Kisah “Ustad Sabun” Islamkan 3.712 Orang dalam Sehari

BERSAMA FOSTAM: Ustad Fadhlan Garamatan (tengah), foto bersama pengurus Fostam dalam Pengajian Akbar di masjid Assalam Damai Kel.Gedawang Banyumanik Semarang. Foto: jatengpos.co.id
BERSAMA FOSTAM: Ustad Fadhlan Garamatan (tengah), foto bersama pengurus Fostam dalam Pengajian Akbar di masjid Assalam Damai Kel.Gedawang Banyumanik Semarang. Foto: jatengpos.co.id

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Pernah mengislamkan 3.712 orang dalam sehari. Itulah kisah fenomenal Ustad Fadhlan Garamatan, praktisi dakwah pedalaman dari Papua.
Kisah istimewa ini disampaikan ustad Fadhlan, dalam Safari Dakwah bersama FOSTAM (Forum Silaturahim Takmir Masjid dan Musholla Semarang), di masjid Assalam Damai, Perumahan Gedawang Permai 1, Kel. Gedawang, Kec.Banyumanik Semarang, Sabtu (7/3/2020) sore.

Atas keberhasilanya itu, ustad dari Papua ini akhirnya dikenal sebagai “ustad sabun”. Karena ribuan orang itu masuk Islam setelah dia “dakwahi” dengan sabun.

Maksudnya, mereka diajari mandi dengan cara Islam. Yaitu mandi menggunakan sabun dan shampo. Setelah tubuhnya wangi dan bersih, mereka mengakui ajaran Islam itu baik dan mengutamakan kebersihan.

“Kenapa harus dakwah dengan sabun, karena sebelumnya mereka itu tidak pernah mandi. Kalau toh mandi itu memakai minyak hewan supaya tidak digigit nyamuk. Supaya tidak najis kita ajari mandi pakai sabun dan shampo,”kata Fadhlan.


Strategi dakwahnya itu sangat efektif. Apa lagi pertama kali yang disentuh adalah kepala suku. Begitu pemimpin adat sudah terbiasa mandi memakai sabun, masyarakat pedalaman mengikutinya. Tanpa diminta, kepala suku menyuruh warganya berkumpul di lapangan. Ada sekitar 3.712 orang tua muda mengikuti perintah kepala suku untuk mandi di sungai.

“Saking banyaknya orang yang mandi, saya bersama rombongan dakwah harus menyediakan berkarung-karung sabun dan shampo. Bahkan karena kurang, satu sabun dibelah 4 untuk dibagi-bagi,”kenangnya.

Setelah mandi dan keramas, mereka merasa nyaman dalam tidurnya. Hidupnya juga semakin sehat dan pikiran semakin cerdas. Itulah pentingya mereka membersihkan badan sebelum masuk Islam.

Ditengah mandi massal di kali itu, ustad Fadhlan meminta kegiatan berhenti karena tiba waktu duhur. Massa dikonsentrasikan ke lapangan desa. Ustad Fadhlan naik panggung untuk sholat berjamaah dengan timnya. Saat mereka sholat itulah warga pedalaman mengelilingi panggung seolah sedang tawaf. Selesai sholat, para kepala suku loncat ke panggung meminta penjelasan tentang apa yang barusan dikerjalan ustad Fadhlan dkk.

Baca juga:  FOSTAM Kerjasama Jateng Pos dan Laziz Jateng Salurkan Bantuan Sembako Dampak Corona

“Kami harus menjelaskan dengan logika mereka supaya diterima. Kami katakan kami umat Islam wajib menyembah Tuhan sehari semalam lima kali. Tuhan adalah yang menciptakan manusia, tumbuhan,bumi dll. Maka kita tadi mengangkat tangan membungkuk dan mencium tanah sebagai bukti manusia harus tunduk kepada Tuhan,”kata Fadhlan, mengenag kisah tahun 80-an itu.

Dari penjelasan singkat itu, para kepala suku rapat sebentar lalu mengajak ribuan orang yang ada di lapangan untuk mengikuti ajaran Islam. Mereka sepakat untuk memeluk Islam. Saat itulah ustad Fadhlan langsung sujud syukur melihat hidayah yang amat besar datang dari Alloh SWT. Bahkan saat itu semua orang menyaksikan pepohonan seperti merunduk, binatang-binatang seolah berhenti berjalan, angin berhenti bertiup.

“Subhanalloh, ini keajaiban luar biasa dalam hidup saya. Makluk hidup selain manusia seolah tunduk kepada Alloh karena baru pertama kali mendengar kalimat Tauhid di pedalaman itu,”kenangnya.

Setelah peristiwa itu, ustad Fadhlan segera mendatangkan pakaian muslim untuk ribuan orang tersebut. Ada yang kebagian baju bekas ada yang baru, ada yang kurang pas. Semuanya dikondisikan berpakain untuk selanjutnya diadakan syahadat secara massal sebanyak 3.712 orang di pedalaman Papua. Lalu diajak bersama-sama membangun masjid ala kadarnya untuk sholat dan belajar Alquran.

“Maka, tidak ada profesi yang lebih indah dan nikmat selain berdakwah ini,”imbuhnya.

