Panen Raya Demak Diharapkan Dapat Stop Impor Beras

Panen raya padi diharapkan menghentikan impor beras yang dilakukan pemerintah setiap tahunnya. FOTO:ADHI/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID. DEMAK– Kecenderungan pemerintah untuk melakukan impor bahan pangan terutama beras di masa-masa paceklik seperti sekarang ini sudah saatnya dihapuskan. Hal ini dikarenakan lumbung-lumbung padi di pulau Jawa terutama Jawa Tengah memasuki masa panen.

Meskipun bulan-bulan seperti November – Desember hingga Januari sering disebut sebagai waktu paceklik, namun para petani terutama di Demak membuktikan kebalikannya. Seperti petani di Desa Ketanjung Kecamatan Karanganyar Demak justru sedang panen raya, kemarin.

Sebanyak 136 hektar sawah di desa yang berbatasan langsung dengan Kudus tersebut, dilakukan panen raya, yang dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko. Didampingi Wakil Bupati Demak Joko Sutanto, dan Kepala badan ketahanan pangan DR Ir Agung Hendriadi, serta pejabat lainnya Heru memulai panen raya tersebut.

Baca juga:  Dua Lansia Tawarkan Diri Jadi Sukarelawan Penanganan COVID-19

Menurut Wagub, hasil panenan se-Jateng untuk gabah kering giling (GKG) sebanyak tiga juta ton lebih. Bahkan hingga masuk bulan Februari Maret masih akan bertambah lagi. Dari tiga juta ton GKG akan didapatkan 1,7 juta ton beras.


“Yang akan dimakan sekitar 800 ribu ton, sehingga kita masih surplus 920 ribu ton,” jelas Wagub.

Menurutnya Demak merupakan salah satu lumbung pangan Jateng setelah Grobogan dan Cilacap, jateng juga salah satu lumbung pangan nasional.

“Jika kita bisa memproduksi beras sendiri, kenapa harus impor, karena kita harus menciptakan kedaulatan pangan. Tanah kita itu subur, jangan sampai lahan pertanian menjadi pabrik. Jika memang akan investasi silahkan memakai tanah yang tidak subur. Supaya kita bisa cukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Karena siapa yang hidup harus makan, sinten engkang gesang kedah nedo,” uranya panjang lebar.

Baca juga:  Dua Orang jadi Tersangka Tawuran Kampung Gandekan dan Jalan Lamper

Jika produksi pangan kita nomer satu, tentunya kita bisa mengekspor pangan dan membantu negara lain. Tangan diatas lebih baik daripada di bawah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan DR Ir Agung Hendriadi menambahkan bahwa saat ini di Indonesia tidak ada hari tanpa panen padi. Untuk itu diperlukan support dari pemkab dan kerja keras mulai dari kepala dinas propinsi hingga kabupaten.
“Dalam dua tahun terakhir ini, atau pada bulan November hingga januari kita selalu dihantui paceklik, dimana stok pangan nasional dan panen berkurang, yang berujung pada impor beras.  Kini kita hapus kata paceklik dalam kamus kita, sebab saat ini sudah ada luas tambah lahan hingga satu juta hektar di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Baca juga:  Raih Prestasi Terbaik Nasional Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Menurutnya, dengan menjaga luas tanam akan dapat kita jaga stabilitas pangan dan kendalikan harga, terutama saat menghadapi natal dan tahun baru.

“Konsumsi selalu meningkat padahal perut ya sama, itu yang makan siapa saja. Sehingga terjadi food wase atau makanan yang terbuang lebih banyak. Ini juga yang mendongkrak naiknya harga. Maka makanlah secukupnya,” ucap Agung.

“Dengan adanya  pasokan yang cukup, distribusi yang lancar jika masih ada yang tersumbat kita singkirkan saja,” tegasnya. (adi/muz)