Festival Jatiluwih Atraksi Keren di Harta Karun Warisan Budaya Dunia

JATENGPOS.CO.ID, BALI Gong pembukaan perhelatan Festival Jatiluwih 2018 resmi ditabuh. Acara yang didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu secara resmi dibuka oleh stakeholder pemerintah daerah dan Kemenpar di Desa Jatiluwih, Bali, 14 September 2018.

Festival tersebut akan digelar selama dua hari yakni 14 hingga 15 Januari 2018. Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengucapkan terima kasih atas kedatangan perwakilan Kemenpar ke acara Festival tersebut. “Ini world heritage kebanggaan Tabanan. Udara segar banget. Ini surga kami. Dan destinasi ini adalah harta karun kami masyarakat Tabanan,”ujar Eka.

Eka mengucapkan terima kasih kepada Kemenpar dan semua pihak yang mendukung festival yang digelar secara berkesinambungan setiap setahun sekali tersebut. “Karena betapa pentingnya promosi bagi kelanjutan sebuah festival. Agar wisatawan semua bisa datang terus ke Jatiluwih. Silahkan ke festival yang selalu menampilan penampilan seni, musik dan budaya yang membuat wisatawan terpukau dan ingin berkunjung kembali,”ujar Bupati. Dalam acara tersebut, Kemenpar diwakili langsung oleh Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Profesor I Gde Pitana. Hadir juga Wakil Gubernur Terpilih Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya dan juga Ketua Panitia Jatiluwih Festival Nengah Sutirtayasa.

Baca juga:  Tari Rejang Kolosal Panaskan Pembukaan Festival Jatiluwih

Dalam sambutannya Pitana mengatakan, dirinya bangga berada di lokasi festival yang sangat membanggakan dan berkelas dunia. Pitana sedikit memaparkan, bahwa dirinya menjadi salah satu saksi hidup proses Jatiluwih menjadi Warisan Budaya Dunia Unesco.

iklan

“Saya bersyukur tahun 1992 menjadi salah satu bagian untuk mengembangkan desa wisata dan dipilihlah Jatiluwih yang indah ini. Pada tahun 1998 juga ada hal yang membanggakan juga dialami Pitana yakni menjadi tenaga ahli project world bank cultural heritage. Dan Jatiluwih Subak berhasil ditetapkan. Dan yang lebih membanggakan lagi pada tahun 2012 saya sendiri menemani Dirjen Unesco mengunjungi Jatiluwih dan menjelaskan semuanya secara detail sehingga akhirnya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia,”kata Pitana yang langsung disambut meriah tepuk tangan pengunjung itu.

Pitana menyampaikan tiga pesan dari Menteri Pariwisata Arief Yahya bahwa Menpar sangat bangga dan bahagia ada puluhan festival dan atraksi bisa mendatangkan wisatawan di Jatiluwih. Menpar berharap agar festival Jatiluwih bisa terus menjadi festival yang profesional dan terus naik level dari tahun ke tahun.

Yang kedua, imbuh Pitana, Menpar juga berharap festival itu harus memiliki cultural values juga ekonomi values yang akan mensejahterakan masyarakat.
Sehingga, festival tersebut akan menjadi perkembangan ekonomi di kemudian hari pasca festival tersebut selesai. “Dan yang ketiga pak Menteri Pariwisata menegaskan bahwa Jatiluwih adalah model pembangunan pariwisata berbasis pelestarian, karena seperti yang selalu ditegaskan oleh pak Menteri pariwisata itu semakin dilestarikan maka akan semakin mensejahterakan,”ujar Profesor Pitana.

Baca juga:  Waspada! Gunung Merapi Kembali Meletus

Terpisah, Asdep Pengembangan Pariwisata I Regional III, Ricky Fauziani menambahkan, sejak 29 Juni 2012, desa Jatiluwih telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD) karena mempunyai keunikan dan ciri khas pada sistem pertaniannya yaitu dengan menggunakan konsep filosofi Tri Hita Karana (filosofi tentang keseimbangan antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, serta manusia dengan Sang Pencipta).

Secara sosio-kultural manajemen organisasi subak desa Jatiluwih bertujuan agar tercapai dan terbinanya keselarasan dan keharmonisan antara warga subak dengan sesamanya, warga subak dengan lingkungan/alam, dan warga subak dengan Sang Pencipta/Tuhan sebagai unsur parahyangan.

Jatiluwih termasuk di dalam kawasan lanskap subak dari Catur Angga Batukaru yang merupakan salah satu dari 5 kawasan di Bali yang ditetapkan oleh UNESCO menjadi warisan budaya dunia.

Baca juga:  Asik, Tiket Pendakian Kawah Ijen Kini Bisa Dibeli Online

Oleh karena itu, selain Tegalalang rice terrace Ubud ataupun Munduk rice terraces, Bali juga memiliki pemandangan serupa namun tidak kalah memesonanya. Yaitu, sawah berundak Jatiluwih Bali atau sawah terasering Jatiluwih yang menjadi salah satu tempat wisata di wilayah kecamatan Penebel,kabupaten Tabanan Bali yang paling populer bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Jatiluwih adalah sebuah desa yang mempunyai daerah hamparan persawahan luas dengan keindahan sawah terasering yang masih menggunakan sistem pengairan sawah tradisional Bali. Hal ini tidak lepas karena faktor lokasinya yang terletak dekat dengan pegunungan Batukaru yang memiliki kondisi udara yang sejuk dan asri dengan semilir angin yang dapat membuat kulit merasa segar. Jadi jangan heran jika penduduk sekitar memiliki wajah yang selalu terlihat fresh dan ramah.

Keindahan, kesegaran, hingga keramahtamahan yang tercipta hingga kini berasal dari para pendahulunya yang diceritakan memiliki wasiat tertentu. Cerita inilah yang kemudian menyebar dan terkadang dijadikan cerita rakyat yang akhirnya sampai ke telinga para wisatawan. “Oleh karena itu, silahkan terus berkunjung ke Bali. Karena Bali punya semuanya. Wisata alam, wisata buatan dan bahkan wisata budaya yang sudah sangat mendunia,”kata Ricky.(udi)

iklan