Terutama mendakwahi saudara-saudara kita yang ada di pedalaman Indonesia timur. Mereka harus diajak menjemput hidayah Alloh. Mereka tidak bisa dibiarkan hidup dalam keterbelakangan. Karena itu, Ustad Fadhlan mengajak umat Islam di Jawa untuk berani menikah dengan anak kepala suku Papua supaya makin banyak orang pedalaman yang masuk Islam.

Baca juga:  Kontribusi Pajak Tinggi, Pegadaian Tak Mau Jadi Anak Perusahaan BRI

Kisah dakwah ustad sabun yang sudah mengislamkan puluhan ribu orang pedalaman ini memang berat. Mirip dakwah semasa Rosululloh. Dia pernah dipanah, dianiaya, diusir, dipenjara berkali kali. Tapi dia tidak pernah menyerah. Bahkan dia pernah mendakwahi seorang pendeta yang dia datangi rumahnya selama 2 bulan lebih setiap hari. Setiap datang dia ucapkan selamat pagi lalu dijawab yang dicari tidak ada. Lalu dia pulang besoknya begitu lagi selama dua bulan lebih. Sampai akhirnya dikabari jika sang pendeta sakit di rumah sakit. Saat itulah Ustad Fadhlan menjenguk sambil membawa oleh oleh.

“Sambil menengok dan menyerahkan bingkisan saya katakan, sakit itu datangnya dari Alloh dan yang menyembuhkan juga Alloh. Habis itu saya pulang begitu saja. Setelah sembuh pak Pendeta mencari saya untuk berdiskusi setiap hari di rumahnya hingga akhirnya dia isrtri dan anak-anaknya bersyahadat,”kata ustad Fdhlan.

Dia juga pernah mengislamkan orang yang memanah kaki dan lenganya hingga patah. Saat itu dia berdakwah ke pedalaman dengan jalan kaki sejauh 4 bulan perjalanan. Dari puluhan ustad yang ikut ditengah jalan banyak yang menyerah. Tinggal sekitar 6 orang melanjutkan menuju desa di tengah hutan. Ketika datang disambut panah dan parang.

Ustad Fadhlan terjatuh karena panah menembus kaki dan lenganya. Temanya yang lain semua melarikan diri. Saat dia tersungkur itulah kepala suku mendekatinya dan melarang orang-orang membunuhnya. Lalu ditolong kepala suku dan digotong menuju tempat pengobatan. Setelah sembuh dia datang lagi ke desa nun jauh disana untuk berdakwah lagi. Ternyata orang yang memanahnya sakit. Mau berobat tidak punya uang. Sama ustad Fadhlan diberi biaya untuk berobat. Setelah sembuh mencari ustad Fadhlan untuk masuk Islam.

Baca juga:  Dibentuk Forum Remaja Banyumanik untuk Dakwah Kekinian

“Kami sudah biasa berdakwah di satu wilayah diusir. Bahkan berbulan-bulan menolak dakwah kita. Tapi jangan putus asa karena hidayah Alloh pasti datang. Tugas kita berdakwah hasil serahkan Alloh,”pesan ustad kelahiran Fak Fak Papua, 1969 itu.

Atas perjuanganya, kini ustad Fdhlan memiliki lembaga sosial dakwah dan pembinaan SDM kawasan Timur Indonesia bernama Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) berpusat di Bekasi Jakarta. Dengan lembaga ini, orang-orang Irian diajak membuat produk seperti buah merah, ikan asin, dan manisan pala bermerk BMM AFKN. Pasarannya sudah masuk di Jakarta, termasuk Carefour. Selain itu, Sagu irian juga diekspor ke India.

Kini sudah ribuan masjid berdiri di seantero Papua. Puluhan ribu anak Papua disekolahkan hingga S1 dan S2 dengan beasiswa. Setelah lulus mereka wajib pulang untuk membangun Papua.

“Merasakan nikmatnya berdakwah saya rela meninggalkan Pegawai Negeri menjadi Pegawai Nabi untuk berdakwah,”kata sarjana ekonomi yang pernah jadi PNS di Papua selama 1 tahun lebih ini.

H. Muchlis Fauzi, Ketua Forum Silaturahim Takmir Masjid dan Musholla Kel Gedawang Semang Jawa Tengah mengaku bangga kedatangan ustad sabun yang fenomenal. Dia mengajak umat Islam di Semarang untuk memetik pelajaran semangat dakwah ustad Fadhlan yang luar biasa.

“Dakwah di kota bisa jadi tidak kalah berat ketimbang pedalaman. Tapi kita harus mencontoh semangat ustad Fadhlan yang tidak kenal menyerah mengajak kebaikan. Jangan putus asa dengan rahmat Alloh,”pesanya saat sambutan.

Disesi akhir, ustad Fdhlan mengajak jamaah yang hadir di masjid Assalam untuk berdonasi. Dalam sekejab terkumpul sekitar Rp 11.700.000,- yang diserahkan kepada Madina dan Dakwah Spot Centre sebagai EO safari dakwah Ustad Fadhlan Garamatan. Dana tersebut akan digunakan untuk mengirim da’i ke berbagai pelosok Papua dalam berdakwah. (jan)