JATENGPOS.CO.ID, BELITUNG TIMUR – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyusun panduan wisata edukasi tematik Nusantara Belitung. Mengambil tema “Island Exploration in Belitung”, panduan wisata ini dipadupadankan dengan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability). Usai program disusun, peserta diajak mengeksplor destinasi wisata di Belitung. Salah satunya dengan mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi.
Pantai yang menjadi salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi ini identik dengan batu granit besar yang menawan di sekelilingnya. Lantaran hal itu pula banyak masyarakat yang menyebut pantai ini dengan Pantai Laskar Pelangi. Butuh waktu 45-60 menit dari Bandara HAS Hanandjoeddin untuk menuju pantai yang terletak di Desa Ciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung.
Nama Pantai Tanjung Tinggi sendiri berasal dari dua kata yakni tanjung yang berarti semenanjung dan tinggi yang berarti pantai yang memiliki bebatuan tinggi. Pantai Laskar Pelangi diapit oleh dua semenanjung yakni Tanjung Kelayang dan Tanjung Pendam.
Berkunjung ke sini membuat suasana hati terasa sejuk. Air laut yang jernih ditambah pasir lembut dan deburan ombak yang tenang membuat kita betah berlama-lama di pantai ini. Untuk menikmati kehangatan air Pantai Laskar Pelangi kita bisa menyewa perahu karet atau ban pelampung yang dijajakan warga sekitar.
Tak hanya Pantai Laskar Pelangi, ada banyak pilihan lainnya di sekitar pantai ini. Ada Pantai Tanjung Kelayang. Terletak di Kecamatan Sijuk, di mana pesona keindahan pantai ini begitu lengkap. Terdapat pasir berwarna putih, lautan biru yang jernih serta bebatuan granit raksasa. Saat sore hari, kita akan mendapati panorama matahari terbenam yang sungguh indah di pantai ini. Di lepas Pantai Tanjung Kelayang, terdapat sebuah batu granit raksasa yang bentuknya mirip dengan burung Garuda. Karena bentuknya tersebut, batu ini pun disebut sebagai Batu Garuda. Keunikannya tersebut membuat wisatawan berkunjung untuk mengambil foto bersama batu ini.
Ada pula Pulau Lengkuas, di mana kita tak hanya menikmati pemandangan pantai saja, tetapi juga dapat menyelam dan menikmati keindahan bawah laut. Mercusuar yang terdapat di pulau ini juga masih berfungsi sebagai pemandu kapal keluar-masuk melalui pelayaran laut Tanjung Binga dan sekitarnya. Belitung memang dikenal dengan sebaran bebatuan granit di seluruh bagian pulaunya. Pulau Batu Berlayar disebut demikian karena ketika air pasang, bebatuan di pulau ini seakan berlayar di tengah lautan. Berbagai bentuk granit putih menjulang tinggi akan terlihat saat kamu mendekati pulau ini. Sungguh estetik! Sayang, rombongan Kemenparekraf/Baparekraf batal mengunjungi Pulau Pasir karena kondisi air laut yang tengah pasang.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), Rizki Handayani menjelaskan, salah satu daya tarik wisata di Pulau Belitung adalah Pantai Laskar Pelangi. Saking terkenalnya, tak hanya wisatawan domestik yang berkunjung ke pantai ini, tetapi juga wisatawan mancanegara. “Pantai Tanjung Tinggi atau yang juga dikenal Pantai Laskar Pelangi ini menjadi destinasi unggulan di Belitung ini,” kata Rizki, Kamis (19/11/2020).
Kunjungan ke Pantai Laskar Pelangi dilakukan oleh rombongan peserta workshop Wisata Edukasi Tematik Nusantara dengan tema ‘Island Exploration in Belitung’. Mereka diajak mengeksplor pantai ini untuk menggairah kembali kunjungan wisatawan yang terdampak imbas COVID-19.
Ya, Kemenparekraf/Baparekraf menerbitkan panduan wisata edukasi tematik Nusantara. Salah satu yang menjadi fokus perhatian adalah obyek wisata di kawasan Belitung. Kegiatan ini dipadupadankan dengan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Sustainability) di obyek daya tarik wisata.
Menurut Rizki, pandemi COVID-19 memaksa kita untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk dapat menjalankan segala aktivitas, terutama di luar ruangan. “Demikian juga kegiatan wisata yang memerlukan adaptasi terhadap kebiasaan-kebiasaan baru, sehingga dapat dilakukan dengan aman dan nyaman untuk semua,” kata Rizki.
Ia melanjutkan, dalam kerangka itu Kemenparekraf/Baparekraf menginisiasi program wisata edukasi tematik Nusantara yang bertujuan untuk mengedukasi peserta mengenai daya tarik wisata minat khusus di Indonesia dan implementasi protokol CHSE. Pada saat yang sama, Kiki menjelaskan program ini dibuat untuk menarik minat wisatawan domestik dalam merencanakan dan melakukan perjalanan wisata di era adaptasi kebiasaan baru ini. “Ketentuan-ketentuan yang termuat dalam panduan ini mengacu pada protokol dan panduan yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), World Travel & Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19,” papar dia.
Rizki melanjutkan, buku panduan ini nantinya akan menjadi panduan tata cara pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan di hotel, restoran, rumah makan dan obyek daya tarik wisata. Kiki berharap kegiatan ini dapat memacu dan menumbuhkan kembali minat masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata minat khusus sesuai dengan ketentuan kesehatan yang telah ditetapkan. “Buku panduan ini menjadi angin segar bagi Industri pariwisata Indonesia yang saat ini sedang berjuang untuk bangkit akibat keterpurukan akibat pandemi COVID-19,” papar dia.
Arya Galih Anindita penanggungjawab kegiatan ‘Wisata Edukasi Tematik Nusantara’ di Belitung dari Kemenparekraf/Baparekraf memaparkan, workshop penyusunan buku panduan ini akan diikuti oleh 40 peserta yang terdiri dari mahasiswa, komunitas wisata, media dan duta wisata sebagai salah satu cara mengedukasi peserta mengenai daya tarik wisata minat khusus di daerah mereka serta implementasi CHSE dalam setiap aktivitas wisata yang dilakukan. “Tentu kita berharap program ini dapat kembali membangkitkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif kita yang akan berdampak positif pada perputaran roda perekonomian masyarakat,” harap dia.
Para peserta diminta untuk mempromosikan daya tarik wisata minat khusus yang berbasis penerapan CHSE melalui konten video atau foto. Selain itu, para peserta juga diminta untuk mengajak audiens untuk selalu patuh pada penerapan protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan pemerintah yakni menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan. “Kami juga ingin para peserta memberikan awareness tentang protokol kesehatan wisata sewaktu melakukan aktivitas wisata edukasi minat khusus melalui penerapan CHSE dan mengajak audiens berlibur di masa pandemi,. Ini semua bertujuan agar masyarakat kembali produktif namun aman dari COVID-19,” papar Arya.(*)