Tari Merak, seni karawitan, bodoran (komedi), pelajaran tentang kehidupan yang ditunjukan simbol-simbol kesenian, dan lain-lain.

Baca juga:  Lewat Aceh Internasional Rapa’i Festival 2018, Kemenpar Ingin Rapa’i Mendunia

“Salah satu yang menarik perhatian dalam upacara adat Mapag Panganten adalah Lengser. Lengser merupakan salah satu tokoh dalam cerita Padjadjaran atau Mundinglaya Di Kusumah,” jelas Sumarni.

Dalam upacara adat Mapag Panganten, Lengser terdiri dari pria tua yang merupakan Lengser sendiri atau Ki Lengser, Panayagan (pemain musik), Pamaya (penari), dan Punggawa (prajurit penjaga).

“Aksi Lengser ini biasanya kerap mengundang tawa para tamu undangan karena biasanya Lengser menjadi sosok yang menarik perhatian penonton atau tamu undangan. Karena dialah yang mengarahkan jalannya upacara tersebut,” terang Sumarni.

Terpisah Kepala Bidang Pemasaran Area Jawa Kemenpar, Wawan Gunawan menambahkan, Masyarakat Jawa Barat atau bisa disebut dengan suku Sunda, masih menjunjung tinggi dan melestarikan nilai-nilai budaya dari leluhur mereka. Mapag Panganten salah satunya.

Baca juga:  Kemenpar Genjot Wisman Filipina dengan Consumer Selling

“Meski peradaban zaman sudah menggerus berbagai kebiasaan tradisional masyarakat terdahulu, namun masyarakat Sunda bisa melestarikan seni dan kebudayaan tradisonal,” ujar Wawan.

Dia melanjutkan, Mapag Panganten merupakan salah satu kesenian orang Sunda yang masih lestari hingga saat ini. Meski fungsi Mapag Panganten sudah berbeda, yang jelas Mapag Panganten masih eksis di berbagai upacara adat tradisional orang Sunda.

“Kesenian semacam ini biasanya tak hanya ada dalam pesta pernikahan adat Sunda saja. Namun kerap juga ditampilkan dalam menyambut kedatangan para pejabat atau tamu negara,” pungkasnya.(udi)

iklan