JATENGPOS.CO.ID, BREBES – SMP Negeri 2 Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah, sudah hampir tiga pekan ini menggelar sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19. Pelaksanaan PTM ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan atas desakan orang tua atau wali murid.
Wakil Kepala SMPN 2 Jatibarang, Iman Rifai menyebut banyak siswa SMPN 2 Jatibarang tinggal di daerah yang belum terjangkau jaringan internet. Jika ada jaringan, menurutnya sangat lemah dan tidak bisa mendukung siswa belajar daring.
Selain itu, Imam mengungkap, banyak siswanya yang tidak memiliki smartphone atau laptop. Dia memerinci, dari 960 siswa, ada sekitar 10-15 persen yang tidak memiliki smartphone. Mereka berasal dari keluarga tidak mampu atau menengah ke bawah.
“Jika membantu paket kuota untuk siswa itu bisa diambil dari dana BOS. Tapi jika harus membelikan HP sebanyak 100 atau 150 unit untuk siswa, itu jelas menyalahi aturan,” kata Imam saat ditemui di tempat kerjanya, Rabu (5/8).
Sementara itu, ditemui usai pelajaran, siswi kelas VII SMPN 2 Jatibarang, Siti Husnul Khotimah mengaku senang bisa kembali sekolah. Siswi ini tidak bisa mengikuti pelajaran daring karena tidak memiliki smartphone.
“Senang aja bisa sekolah lagi, ketemu teman-teman. Kalau belajar dari rumah, saya tidak bisa ikut karena tidak punya android,” ucap Siti.
Diberitakan sebelumnya, SMP Negeri 2 Jatibarang, Brebes, sudah hampir tiga pekan ini menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah pandemi COVID-19. Pelaksanaan PTM ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan atas desakan orang tua atau wali murid.
Wakil Kepala SMPN 2 Jatibarang, Iman Rifai saat ditemui di tempat kerjanya mengaku, PTM ini digelar karena desakan dari sebagian besar orang tua atau wali murid. Mereka meminta agar pihak sekolah membuka kembali kelas untuk belajar tatap muka.
“Kami semua sebenarnya sangat menyadari, saat ini masih dalam masa pandemi. Seharusnya pembelajaran dilakukan secara daring. Namun pada kenyataannya, daring tidak bisa berjalan lancar. Sehingga banyak orang tua meminta ke kami supaya tatap muka, bahkan sudah menandatangani surat pernyataan,” ungkap Iman Rifai, Rabu (5/8).
Pembelajaran tatap muka di sekolah ini, lanjutnya, dilakukan dengan cara bergiliran. Shift pertama kelas VII masuk jam 07.00 WIB dan pulang 09.30 WIB. Kelas VIII masuk 08.00 WIB sampai 10.30 WIB dan kelas IX masuk jam 08.30 WIB sampai 11.30 WIB.
“Kami menerapkan protokol kesehatan. Wajib masker dan cuci tangan. Setiap kelas juga maksimal diisi 16 orang karena bergiliran. Setiap minggu siswa berangkat tiga kali,” terang Imam.
Sementara, sejumlah orang tua yang ditemui saat menjemput anaknya di SMPN 2 Jatibarang mengatakan, PTM ini memang atas permintaan wali murid.
Salah satunya Sugiarteni (45). Anaknya tidak bisa mengikuti proses belajar jarak jauh.
“Saya salah satu yang minta tatap muka. Proses belajar di rumah, anak saya kesulitan. Banyak hal yang kurang bisa dipahami. Malah sempat anak minta supaya ada kelas privat, tapi saya tidak punya uang untuk bayar pengajar,” kata Sugiarteni.
Orang tua murid lainnya, Siti Nur Maemunah (38) mengatakan anaknya sering menangis karena tidak bisa mengikuti sistem pembelajaran daring secara lancar. Alasannya terkendala sinyal internet yang lemah.(dc/udi)